Ini Game Perang Paling Realistis, Fokusnya Penjinak Ranjau, Zeni, dan Paramedis
Cuplikan adegan dalam game dari Bohemia Interactive.

FYI.

This story is over 5 years old.

Game Perang

Ini Game Perang Paling Realistis, Fokusnya Penjinak Ranjau, Zeni, dan Paramedis

Pengembang ‘Arma III’ bekerja sama dengan Organisasi Palang Merah memberi pengalaman ke gamer detail nyata perang yang tak pernah disentuh kebanyakan genre shooter lainnya.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Penggemar video game tentunya bukan penjahat perang, tapi mereka doyan memainkan karakter kriminal perang dalam game. Waralaba populer macam Call of Duty, Battlefield dan Wolfenstein menampilkan karakter mengamuk di zona konflik. Adegan-adegan di game ini kerap melanggar peraturan Konvensi Jenewa dan hukum kemanusiaan internasional.

Selama beberapa tahun terakhir, International Committee Red Cross (ICRC) berusaha mendorong developer agar mendesain game yang merefleksikan hukum dunia nyata dan menunjukkan konsekuensi dari perang. ICRC sempat berbicara bareng perusahaan macam Activision dan Electronic Arts, tapi semuanya menolak tawaran mereka untuk menciptakan game shooter militer yang lebih menggambarkan adanya peran paramedis, perlakuan tahanan perang, dan detail-detail Konvensi Jenewa.

Iklan

Untungnya, Bohemia Interactive, pengembang asal Republik Ceko, yang menciptakan seri simulasi militer realistis Arma, menerima tawaran tersebut.

Game Arma bukanlah sekedar perihal berlari-lari dan menembakan senjata di medan perang, tapi tengan keputusan taktis yang sulit dan konflik perang berskala besar. Laws of War, versi terbaru dari Arma III, meneruskan ambisi Interactive untuk menampilkan skenario perang yang realistis. Seri ekspansi ini bukan hanya menambahkan senjata, map, dan campaign baru saja, namun menjadi bukti usaha perusahaan untuk menyelipkan elemen hukum kemanusiaan internasional ke dalam game shooter militer ini. Alhasil, Laws of War berbeda dengan game-game perang lainnya yang pernah saya mainkan.

Campaign mini di game ini, Remnants of War dimulai dengan sebuah kematian yang brutal. Campaign ini dikisahkan berlangsung beberapa bulan setelah konflik dalam Arma III berakhir, dan berfokus di situasi sesudah perang: pembersihan, rekonstruksi, dan pelucutan senjata.

Begitu game dimulai, pemain mengendalikan teknisi lokal yang sedang mengarungi hutan dan pergi menuju kampung halamannya yang sudah hancur. Seiring perjalanan, seorang pekerja P3K dan seorang jurnalis menarasi perjalanannya. Dalam waktu beberapa menit saja, pemain menemukan sebuah gereja yang diduga menjadi tempat persembunyian kakak lelaki karakter. Begitu dia memasuki daerah kota, karakter tadi menginjak ranjau darat dan tewas seketika.

Iklan

Layar berubah menjadi gelap dan teks muncul di layar, mengingatkan kita horor dari ranjau darat di medan perang. Kemudian pemain mengendalikan pekerja P3K yang menarasikan kematian sang mekanik—Nathan MacDade. Dia bekerja untuk International Development & Aid Project—atau IDAP—(sebuah LSM yang mirip dengan Red Cross) dan dia berada di sana untuk mematikan ranjau-ranjau tersebut. Remnants of War berlanjut seiring MacDade berjalan melalui puing-puing perang, mematikan ranjau, dan berbicara dengan seorang jurnalis tentang akibat perang, dan mengingat masa lalu.

Pengaruh Palang Merah bisa terlihat di sepanjang Laws of War. Di luar campaign mini tersebut, game ini menawarkan pemain skenario saat staff IDAP mengajarkan tentara pentingnya hukum kemanusiaan internasional. Bahkan ditampilkan juga simulator pelatihan dimana pemain berpatroli di sekitar desa memburu kaum militan, sementara IDAP melacak kemajuan mereka dan melihat apakah kamu gagal dan menembak warga sipil. Simulasi ini juga melacak jalur peluru pemain jadi mereka bisa dengan mudah memprediksikan adanya korban tewas dari kalangan sipil.

Mungkin ini terdengar mudah, tapi ketika kamu berjalan di sekitar desa dimana kaum militan dan warga sipil terlihat sama persis dan memiliki senjata…ini menjadi tugas yang sulit.

