FYI.

This story is over 5 years old.

Disrupsi Digital

Tren Tragis di Korsel, Pengemudi Taksi Bakar Diri Memprotes Layanan Transportasi Online

Lebih parah daripada konflik di Indonesia saat bisnis ojol pertama kali booming. Korban tewas berjatuhan.
Unjuk rasa sopir taksi di Seoul, Korea Selatan menolak transportasi online
Foto unjuk rasa pengendara taksi oleh Kim Hong-Ji/Reuters 

Saat pemadam kebakaran tiba, kursi depan mobil pengemudi taksi berusia 62 tahun itu sudah hangus. Laki-laki tersebut, yang hanya diidentifikasi dengan nama keluarga Kim oleh media lokal, membakar dirinya pada awal bulan ini. Dia memprotes perusahaan teknologi senilai miliaran dolar AS, yakni Kakao Corp, yang masuk ke industri transportasi online di Korea Selatan. Perusahaan ini aplikasi pesan hendak menangani segala aspek kehidupan—mulai dari mengobrol bersama teman, memesan makanan, memesan layanan perawatan kuku, sekaligus menjadi sarana pembayaran digital.

Iklan

Suasananya menegangkan, dan fakta kejadian ini hanya yang terakhir dari seri protes bakar diri di Korsel bikin tambah prihatin. Dalam dua bulan terakhir, tiga pengemudi telah membakar dirinya sendiri sebagai bentuk protes dan tantangan hukum yang harus dihadapi Kakao Corp–perusahaan yang sama yang menjalankan aplikasi pesan Kakao Talk yang didukung Seleb Korea favoritmu dan mengizinkanmu mengirim stiker-stiker lucu.

Dua pengemudi tersebut meninggal. Kim merupakan pengemudi ketiga yang membakar diri, tetapi yang pertama untuk selamat dari upaya bunuh diri nekat tersebut.

Selama berbulan-bulan, puluhan ribu pengemudi taksi memprotes peluncuran layanan mirip Uber dari Kakao Corp, yang diberi nama “Kakao T Carpool”. Perusahaan tersebut pertama kali mengumumkan rencananya untuk memasuki industri transportasi online tahun lalu dan berkata akan merekrut pengemudi untuk layanan baru ini. Pengumuman tersebut langsung dibalas dengan protes oleh 60 persen pengemudi taksi resmi di Seoul.


Tonton dokumenter VICE tentang penyembah dewa yang menggelar upacara api tersembunyi di pegunungan Venezuela:


Kakao Corp sudah memiliki layanan booking taksi bernama Kakao Taxi, tetapi layanan “carpool” baru ini akan mengizinkan penumpang memotong keperluan untuk taksi sepenuhnya—sama seperti Uber memotong pengemudi taksi kuning di New York.

Perdebatan mengelilingi nasib layanan transportasi online baru ini telah menunjukkan perselisihan antara perusahaan teknologi dan orang-orang yang bekerja di dalam industri tersebut. Awal Februari 2019, koalisi pengemudi taksi mengajukan keluhan melawan perusahaan berbeda, Tada, layanan transportasi online minivan (kendaraan berpenumpang 11 orang atau lebih). Para sopir taksi mengklaim adanya undang-undang di Korsel yang melarang penggunaan kendaraan pribadi jadi angkutan komersial, kecuali dalam keadaan darurat.

Iklan

Industri teknologi membalas lewat pernyataan jubirnya di media, menuduh persatuan pengemudi taksi mencegah pertumbuhan ekonomi. Seorang petinggi Tada menulis: “Saya kira hanya sebagian pengemudi taksi yang memprotes taksi online, tapi tolong berhenti menyusahkan perusahaan-perusahaan di sebuah industri baru dengan standar-standar berbeda… Kami tidak bertujuan menghancurkan industri taksi. Tujuan kami adalah untuk menciptakan mobilitas baru dengan mengurangi kepemilikan mobil."

A portrait of a taxi driver who died by setting himself on fire is seen as tens of thousands of taxi drivers take part in a protest against a carpool service application launched by Kakao Corp in Seoul, South Korea, December 20, 2018. REUTERS/Kim Hong-Ji

Pengunjuk rasa membawa potret pengemudi taksi yang membakar diri sebagai protes melawan Kakao Corp. Foto oleh Kim Hong-Ji/ Reuters

Persatuan pengemudi taksi Seoulmenuduh industri transportasi online berupaya menghambat bisnis mereka dan menghancurkan penghidupan pengemudi dengan aplikasi yang menawarkan alternatif bebas pajak dari taksi resmi berlisensi. Aplikasi juga dituduh secara halus memaksa pengemudi taksi bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan teknologi tersebut agar bisa bertahan secara finansial. Penggunaan mobil pribadi untuk tujuan komersial ilegal, dan dengan demikian mendorong polisi untuk menghukum perusahaan-perusahaan yang terlibat.

“Kendati pengorbanan yang dilakukan dua pengemudi taksi, layanan taksi ilegal… masih beroperasi,” kata para pengemudi dalam pernyataan bersama kepada media. “Kami mendesak pemerintah untuk segera menghukum mereka.”

Perlawanan dari industri taksi dimulai tak lama setelah Kakao Corp mengumumkan rencananya (protes pertama berlangsung hanya dua hari setelah pengumumannya), tetapi suasananya menjadi gelap pada awal Desember ketika pengemudi taksi pertama mencelupkan diri dalam cairan mudah terbakar dan membakar diri di luar gedung parlemen di Seoul. Diperkirakan 100.000 pengemudi taksi melakukan unjuk rasa dan upacara duka cita di jalan mengenakan ikat kepala hitam dan mengikat pita hitam pada mobil masing-masing.

Iklan

Januari 2019 kasus pembakaran diri terjadi lagi, yang juga menewaskan seorang pengemudi taksi. Beberapa minggu lalu terjadilah peristiwa terkait laki-laki yang diidentifikasi sebagai Kim. Dia sempat ditarik dari mobilnya oleh tim penyelamat dan selamat dengan luka bakar di wajahnya.

Industri transportasi online beroperasi berdasarkan pasal karet, di mana mobil pribadi tidak dapat digunakan sebagai taksi, dan peraturan yang sudah ada menyebabkan raksasa transportasi online Uber menarik diri dari Korsel. Majelis Nasional kemudian mengalah dan memberi peluang kepada aplikasi-aplikasi mirip Uber, selama mereka hanya beroperasi pada “jam pulang-pergi kerja.”

Sementara Tada, perusahaan yang disebutkan di atas, menemukan jalan pintas untuk memotong peraturan tersebut dan memasuki pasar berkat cela pada regulasi yang mengizinkan penggunaan kendaraan berpenumpang 11, tetapi tidak mengizinkan mobil standar.

Kakao Corp setelah terseret kontroversi ini, menanggapi protes-protes ini dengan menunda rencana perluasan layanan transportasi online-nya. Untuk sementara, aksi bakar diri di Seoul telah berhenti. Tapi perjuangan para pengemudi terus berlanjut di pengadilan.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.