Kejahatan

Transpuan Dibakar Hidup-hidup di Jakarta Utara Usai Dituduh Mencuri

Kematian Mira disorot sejumlah lembaga HAM, bukti transgender rutin terancam bahaya di Indonesia. Polisi kerap diskriminatif menangani kasus kekerasan pada kelompok minoritas ini.
Transgender di Jakarta Dibakar Hidup Hidup Bukti Nyata Risiko Jadi Waria di Indonesia
Kelompok intoleran menggelar demonstrasi anti-LGBT di Yogyakarta pada 2016 lalu. Foto oleh Suryo Wibowo/AFP

Mira, mari kita ingat baik-baik nama ini. Ia seorang transpuan 42 tahun. Sabtu pagi pekan lalu (4/4), ia dibakar hidup-hidup di Cilincing, Jakarta Utara, oleh sekelompok preman yang menuduhnya mencuri.

Mira dibunuh setelah seorang sopir truk yang sedang parkir di dekat rumahnya mencurigainya mencuri ponsel dan dompet milik si sopir. Menurut Yuni Irawan, teman Mira dan aktivis di lembaga advokasi transgender Yayasan Srikandi Sejati, yang menuturkan kronologi pembunuhan ini, si sopir kemudian menggeledah kos Mira sementara penghuninya tak ada di tempat.

Iklan

Karena tak menemukan barang yang ia cari, si sopir kemudian pergi. Berselang beberapa waktu, datang lima preman mendatangi Mira di suatu tempat. Yuni menduga, para preman itu suruhan si sopir truk.

"Pas si sopir truknya pulang, mungkin si sopir ini nyuruh preman di situ suruh jemput si Mira. Datanglah preman-preman itu jemput si Mira. Lima orang. Karena si Mira enggak merasa ngambil dia ngikut aja. Dia dijemput paksa," tutur Yuni, dilansir Kompas.

Dari keterangan Orin, teman Mira yang Bersama korban saat kejadian, ada tujuh preman yang datang. Mereka kemudian memukulinya agar mengaku, namun Mira tetap mengatakan dia tak mencuri dompet dan ponsel itu. "Tetap [Mira] enggak mau mengaku setelah digebukin tujuh orang preman itu," ujar Yuni kepada Tribunnews.

Menurut Orin, para preman ini bekerja sebagai security tak resmi di area setempat. Setelah pukulan tak berhasil membuat Mira mengaku, mungkin karena Mira memang tak melakukannya, dua preman mengancam.

"[Salah satu anggota preman] nanya Mira, 'Mau ngaku enggak? Kalau enggak gue bakar lo'," kata Orin saat diwawancarai The Jakarta Post. Satu preman lainnya kemudian menyiramkan dua liter solar dan bensin ke tubuh Mira dan menyulut korek ke tubuh korban. Dalam kondisi terbakar, Mira sempat lari ke kosnya, kemudian dibawa warga ke RSUD Koja di Jakarta Utara. Namun, ia akhirnya meninggal Minggu (5/3), sekitar pukul 12 siang.

Pada Rabu (7/3), polisi berhasil menangkap beberapa pelaku. "Sudah ada pelaku yang ketangkep," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara Kompol Wirdhanto Hadicaksono kepada Detik. Namun, polisi tidak mengatakan berapa pelaku yang telah ditangkap. Polisi juga belum mengonfirmasi jumlah tersangka pembunuhan ini. Dari rilis pers lembaga perdamaian dan HAM Sandya Institute, disebutkan dari lima preman yang membakar Mira, baru dua yang tertangkap.

Kasus ini jadi menambah catatan kelam perlakuan minoritas transgender di Indonesia. Dari sejarah yang dilansir Sandya Institute, kita belajar bahwa aparat punya rapor buruk menangani kasus terkait LGBTQ.

Menurut laporan 12 tahun persekusi dari lembaga Arus Pelangi, dari 2006-2018 telah terjadi 1.850 kasus persekusi terhadap waria dan transpuan yang tidak diselesaikan aparat. Salah satunya kasus penembakan delapan waria di Taman Lawang, Menteng, Jakarta Pusat yang sejak 2011 tak ada kejelasan.