Laws of War merupakan kemajuan yang pesat dan Motherboard berbicara dengan direktur kreatif Bohemia Interactive, Jay Crowe dan pemimpin proyek Joris Jan Van't Land via email untuk mencari tahu apa dampak yang akan dihasilkan game sadar hukum macam ini.

Iklan

Motherboard: hukum kemanusiaan internasional dalam peperangan adalah subyek yang berat. Kenapa kalian mau menyentuh topik ini?
Jay Crowe: Memang ini topik yang sulit, dan dari awal kami harus menerima fakta bahwa satu DLC [downloadable content] tidak bisa menyentuh topik ini sepenuhnya. Tapi kami—dan pemain—selalu tertarik dengan isu-isu yang kompleks. Game-game Arma menciptakan pengalaman dari medan perang modern dan realitanya, hukum kemanusiaan internasional adalah bagian dari itu.

Ada adegan dalam game saat para prajurit ikut seminar aturan perang. Diunggah seizin Bohemia Interactive.

Bagaimana Palang Merah bisa terlibat produksi game ini?
Joris-Jan van't Land: Hubungan kami dengan ICRC dimulai lima tahun lalu. Waktu itu kontak terjadi ketika salah satu spesialis mereka berbicara dengan anggota tim pengembangan Arma. Dia menganjurkan mengubah beberapa hal minor yang akan membuat game melambangkan hukum kemanusiaan internasional dengan benar. Perubahan-perubahan ini dilakukan di Arma II dan Arma III.

Crowe: Semenjak itu, ICRC telah mengunjungi tim design kami di Ceko untuk mengadakan workshop hukum kemanusiaan internasional dengan para developer. Kami menerima informasi dasar dan kemudian membahas kemungkinan-kemungkinan lebih lanjut bersama. Mereka selalu bersikap pragmatis dan tidak pernah memaksa kami melakukan hal apapun, hanya menawarkan saran dan nasihat. Jadi ketika ide Laws of War muncul, kamu mengontak mereka dan menerima respon yang positif hingga hari ini.

Kenapa kalian merasa perlu melibatkan Palang Merah?
Land: Sama seperti bagaimana kami bekerja dengan konsultan militer untuk memvalidasi otensitas alat perang di game, kami juga ingin merepresentasikan sisi bantuan kemanusiaan seotentik mungkin. Dari awal kami memutuskan untuk tidak memasukkan LSM dari dunia nyata ke dalam game, jadi kami menciptakan faksi Armaverse International Development & Aid Project (IDAP). Setelah kami berbicara dengan ICRC, kami menambahkan beberapa detil otentik, seperti bagaimana mereka menandai kendaraan mereka di area konflik.

Iklan

Crowe: Tentunya kami bukan ahli hukum kemanusiaan internasional, dan ini topik yang kompleks. ICRC telah memeriksa teks game kami yang berhubungan dengan hukum kemanusiaan internasional dan menganjurkan koreksi apabila dibutuhkan. Kami telah melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi di game selalu akurat, tapi tentunya selalu lebih baik berbicara dengan sumber utama informasi agar referensi kami selalu akurat dan up to date.

Tema apa yang kalian berusaha tampilkan lewat 'Laws of War' dan bagaimana game ini merefleksikan tema tersebut?
Land: seri Arma selalu menunjukkan perang dari berbagai perspektif, tanpa sisi hitam dan putih dari sebuah konflik. Disini kami memiliki kesempatan untuk menunjukkan kompleksitas perang, terutama perang asinkron yang sering kita lihat hari gini. 'Jagoannya' tidak selalu baik, dan kadang ada cerita di balik tokoh 'jahat'. Di campaign mini "Remnants of War", misalnya, kami ingin menunjukkan bagaimana perang berdampak terhadap sebuah kota kecil, dari semua sudut pandang yang relevan.

Crowe: Kampanye mini dibuat berdasarkan sudut pandang itu, namun kami juga ingin menarik perhatian terhadap pekerjaan yang dilakukan LSM macam IDAP di seluruh dunia, mengeksplor peran yang mereka ambil dan tantangan yang mereka hadapi. Maka dari itu kami menceritakan salah satu stage memakai sudut pandang seorang veteran IDAP yang terluka hatinya.

Bagaimana gamer dan komunitas internasional bereaksi terhadap 'Laws of War'?
Land: Fokus di bidang hukum perang semakin memperkuat otentitas game. Kalau kami bisa menyalurkan nilai-nilai kemanusiaan terhadap pemain, dan mungkin suatu hari akan menjadi perekrut militer di masa depan, tentunya ini bonus. Kami sudah menerima berbagai reaksi yang merenyuhkan hati dari pekerja P3K, personil militer yang masih aktif, veteran, dan para pemain. Semua itu memperkaya pengalaman kami sebagai developer game.