Konten Viral

Livestreaming Menghitung Beras di TikTok jadi Aksi Tak Berfaedah Paling Epik

Akun TikTok asal Vietnam @thanhkeoo viral, termasuk di Indonesia, berkat konten hitung beras. Psikolog coba mengurai penyebab orang demen hiburan absurd di masa pandemi.
Akun TikTok Vietnam viral di Indonesia karena livestreaming menghitung beras
Screenshot aksi livestreaming menghitung butiran beras dari akun TikTok @thanhkeoo

Hingga artikel ini dilansir pada 3 Agustus 2021, akun TikTok asal Vietnam dengan nama @thanhkeoo masih menggelar livestreaming menghitung butiran beras, yang merujuk hitungannya mencapai 32 ribu butir. Melihat jumlah beras di wadah yang masih tersisa setengah, perjalanan konten absurd ini terasa masih panjang. Makin absurd lagi, lebih dari dua ribu orang setia mantengin. Bahkan angka penonton sempat mencapai enam ribu. 

Iklan

Konten absurd ini sampai ke netizen Indonesia karena dibagikan di Twitter. Kalau melihat komentar streaming ini, bisa dilihat banyak orang Indonesia yang komentar kalau konten ini aneh banget. Kok ada ya, orang senggang banget, sampai ngajak-ngajak orang lain menontonnya menghitung butir beras? Ini jugakah kenapa orang Indonesia semangat berpartisipasi? Begitu banyak pertanyaan, begitu sedikit jawaban.

Agar penontonnya enggak mati penasaran, @thanhkeoo juga mengunggah suasana di balik layar streaming yang ia lakukan. Penting abis.

Sebagai media pencinta konten-konten aneh, VICE turut bangga melihat streaming ini terkenal. Sebelum viral menghitung beras, yang bersangkutan emang konsisten mengunggah konten bikin kembang gula dicampur berbagai rasa “unik” macam minuman soda dan lolipop. Luar biasa emang, akun @thanhkeoo boleh jadi anak TikTok kemarin sore, mulai mengunggah konten enggak nyampe dua minggu lalu. Namun, determinasinya untuk diperhatikan warganet sampai bikin konten absurd patut kita acungi jempol.

Dalam dunia kreator digital, konten jenis ini disebut konten ketahanan (endurance). Artinya, pembuat konten hanya bergantung sepenuhnya dari kekuatan fisik dan mentalnya mengatasi rasa bosan dan lelah karena melakukan hal yang sama berulang kali dalam durasi panjang. Genre ini udah hadir sejak 2010-an, namun dipopulerkan oleh YouTuber Amerika Serikat Mr. Beast yang kerap bikin konten ketahanan macam nontonin video nari selama 10 jam sampai mengucap satu kata seratus ribu kali

Iklan

Dampaknya sampai Indonesia. Tahun lalu, VICE sempat merangkum fenomena Didit Deelon, YouTuber yang namanya melambung berkat video “2 Jam Enggak Ngapa-ngapain” . Meski Didit yang ketiban viral, konten tahan berdiam diri depan kamera sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh akun YouTube RM Zone dan NapLive. Di kanal lain, akun YouTube YUPS! berhasil menjaring 800 ribu penonton setelah merekam dirinya ngomong “Anjay” seratus ribu kali selama sepuluh jam lebih. Kala memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-75, ia juga merekam dirinya hormat bendera selama dua jam yang ditonton hampir 250 ribu kali.

VICE lantas menghubungi psikolog klinis BIanglala Andriadewi untuk minta penjelasan. Apa yang membuat para kreator rela “menyiksa diri” saat membuat konten? Maksud kami, ada banyak cara buat trending, tapi kenapa harus cara ini?

“Dari sudut kreator, bisa bervariasi alasan mereka [melakukan hal tersebut]. Kita tidak bisa benar-benar tahu tanpa mempertanyakan hal ini kepada yang bersangkutan. Hanya saja, ada kemungkinan alasan pembuatan konten ‘berbeda; dan kurang lumrah ini yaitu mencari perhatian,” ujar Lala, panggilannya, kepada VICE.

Bentuk perhatian tersebut bisa berupa like, komentar, dan bentuk feedback lain. “Saat konten tersebut viral atau ramai dibicarakan, kreator merasa memperoleh reinforcement positif sehingga ia mengulang perilakunya dengan membuat konten serupa.”

Cara pandang ini juga berlaku ketika satu kreator mengikuti konsep video setelah melihat kreator lain mendapatkan perhatian dari konten absurd tersebut. “Malu atau tidaknya, malu itu kan salah satu emosi. Sama seperti emosi lain, tiap orang memiliki reaksi emosi berbeda-beda. Untuk satu kejadian yang sama, dua orang bisa mengalami emosi yang berbeda. Bagi kita mungkin memalukan, mungkin bagi kreator tersebut hal yang dilakukannya bukanlah sesuatu yang memalukan,” tutup Lala.

Ya deh. Selama enggak menyakiti siapa pun, konten absurd seperti menghitung beras ini kita dukung saja. Sebelum menayangkan artikel ini, kami coba cek lagi live streaming tersebut untuk terakhir kali buat melihat kondisi @thanhkeoo. Buset, berasnya udah 36 ribu butir lebih.