Opini

Beneran Lho, Lirik Lagu 'Ampun Bang Jago' Cocok Jadi Soundtrack Kudeta Myanmar

Gara-gara video senam aerobik diiringi lagu Indonesia yang populer itu, guru olahraga asal Myanmar bernama Khing Hnin Wai jadi meme di tengah kisruh kudeta militer.
Video senam saat kudeta myanmar viral diiringi lagu ampun bang jago
Rekaman aerobik viral, saat Khing Hnin Wai olahraga di jalan raya Ibu Kota Naypyidaw dekat parlemen Myanmar yang dikuasai militer. Screenshot dari akun @vonkoutli

Cita-cita Indonesia mendunia lewat invasi budaya populer jadi kenyataan lewat cara paling tidak terpikirkan. Adalah Khing Hnin Wai, guru olahraga di Myanmar, yang tanpa sadar memicunya. Pada Senin (1/2) pagi waktu setempat, doi merekam kegiatan senam aerobik untuk diunggah seperti biasa ke akun Facebook pribadi. Hari itu, “Ampun Bang Jago”, lagu super populer milik duo musisi Manado Tian Storm dan Ever Slkr, dipilih sebagai musik pengiring.

Iklan

Siapa sangka, rutinitasnya pagi itu sedikit berbeda karena saat ia senam, tiba-tiba rombongan kendaraan militer Myanmar lewat di belakangnya, untuk mengamankan gedung parlemen. Militer melengserkan paksa para pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi Myanmar (NLD), dari Aung San Suu Kyi hingga Presiden Win Myint.

Manuver para jenderal angkatan bersenjata itu dilakukan karena tak terima partai yang mereka dukung kalah dalam pemilu November tahun lalu melawan NLD. Tentara menuding terjadi kecurangan massif dilakukan NLD, sehingga layak menetapkan situasi darurat nasional hingga satu tahun ke depan.

Video senam itu viral, mendapuk “Ampun Bang Jago” sebagai soundtrack kudeta militer tidak resmi. Di postingan aslinya, rekaman Khing Hnin Wai senam sampai dibagikan ulang 48 ribu kali dan dikomentari ribuan pengguna FB. Keviralan sampai pada puncaknya saat penyebaran video mulus menembus platform media sosial lain dan sampai di Indonesia, membuat warganet Indonesia geger.

Pada unggahan pasca-viral, Khing Hnin Wai menjelaskan bahwa tidak ada kepentingan politik di balik video senamnya selain ya cuma rutinitas senam biasa aja. Namun, yang tidak guru olahraga itu sadari, lagu “Ampun Bang Jago” justru memiliki makna relevan terhadap kudeta militer Myanmar.

Iklan

Secara tujuan pembuatan, Jonathan Dorongpangalo, nama asli Tian Storm, dan Ever Sekalara menyebut lagu emang may nyinyirin kaum-kaum sok jago yang memandang rendah orang lain, sindiran bagi kaum berkuasa yang mencapai tujuan dengan cara-cara licik. Cocok banget untuk ngomelin aparat nakal atau, tentu saja, tentara ngebet berkuasa hingga nekat mengkudeta.

Akan tetapi, meski emang cocok jadi bahan mengolok-olok junta militer Myanmar, yang disebut Tatmadaw, ternyata lagu ini sekaligus cocok banget dijadikan soundtrack para tentara untuk melakukan kudeta. Lewat tafsir tertentu, “Ampun Bang Jago” bisa dilihat sebagai ungkapan Tatmadaw yang capek hati kalah terus selama dua kali pemilu bebas melawan partai yang dipimpin figur demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi.

Mari mempelajari kudeta Myanmar, sembari memahami perasaan militernya yang ngebet berkuasa, lewat lirik lagu “Ampun Bang Jago”:

*Disclaier: lirik berbahasa Indonesia diambil langsung dari akun YouTube Tian Storm.

“Kalian merasa tinggi biar ku merendah/kalian merasa hebat biar ku yang lemah/merasa paling terbaik tapi cara kalian otodidak/udik, skil otodidak, tapi merasa paling pintar”

Lirik awal lagu cocok jadi ungkapan hati Ming Aung Hlaing, panglima tentara Myanmar yang kini berdiri di pucuk pimpinan negara setelah sukses mengkudeta. Sebagai konteks, militer emang pernah digdaya di Myanmar lebih dari lima dekade sebelum akhirnya kekuasannya semakin terkikis sejak pemerintah berubah demokratis pada akhir 2010.

Iklan

Partai sokongan tentara bernama Union Solidarity and Development Party (USDP) coba berkontestasi dalam pemilu. Namun, mereka kalah terus dari Aung San Suu Kyi. Puncaknya, NLD mendapatkan 80 persen suara rakyat pada Pemilu 2020, menenggelamkan USDP dengan hanya meraup 33 kursi di parlemen. NLD makin dominan di parlemen, berpeluang merevisi konstitusi yang selama ini sangat ramah bagi elit-elit tentara.

Tidak heran bila Panglima Min Aung Hlaing geram melihat anggota NLD bisa makin berpengaruh. Tatmadaw sejak lama tidak menyukai kemungkinan Myanmar berubah menjadi negara berasaskan demokrasi liberal. Mereka ingin menjaga status quo, yang menetapkan prinsip “demokrasi disiplin” (sebutan lain untuk massifnya kekuasaan militer, menyerupai Indonesia pada era Orde Baru. Tidak mengherankan karena ternyata jenderal Myanmar belajar langsung ke Indonesia soal dwifungsi ABRI).

“Jangan senang dulu/ semua tinggal tunggu waktu/ ada yang manis tapi itu bukan susu”

Kekalahan demi kekalahan mengajarkan jenderal Min Aung dan sejawatnya di junta bahwa demokrasi bukan untuk kombatan seperti mereka. Bertanding secara adil tapi selalu kalah, tinggal tunggu waktu bagi militer merampas kekuasaan dengan satu-satunya cara yang mereka pahami: kudeta. Ada yang manis tapi bukan susu, ada yang berkuasa padahal kalah pemilu.

Iklan

“Anak baru haus pujian/ datang seolah dia jagoan, sori lah/ Mulai kelihatan mereka datang satu per satu/ rebutan tahta pasti pasti itu yang mereka tuju/tidak perlu sebut nama, mereka peka dengan lagu ini”

Tentara Myanmar jelas cocok disebut “anak lama” dalam kancah politik Myanmar karena pernah menguasai pemerintahan sejak 1968 sampai akhir 2010. Eh, kok tahu-tahu ada anak baru bernama Aung San Suu Kyi datang bawa pengaruh demokrasi. “Siapa ini Aung San Suu Kyi? Dasar perempuan haus pujian dan ingin berkuasa!” Mungkin begitu pikir Min Aung, persis tukang gosip komplek perumahan yang suka bikin fitnah pas arisan warga.

“Semua tahu, siapa yang nomor satu/Saat mereka datang menunjukkan siapa yang paling hebat/ Kami masih tetap pada jati diri sendiri/ Bersatu padu, militer melawan musuh bersama”

Min Aung Hlaing yakin banget militer lah institusi yang paling pantas duduk di singgasana pemerintahan. Oleh karenanya, meski kalah suara dalam pemilu, rombongan Tatmadaw memutuskan tetap jadi diri sendiri, melakukan apa yang tentara biasa lakukan: merebut dengan paksa, sambil menggumamkan yel-yel terpesona dalam bahasa Myanmar.

“Biarlah, anggap saja mereka yang paling hebat/ Karena kami selalu yang selalu diakui/ biar dunia mau ngomong apa/ Kami yang punya kuasa di sini”

Bagian ini jelas. Lirik ini adalah pernyataan jari tengah dari Min Aung Hlaing dan rekan-rekan jenderalnya kepada berbagai negara yang mengkritisi keputusan kudeta. Ia sudah punya pengalaman begini saat dirinya santai aja nerima konsekuensi kecaman pada 2017 gara-gara operasi militernya disebut berisi pembunuhan massal, pemerkosaan masal, dan pembakaran kepada etnis Rohingya pada 2017, membuat 730 ribu kelompok minoritas tersebut harus kabur ke Bangladesh. 

Pada 2018, Facebook menghapus akun Ming Aung Haling yang doi gunakan untuk kampanye politik gara-gara operasi ini. Kalau kata Profesor Hukum dari University of New South Wales Melissa Crouch sih, Ming Aung emang kebelet banget pengin jadi presiden. Tapi ya gimana, kok kalah mulu pas pemilu. Bentar-bentar, ada jenderal tua, kaya raya, pengin banget jadi presiden. Kok kayak kenal ya?

Bagian paling epik. Lagu “Ampun Bang Jago” justru diakhiri oleh mantra buta yang kayaknya digumamkan kelompok militer Myanmar dalam berkegiatan sehari-hari. Lirik ini juga menjelaskan mengapa mereka kok nekat melakukan kudeta meski ditentang satu bumi.

“Jadi semangat saja berkarya/ walau tidak berguna/ walau tidak berguna/ tidak berguna.”