Kekerasan Seksual

Kasus Lelaki Melecehkan Perempuan saat Salat di Masjid Tercatat di Berbagai Daerah

Kasus-kasus ini menegaskan kekerasan seksual bukan masalah pakaian atau keluar malam. Insiden terbaru di Wajo Sulsel membuat Dewan Masjid Indonesia meminta takmir menyediakan CCTV.
kasus pelecehan perempuan saat salat berjamaah marak, dewan masjid indonesia beri imbauan
Ilustrasi jamaah perempuan salat di Masjid Istiqlal Jakarta saat pandemi. Foto oleh Adek Berry/AFP

Kalau masih ada orang yang enggak percaya bahwa pakaian bukanlah penyebab pelecehan seksual pada perempuan, mungkin kompilasi kasus pelecehan di masjid ini bisa kalian kasih ke mereka.

Seorang pria di Wajo, Sulawesi Selatan, sedang jadi buronan polisi setelah kelakuan mesumnya tertangkap basah kamera pengintai. Ketika sedang waktunya salat Subuh di Masjid As’adiyah Lompo, pria ini menutupi wajahnya menggunakan sarung ala maling dan menyusup masuk ke saf perempuan. Ia kemudian melecehkan seorang perempuan yang sedang menjalankan ibadah, lalu kabur setelah korban berusaha mengejarnya.

Iklan

Polisi menyebut kasus pelecehan pada jemaah perempuan yang sedang beribadah sudah terjadi beberapa kali di masjid lainnya di Wajo. Pelakunya diduga orang yang sama. Sebanyak dua korban kini sudah melapor ke polisi.

“Kita sudah melakukan penyelidikan terhadap aksi pelecehan seksual yang dilakukan pelaku di dalam masjid di mana terekam CCTV. Polres Wajo saat ini telah memeriksa saksi, namun pelaku belum dikenali,” kata Kapolres Wajo Muhammad Islam Amrullah dilansir Sindonews.

Kasus di Wajo ini hanya berselang beberapa hari dari kejadian serupa di masjid daerah Jatinegara, Jakarta Timur, awal bulan ini. Bedanya, polisi sudah menangkap pelaku bernama Marzuki (41) yang tertangkap kamera pengintai melecehkan perempuan yang sedang salat di Musala Al-Amin. Video rekaman CCTV kemudian tersebar di media sosial.

“Keterangan korban itu pelaku menempelkan alat kelaminnya ke ibu-ibu yang lagi salat Asar dari belakang. Kejadiannya terekam CCTV, ada buktinya,” kata pengurus Musala Al-Amin, Parman, saat dihubungi Tribunnews. Parman jugalah yang menangkap Marzuki di jalan arah Jalan Raya Bekasi Timur dan membawanya ke pos Polsek Rawa Bunga.

Iklan

Polres Jakarta Timur memutuskan membawa pelaku ke RS Polri untuk diperiksa kejiwaannya. “Setelah kami lakukan pemeriksaan, diduga si pelaku mengalami gangguan jiwa. Untuk memastikan itu, kami bawa ke RS Polri untuk dalam rangka pemeriksaan kejiwaan,” kata Kanit PPA Polres Jakarta Timur Eka Putra dilansir dari Kumparan.

Berbeda dengan polisi, Parman menilai pelaku bukan orang dengan gangguan jiwa karena saat ditanya jawabannya cukup jelas. “Saya enggak sempat nanya banyak ke pelaku, tapi menurut saya pelaku enggak gangguan jiwa. Jawabannya jelas, pas saya tangkap dia bilang, ‘Saya enggak ngapa-ngapain, Pak.’ Dia juga sempat melawan,” tambah Parman.

Pindah ke Pangkalpinang, Bangka Belitung, pelecehan seksual di masjid malah dilakukan remaja 16 tahun berinisial IZ. Korbannya adalah anak perempuan 8 tahun yang sedang beribadah di Masjid Baitul Makmur. Keluarga melaporkan insiden ke polisi membuat aparat bergerak mengamankan pelaku yang bersembunyi di rumah kerabatnya di Desa Sempan.

“Keluarga korban sudah melapor, laporan pencabulan terhadap anak di bawah umur,” ujar Kapolres Pangkalpinang Tris Lesmana. Korban disebut mengalami trauma, sedangkan IZ mengaku terinspirasi melakukan pelecehan setelah menonton video porno. Berdasarkan arsip pemberitaan media, pelecehan seksual di tempat ibadah turut terjadi di Kabupaten MalangCirebonDepok, dan Palembang.

Maraknya kasus ini membuat Dewan Masjid Indonesia (DMI) angkat suara. DMI mengatakan sistem manajemen keamanan setiap masjid harus mampu melindungi jemaah, misalnya menggunakan marbut masjid dan kamera CCTV.

“Preventifnya CCTV akan sangat menolong, sistem manajemen keamanan masjid harus dirancang detail, termasuk pengawasan langsung oleh petugas masjid. Dan ayat Al-Qur’an memang telah menyebut langsung, ‘Siapa pun yang masuk masjid pasti dijamin keamanannya,’ [bunyi] Surah 3 ayat 97,” ujar Sekretaris Jenderal DMI Imam Addaruquthni kepada Detik.