FYI.

This story is over 5 years old.

Kelakuan Orang Kaya

Ada Orang Superkaya Rela Membeli Fosil Dinosaurus Misterius Senilai Rp31 Miliar

Dengan uang sebanyak itu, si orang tajir asal Prancis berhak memberi nama spesies dinosaurus jenis baru tadi. Kalangan ilmuwan mengkritik praktik jual beli macam ini.
Ini bukan fosil yang jadi bahasan artikel kami. Sumber fotonya kalau ini dari Shutterstock.

Mungkin belum banyak yang tahu kalau bisnis jual beli fosil kerangka dinosaurus sangatlah menjanjikan dan pelakunya tentu saja jutawan, selebriti, dan pengelola museum. Kerangka termahal di dunia adalah fosil utuh T-Rex yang dijual seharga $8,362 juta atau sekitar Rp116 miliar pada 1997. Nicholas Cage, yang pada 2007 mengalahkan Leonardo DiCaprio dalam acara lelang tengkorak Tyrannosaurus bataar (satu spesies dengan T-Rex) dengan membayar sebesar $276.000 atau setara Rp3,8 miliar.

Iklan

Rupanya pada acara lelang bergengsi di Paris, fosil kerangka utuh satu dinosaurus yang belum diketahui jenisnya ini telah dijual kepada penawar anonim seharga $2,3 juta (senilai Rp31,8 miliar).

Fosil tersebut diperoleh dari situs penggalian Wyoming, Amerika Serikat pada 2013. Pakar dinosarurus menduga itu spesies baru dari periode Jurasik terakhir. Ahli paleontologi meyakini fosil tersebut masih berkerabat dengan theropod, kelompok dinosaurus yang mencakup Tyrannosaurus rex.

Acara lelang ini banyak dikritik banyak orang, karena praktik menjual fosil dinosaurus ke perorangan hanya akan menghambat studi ilmiah dan identifikasi lebih lanjut dari spesies tersebut.

Setelah penjualan, juru lelang segera mengkonfirmasikan masalah ini. “Pembelinya orang Prancis dan sebelum lelang dia memberitahuku… ‘kalau saya bisa beli ini, saya akan menunjukkannya ke publik’. Kami rasa itu keren,” kata juru lelang Claude Aguttes kepada BBC. “Semua orang akan melihatnya. Fosil akan dipinjamkan ke museum dan akhirnya bisa diamati ilmuwan.”

Dia tidak menyebutkan kalau pembeli bisa memberi nama untuk spesies baru tersebut, dan menunggu persetujuan dari komunitas ilmuwan paleontologi.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia