FYI.

This story is over 5 years old.

Hukuman Mati

Lowongan Kerja Paling Tak Enak Sedunia: Jadi Algojo Hukuman Gantung

Pemerintah Sri Lanka sedang mencari algojo "bermental baja" untuk melaksanakan lagi hukuman mati setelah praktik itu lama disetop.
Gavin Butler
Melbourne, AU
Tiang gantungan untuk eksekusi mati
Foto ilustrasi tiang gantungan via Pixabay

 

Pemerintah Sri Lanka berencana memberlakukan kembali hukuman mati di negara kepulauan tersebut. Itulah sebabnya mereka mulai pasang iklan lowongan jadi algojo di harian lokal. Menurut Reuters, Kepala Departemen PenjaraSri Lanka mengumumkan lowongannya pekan ini. Pelamar harus berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 18 sampai 45 tahun, dan memiliki “karakter moral luar biasa” serta “bermental baja".

Iklan

Lowongannya dibuka sehubungan dengan rencana presiden untuk mengembalikan hukuman mati sebagai bagian dari kebijakan garis keras. Upaya ini rupanya terinspirasi perang narkoba di Filipina.

“Kami tidak pernah tahu apakah pemerintah akan melanjutkan hukuman mati, tapi kami ingin merekrut dua algojo untuk mengisi kekosongan dan bersiap jika suatu saat nanti pemerintah ingin mengeksekusi pengedar narkoba,” kata Thushara Upuldeniya, juru bicara lembaga pemasyarakatan Sri Lanka. Kandidat yang terpilih nantinya akan digaji 285 dolar Australia (setara Rp2,8 juta) per bulan. Reuters melaporkan upah itu lebih besar dari gaji rata-rata pegawai pemerintah di sana. Wawancara kerjanya mulai dilakukan bulan depan.

Hukuman gantung di Sri Lanka terakhir kali dilakukan pada 1976. Hukuman mati hanya berlaku untuk kejahatan berat seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan pengedaran narkoba. Hukuman untuk kejahatan berat lantas diubah menjadi penjara seumur hidup. Algojo mereka berhenti bekerja pada 2014 karena stres melihat tiang gantungan untuk pertama kalinya, sementara pengeksekusi lain yang dipekerjakan tahun lalu tidak pernah masuk kerja.

Presiden Maithripala Sirisena berharap bisa mengakhiri moratorium hukuman mati yang berlangsung selama 43 tahun. Dilansir dari surat kabar lokal Colombo Page, dia akan melakukan tindakan hukum lagi dalam dua bulan ke depan guna menuntaskan kejahatan dan menjaga ketertiban.

Iklan

Sirisena memuji Presiden Rodrigo Duterte atas perang narkobanya—upaya pemberantasan narkoba yang telah merenggut lebih dari 12.000 jiwa sejak 2016—saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Filipina bulan lalu. Sri Lanka khawatir negaranya berubah menjadi pusat perdagangan obat-obatan terlarang baru di Asia.

"Seluruh dunia mencontoh perang melawan kejahatan dan narkoba yang Anda usung. Termasuk saya salah satunya," kata Sirisena di acara jamuan dengan Duterte, menurut Rappler. "Ancaman narkoba merajalela di negara kami. Saya rasa kami harus mengikuti jejak Anda untuk mengendalikan bahaya ini."

Upuldeniya mengatakan bahwa setidaknya ada 25 narapidana kasus narkotika yang mungkin segera dieksekusi, termasuk dua pengedar narkoba. Dia juga membeberkan ada 436 terpidana mati—termasuk enam perempuan—yang bakal dihukum karena berbagai kejahatan lainnya.

Follow Gavin di Twitter dan Instagram