Pandemi Corona

Ilmuwan Beri Peringatan Bila Covid-19 Berisiko Menimbulkan Kerusakan Otak

Dari 43 kasus pasien corona yang diteliti mengalami gangguan saraf hingga kerusakan otak. Meski belum definitif, riset awal ini patut diwaspadai.
Ilmuwan Beri Peringatan Bila Covid-19 Berisiko Menimbulkan Kerusakan Otak
Foto ilustrasi oleh ©bunyos / stock.adobe.com 

Peneliti dari University College London (UCL) memperingatkan adanya temuan baru soal Covid-19. Dalam serangan yang parah, virus corona tersebut dapat memicu kerusakan otak bagi pasien.

Penelitian dari UCL itu mempelajari data 43 kasus pasien corona yang dalam perawatan intensif justru mengalami gejala gangguan saraf, stroke, hingga kerusakan otak permanen. Akademisi mempelajari lebih lanjut kaitan antara Covid-19 dengan gangguan saraf, setelah muncul laporan pada April lalu, kalau beberapa pasien corona yang usianya masih 30-an mengalami stroke yang seharusnya lebih identik dengan orang di atas 70 tahun.

Iklan

Michael Zandi, pemimpin tim peneliti dari UCL, menyatakan kesimpulan mereka masih belum definitif karena dibutuhkan sampel yang lebih besar. Namun, dengan data yang ada sekarang, Covid-19 kemungkinan besar dapat memicu gangguan saraf serius. "Namun apakah efek Covid-19 nanti akan memunculkan kasus kerusakan otak banyak pasien seperti saat pandemi influenza pada 1918, masih belum bisa disimpulkan," ujarnya.

Ross Paterson dari lembaga Research Centre for Machine Learning, mendapat temuan serupa. Dia menyatakan efek jangka panjang pada otak ini wajib diwaspadai tenaga medis yang menangani pasien Covid-19. "Kami sementara ini meyakini bila diagnosis yang tepat di awal perawatan bisa meningkatkan peluang pasien terhindar dari risiko tersebut," tandasnya.

Kabar ini menambah buruk penanganan pandemi, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bila penularan Covid-19 lewat udara merupakan "fakta ilmiah yang muncul secara konsisten". WHO mengubah sikap setelah 239 ilmuwan dari 32 negara berbeda mendapati temuan yang sama, bahwa Covid-19 bisa menular lewat udara dan terhirup siapapun yang tadinya sehat.

Dengan begitu, virus ini ternyata tidak hanya menular lewat cairan tubuh yang keluar dari batuk dan bersin. Meski begitu, Maria Van Kerkhove, salah satu pakar utama dalam satgas penanganan Covid-19 WHO, menyatakan "data-data yang lebih banyak soal penularan lewat udara masih perlu dikumpulkan."

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.