Perubahan Iklim

Tonton Film Baru VICE Soal Demo Pelajar Tolak Perubahan Iklim 'Make the World Greta Again'

VICE mengikuti perjalanan Greta Thunberg dan perempuan muda hebat lainnya, mengkonsolidasi pelajar mogok sekolah dalam skala global, agar perubahan iklim serius ditangani pemerintah.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID

Greta Thunberg mulai menyadari Bumi semakin sekarat, saat usianya masih 15 tahun. Sejak saat itu, dia bertekad menghentikan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia. Remaja asal Swedia ini bolos sekolah pada Agustus 2018, untuk melaksanakan aksi protes di luar gedung parlemen Swedia.

Dia menuntut pemerintahnya serius melakukan sesuatu untuk menghentikan kerusakan iklim. Greta menjadikan aksinya sebagai rutinitas setiap Jumat. Kegigihannya berbuah hasil. Semakin banyak orang yang mengetahui aksinya. Greta tak hanya dikenal di negara asalnya saja, tetapi juga di seluruh Eropa.

Iklan

Generasi muda di seluruh dunia terinspirasi oleh demo kecil-kecilan Greta. Mereka pun akhirnya membentuk gerakan internasional Fridays for Future. Setiap sebulan sekali, ratusan ribu pelajar di seluruh dunia mogok sekolah pada Jumat untuk turun ke jalan. Mereka mendesak pemerintah agar segera menyelamatkan planet tercinta kita.

1558688159843-VICE_MAKE_THE_WORLD_GRETA_AGAIN_60S_TRAILER00_00_27_00Still002

Anuna De Wever (kiri) bersama Greta Thunberg (tengah). Foto: VICE

Perwakilan di setiap negara punya caranya sendiri. Para pemimpin aksi akan membentuk kelompok-kelompok protes lokal yang beranggotakan siswa sekolah. Satu kesamaan yang mereka miliki adalah gerakan-gerakan ini sebagian besar dipimpin oleh perempuan. Selain Greta, ada Luisa Neubauer (23) di Jerman.

Di sana, kelompok protesnya telah menyebar ke lebih dari 180 kota. Selanjutnya, ada Anuna De Wever di Belgia. Gadis remaja 17 tahun tersebut menjadi juru bicara gerakan Youth for Climate di negaranya. Sejauh ini, jumlah aksi massa di Belgia sudah mencapai 35.000 dari yang awalnya hanya 7.000 orang saja. Anna Taylor, 17, dari Britania Raya mendirikan kelompok Student Climate Network yang bertanggung jawab mengoordinasikan aksi demo utama.

VICE belum lama menayangkan video dokumenter Make the World Greta Again yang mengikuti perjalanan Greta dan aktivis lingkungan lainnya melancarkan aksi mogok terbesar sepanjang sejarah — demonstrasi global yang diikuti 1,6 juta pelajar di lebih dari 125 negara.

VICE mengamati bagaimana para perempuan muda ini mampu menyelaraskan kerja keras mereka padahal tinggal di beda negara. Kami menyaksikan bagaimana mereka menghadapi para politikus yang lebih memedulikan aksi mogok sekolah ketimbang pemanasan global yang dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan. Kami juga melihat cara para perempuan cerdas ini menangani segala kebencian yang ditujukan kepada mereka. "Saya sadar banyak yang membenciku," kata Greta kepada VICE. "Banyak sekali orang yang menyebarkan desas-desus dan berita bohong tentang kami, dan tidak memasukkan informasi sebenarnya. Luisa diperlakukan dengan sangat buruk. Mereka membuat rumor-rumor aneh tentangnya. Saya heran kenapa mereka melakukan itu."

Iklan
1558688171460-VICE_MAKE_THE_WORLD_GRETA_AGAIN_60S_TRAILER00_00_40_06Still004

Luisa Neubauer (tengah). Foto: VICE

"Tak ada yang bisa mempersiapkanmu menghadapi semua kebencian dari mereka yang tak suka kami menggelar aksi," ujar Luisa. "Ada orang mengunggah semua fotoku di Instagram ke Twitter. Dia menghitung semua jejak karbonku karena dulu saya pernah naik pesawat. Itu semua bohong. Saya merasa sedikit terekspos. Saya tahu mereka akan mencari semua kesalahan yang tidak benar sama sekali, tapi kamu tak dapat menghentikannya."

Sebagai tanggapan, Luisa melakukan beberapa cara untuk menyingkirkan semua kebencian itu agar dia bisa lebih fokus pada masalah yang ada. "Saya langsung menyadari pasti ada saja orang yang tidak menyukaiku — mereka membenci semua perkataanku," ujarnya. "Mereka menuduh saya melakukan ini cuma buat punya banyak follower di Twitter. Saya sadar tidak bisa melakukan apa-apa, jadi lebih baik saya mengabaikan mereka dan mengurusi hal-hal yang lebih penting."

1558688222091-VICE_MAKE_THE_WORLD_GRETA_AGAIN_60S_TRAILER00_00_43_18Still010

Foto: VICE

Kebencian yang mereka terima bukan hanya sekadar trolling semata. "Banyak yang menginginkanku mati. Bahkan sampai ada yang mengancam ingin memperkosaku. Benar-benar parah,” ungkap Anuna.

"Sangat menyedihkan melihat mereka berusaha mencari-cari kesalahan untuk membenciku, dan mereka bisa seperti ini karena tidak mau membuka mata terhadap apa yang sebenarnya kami lakukan."

Terlepas dari semua kebencian itu, ketiga perempuan ini bertahan untuk tetap positif. "Saya menganggap semua ini pertanda baik, ketika ada orang melihat kami sebagai ancaman," kata Greta. "Artinya ada sesuatu yang segera terjadi sebagai respons aksi kami."

Artikel dan dokumenter ini pertama kali tayang di VICE UK