Penyelamatan Satwa Liar

Pemprov Sulteng Bikin Sayembara Melepas Ban Melilit Leher Seekor Buaya 4 Tahun Terakhir

Meski terbuka untuk umum, pemerintah meminta amatir enggak usah ikutan. Orang dengan pengalaman penyelamatan satwa liar lebih diutamakan. Kisah si buaya tragis banget sob....
Pemprov Sulteng Bikin Sayembara Melepas Ban Melilit Leher Seekor Buaya 4 Tahun Terakhir
Buaya yang terlilit ban bekas ini terlihat di pinggir sungai Kota Palu pada 22 Januari 2020. Foto oleh Muhammad/AFP

Setelah empat tahun mencoba dan gagal menyelamatkan buaya liar dari jeratan ban bekas di lehernya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah akhirnya membuka sayembara kepada masyarakat luas: siapa pun yang berani dan bisa melepaskan ban tersebut, akan diganjar imbalan yang setimpal.

Keputusan sayembara ini diambil BKSDA Sulteng setelah Gubernur Sulteng Longki Djanggola menuntut agar pembebasan buaya dari siksaan ban harus terjadi secepatnya. Mungkin ini lowongan pekerjaan paling menakutkan di 2020.

Iklan

[Baca artikel ini sampai kelar dulu sebelum buru-buru mengusulkan nama Panji Petualang.]

Buaya sepanjang 4 meter tersebut pertama terlihat pada awal 2016 di tepian sekitar Sungai Palu hingga Teluk Palu. Pemprov dan masyarakat semakin khawatir kalau lilitan ban di leher buaya lama-kelamaan akan menyiksa tumbuh kembang sang reptil, bahkan bisa pelan-pelan membunuhnya.

Kepala BKSDA Sulteng Hasmuni Hasmar mengimbau bahwasanya sayembara ini dibuka bukan buat amatiran. Jadi, please enggak usah sotoy mendaftarkan diri deh kalau Anda belum punya pengalaman penyelamatan binatang di alam liar atau sejenisnya.

"Sayembara ini dimaksudkan untuk mengeluarkan ban bekas yang terlilit di leher buaya. Jika ada masyarakat berhasil melepas ban bekas di leher buaya itu, kami akan berikan imbalan," ujar Hasmuni kepada Antaranews. Belum dijelaskan secara spesifik apa dan seberapa besar imbalan tersebut, tapi plis jangan ikuti jejak instansi lain di Sulteng ini.

Saran agar para amatiran enggak ikut-ikutan didasarkan pada kegagalan BKSDA Sulteng menyelamatkan sang buaya selama ini. Padahal, BKSDA udah sampai minta bantuan bermacam pihak, mulai dari LSM asal Australia, para pencinta hewan, warga sekitar, sampai Panji Petualang. Bahkan menurut Panji, buaya ini sulit diselamatkan karena takut dengan manusia. Setiap didekati oleh Panji dan tim Polisi Air dan Udara (Polairud), sang buaya segera membenamkan diri ke dalam air.

Iklan

Burhan (39), salah satu warga dekat sungai yang kerap melihat buaya, yakin buaya ini emang buaya sama dengan yang muncul bertahun-tahun lalu.

"Cukup lama buaya berkalung ban ini muncul, kayaknya lagi berjemur ini buaya di tumpukan pasir atau reruntuhan itu. Munculnya hanya berjemur dengan mulut yang terbuka atau menganga begitu, tidak berapa lama masuk air lagi," kata Burhan. Sama kayak Burhan, Yulius (45), warga lainnya, juga yakin kalau itu buaya sama yang pernah dilihatnya empat tahun lalu.

Tentu saja, teori konspirasi soal bagaimana buaya bisa kena jerat ban bekas ini bermunculan di kalangan warga. Ada yang bilang kalau buaya terlilit ban bekas secara tidak sengaja (yaiyalah, buaya mana yang sengaja pengin punya kalung ban bekas). Ada juga yang bilang kalau ban itu sengaja dipasangkan ke leher buaya oleh manusia yang memancing buaya tersebut, "Saya dengar buaya ini dipancing, tetapi kemudian terlepas," ujar Miswati (40) kepada Kompas. Buat kalian yang masih suka pakai plastik sekali pakai, tuh, nggak cuma sedotan yang bisa nyolok hidung penyu, ban segede gitu juga menyiksa hewan lho.

Mengingat setiap tahun kemunculan buaya ini selalu diliput media (misalnya pada 2017, 2018, dan 2019) berbarengan dengan kegagalan demi kegagalan pemerintah dan warga sekitar untuk menyelamatkannya, kayaknya stok nama penyelamat yang bisa kita andalkan tinggal dua: Ace Ventura, kalo enggak dr. Dollitle.