FYI.

This story is over 5 years old.

Kesehatan Mental

Sori Banget, Depresi Tak Bisa Sembuh Hanya Karena Kalian Rajin Olahraga

Ada beberapa artikel online bilang jogging bisa menenangkan depresi, tak kalah efektif dari obat penenang. Maaf nih, artikel begitu perlu dikaji ulang akurasi ilmiahnya.
Foto ilustrasi oleh Bonninstudio / Paul S. Howell

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Dulu orang yang merasa mengalami gangguan mental pasti akan konsultasi ke psikiater. Sekarang? Tinggal pergi ke Google. Di dunia maya ribuan blog dan situs macam Quora dan buku-buku self-help tersedia. Semuanya menjanjikan solusi terhadap depresi dan gangguan kecemasan yang kamu hadapi. Rata-rata semuanya mengatakan kamu harus belajar disiplin dengan tubuh dan pikiran, dan mungkin mulai melakukan yoga.

Iklan

Semua klaim ini bukan omong kosong semata. Olahraga memang bisa membantu mereka-mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental, tapi ya olahraga emang bagus buat siapa aja sih. Masalahnya dimulai ketika orang mulai menyamakan gejala atau emosi dengan penyakit kronis. Kalau kamu sehat tapi mengalami banyak gejala yang berhubungan dengan berbagai gangguan kesehatan mental—rasa takut, kesedihan, mati rasa, kesulitan berkonsentrasi, stres—ini juga menyebalkan dan saya tidak akan meremehkan hal-hal tersebut. Tapi penting bahwa kita menyadari bentuk perawatan yang mungkin cukup untuk membantu orang-orang yang mengalami hal ini—seperti olahraga—tidak akan cukup ampuh bagi mereka yang mengalami gangguan kronis.

"Semua orang mengalami kecemasan, jelas, tapi kebanyakan tidak mengidap gangguan kecemasan," jelas Jennifer Payne, seorang profesor psikiater dan kelakuan manusia di Johns Hopkins School of Medicine. "Yoga itu luar bisa dan bisa membantu mereka yang cemas, tapi tidak akan bisa menyembuhkan gangguan kecemasan."

Apabila seseorang bisa menyeimbangkan diri lewat olahraga, itu bagus sekali, tapi karena hal semacam ini jugalah kita kerap mendapatkan testimoni ngasal soal mengalahkan ADHD dengan cara berenang setiap pagi. Klaim-klaim macam ini mungkin terlihat tidak berbahaya, tapi sesungguhnya mereka sangat berarti karena banyak orang putus asa mencari pengobatan alternatif dan banyak sekali orang-orang di internet yang seenaknya memproklamirkan bahwa obat-obatan Barat itu sampah. Ketika orang terpengaruh dan mulai berhenti meminum obat dan berpikir bisa menyembuhkan kondisi mereka secara 'alami' lewat olahraga, ini berbahaya.

Iklan

Olahraga itu memang bisa menggembleng pengidap depresi, atau memberikan struktur bagi seseorang yang berusaha mengontrol ADHD. Payne mengatakan olahraga juga bisa membantu mereka yang mengalami gangguan kecemasan untuk membantu mengatur tingkat adrenalin. Menyalurkan energi kecemasan ke arah olahraga juga lebih efektif dibanding sekedar mengabaikannya. Tapi Payne mengingatkan bahwa bagi mereka yang sudah didiagnosa dengan kondisi tertentu, olahraga harus diperlakukan seperti suplemen, dan bukan satu-satunya pengobatan, tidak peduli apa kata orang di Yahoo! Answers.

Banyak salah kaprah yang muncul di internet tidak disengaja. Orang normal yang mendalih kegiatan fisik sebagai obat mungkin memang benar-benar meyakini hal tersebut. Tidak ada alasan kenapa seseorang tanpa latar belakang sains bisa tahu definisi yang pas dari sebuah gangguan khusus. Lagipula, garis batas perihal gangguan mental jauh lebih abu-abu dibanding penyakit fisik.

Ketika masih kecil, dan juga sekarang kadang-kadang, beberapa minggu setelah membeli sepasang baru, saya selalu memastikan keduanya selalu simetris. Kalau satu sepatu agak kotor, saya akan memastikan sepatu satunya sama kotornya. Saya bisa melakukan ini selama berjam-jam hingga puas. Kapanpun saya hendak naik tangga, saya mengingat kaki mana yang naik duluan jadi lain kali saya bisa memulai dengan kaki lainnya. Hanya butuh beberapa detik di internet sebelum seseorang menyimpulkan saya mengidap OCD.

Iklan

Lha tapi saya gak mengidap OCD kok. Saya bisa berhenti kapan saja sesuai kehendak. Saya gak pernah sampe gak bisa tidur, dan ini tidak pernah sampai mengganggu kehidupan sehari-hari. Kalau sekarang saya mengalami gejala yang serupa, paling olahraga juga sembuh. Mereka yang benar-benar mengidap OCD pasti tidak akan setuju dengan pernyataan saya barusan.

Payner merasa salah satu label yang paling sering kita gunakan salah adalah gangguan kecemasan, yang masih menjadi bentuk gangguan psikiatrik paling umum. Satu lagi adalah ADHD yang justru dikira banyak orang sebagai bentuk gangguan psikiatrik paling umum. Aktivitas hiper dan kesulitan berfokus sering sekali muncul di anak-anak, dan orang tua yang panik atau dokter yang kurang hati-hati sering sekali mencap mereka mengidap ADHD, padahal mungkin saja ini bagian dari kepribadian anak.

"ADHD itu keseringan dijadikan diagnosa," kata Payne. "Dan banyak sekali yang mengaku 'oh iya, gue ada ADHD, tinggal olahraga juga beres'. Dan di kasus ADHD yang serius, olahraga tinggal akan bisa menyembuhkan."

Lucunya, semakin banyak sumber terpercaya yang berargumen bahwa olahraga dan obat ADHD tidak jauh berbeda efeknya. Kalau kamu membaca penelitian yang menjadi dasar argumen mereka, sesungguhnya anak-anak subyek penelitian tersebut tidak didiagnosa dengan ADHD. Kebanyakan dari mereka hanya "berisiko" terkena ADHD "memiliki gejala ADHD," dan sebagainya. Para ahli mengatakan olahraga sebagai obat ADHD hanya akan berhasil bagi sebagian kecil orang.

Iklan

Tentunya ini bukan berarti informasi tersebut tidak benar atau tidak berguna. Banyak anak-anak ini belum cukup umur untuk menerima diagnosa resmi—susah untuk mendiagnosa balita. Tapi intinya, semua informasi ini mengantar ke persepsi bahwa banyak orang pengidap gangguan kesehatan mental bisa sembuh hanya dengan berolah raga.

"Diagnosa yang berlebihan itu menyebalkan, bayangkan apabila seorang pasien percaya mereka mengidap ADHD kemudian dianjurkan meminum obat stimulan dan kemudian menjadi tergantung dengan obat tersebut untuk bisa berfungsi sebagai manusia normal," kata Mark Longsjo, direktur program psikiatri dewasa di McLean SouthEast Hospital. "Bagi beberapa kasus serius, pengobatan tambahan—olahraga, meditasi, yoga—akan kami anjurkan, tapi perawatan yang sudah terbukti masih menjadi kucinya."

Ada dua bentuk perawatan yang sudah teruji bagi penderita gangguan psikiatrik: obat-obatan dan terapi. Banyak yang berusaha menemukan bentuk perawatan ketiga (terapi elektroconvulsif, terapi panas) tapi saat ini belum ada yang terbukti, tidak peduli berapa banyak orang yang mengaku berlari membuat saraf mereka lebih tenang dibanding obat-obatan.

"Saya akan menghindari apapun yang mengaku bisa menggantikan obat-obatan sepenuhnya," ujar Longsjo. "Tidak ada satu obat yang bisa mengobati satu jenis gangguan sepenuhnya. Apalagi menyangkut ADHD, kita harus sangat berhati-hati danyakin bahwa diagnosanya telah dilakukan oleh seorang profesional."

Iklan

Sangat mudah untuk melihat gejala ADHD di anak-anak yang sehat, dan sangat mudah juga untuk memproyeksikan berbagai gangguan ke manusia dewasa yang sehat—gejala seperti stres, dan kesulitan berkonsentrasi sesungguhnya bukanlah hal yang aneh. Keletihan memang menjadi satu pertanda depresi klinis, tapi bukannya semua orang juga capek? Dan bagi banyak orang, lebih mudah untuk mengatakan mereka mengatasi masalah mereka dengan berolahraga, bukan dengan mengenggak pil atau ikut terapi. Tapi bukan berarti orang-orang yang mengaku macam ini tidak memiliki gangguan yang serius.

Longsjo bekerja di unit rawat inap dengan mereka yang memiliki gangguan depresi dan tidak bisa berfungsi akibat gangguan kecemasan. Dia mengatakan semua orang akan mendapatkan manfaat dari sesi olahraga santai 15-30 menit sehari, tidak peduli kondisinya. Saking bagus hasilnya, dia dan rekan-rekannya memasang peralatan olahraga di tempat. Tetap saja ini bukan berarti olahraga bisa menggantikan pengobatan lain.

"Ketika seorang pasien mengatakan, 'Eh, kalo gue olahraga 30 menit di gym tiga kali sehari, berarti gue gak mesti minum Zoloft kan?' ya saya jawab 'gak gitu kali' jata Longsjo. Kamu harus bekerja sama dengan doktermu untuk mengurangi takaran obat, kalau memang itu gol yang ingin dituju.

Secara keseluruhan, dia dan Payne memiliki pesan yang sama: Kalau kamu sudah didiagnosa dengan sebuah kondisi dan diberikan perawatan, ikutilah rencana yang disiapkan dokter. Jangan terlalu percaya sama Google.