FYI.

This story is over 5 years old.

video viral

Lima Pertanyaan Susulan Buat Adi Saputra yang Hancurkan Motor Karena Tak Terima Ditilang

Banyak orang puas melihat Adi dicokok polisi setelah ketahuan motornya bodong. Padahal ada banyak hal yang belum terjawab dari kasus viral ini. Kita harus kritis sob!
Adi Saputra, 20 tahun, hancurkan motor karena tak terima ditilang polisi di Serpong
Aksi Adi Saputra hancurkan motornya sendiri. Screenshot dari YouTube.

Pemeo "banyakan motornya daripada orangnya" terasa sangat pas menggambarkan demografi perkotaan Indonesia. Mau gimana lagi, jalanan kota besar sepertinya makin didominasi sepeda motor dibanding manusia. Apalagi kalau manusia yang naik motor meminggirkan akal sehat dan memilih menghancurkan motor daripada diberi surat bukti pelanggaran lalu lintas (tilang) oleh polisi.

Masyarakat dihibur video viral seorang lelaki yang ditilang polisi marah-marah dan malah menghancurkan motornya. Rekaman itu viral pertama kali tayang di akun Facebook About Tangerang. Lokasi peristiwanya adalah Bumi Serpong Damai, Tangerang. Pengendara motor bernama Adi Saputra sedang membonceng pacarnya tanpa helm dan melawan arah. Gara-gara itulah dihentikan polisi. Adi tidak bisa menunjukkan STNK dan SIM pada petugas. Kesalahannya combo, wajar lah langsung diberi surat tilang.

Iklan

Eh, Adi marah-marah pada polisi karena tak sudi diminta membayar denda ataupun ikut sidang. Dia justru membanting sepeda motor merek Honda scoopy warna merah itu sampai tersisa rangkanya saja. Adi yang badannya kecil itu juga mamerkan kekuatan luar biasa, yakni dengan membanting motor tadi bolak-balik di hadapan pacarnya yang menangis ketakutan minta pulang.

Kejadian seabsurd ini tentu saja segera menjadi santapan para penggila shitposting di jagat internet Indonesia.

Ternyata, berselang 24 jam, video viral itu berakhir buruk buat Adi. Dia dicokok polisi. Pemicunya karena dia mengunggah video membakar Surat Tanda Nomor Kepolisian (STNK) motor yang dia hancurkan. Rupanya sampai rumah Adi masih sewot sama tindakan pak polisi lalu lintas. Dari video itu, polisi menemukan fakta kalau motor hancur itu surat-suratnya bermasalah, karena dibeli Adi lewat medsos tanpa prosedur layak. Pelanggarannya makin dobel-dobel deh, karena mencakup pembelian motor ilegal. Dalam gelar perkara pada Jumat (8/2) di Polres Tangerang Selatan, Adi dipamerkan aparat ke hadapan media massa, mewek, dan diejek-ejek netizen.

Cukupkan kita puas sudah terhibur tindakan absurd orang yang gagal mengendalikan emosi? Oh tentu tidak. Kami merasa kisah ini masih menyimpan banyak hal yang layak dipertanyakan lebih lanjut. Bagaimana jika Adi ternyata dipengaruhi pandangan ideologis saat mengamuk? Apakah tindakan Adi ini mewakili tren besar pembangkangan sipil yang sedang dialami bangsa Indonesia

Iklan

Mari kita bedah saja detail-detail lainnya. Berikut di antaranya:

APAKAH BERTINDAK IRASIONAL SAAT DITILANG POLISI SEDANG JADI TREN?

Hmm, bisa jadi demikian. Setelah dilihat pola dalam konteks yang lebih luas, sepertinya cuma kena tilang yang bisa bikin orang melakukan hal-hal paling irasional yang ada di muka bumi ini. Aku sih yakin ini bukan sekedar tren. Mengamuk ketika kau ditilang adalah keharusan. Aku justru khawatir ramainya pembahasan soal Adi akan menciptakan peniru. Banyak orang jadi berharap viral saat ditilang. Bahaya nih…

Adi bahkan sangat mungkin korban tren macam itu. Ada banyak kok pendahulu-pendahulunya yang lebih dulu “kesetanan” saat ditilang.

Tren bersikap aneh di hadapan polisi lalu lintas tuh bukan hal baru. Sejak dekade 1980'an, yang populer tuh pura-pura bisu saat ditilang. Trik ini memang menjadi favorit karena secara langsung akan membuat polisi kesulitan berkomunikasi dengan mereka yang ditilang, tapi yang jelas trik ini sudah sering digunakan dan berkali-kali jadi viral. Ini jelas jadi celah buat mereka yang berpikir ingin lolos dari tilang polisi.

Banyak hal irasional lain yang dilakukan para pendahulu Adi, yang bisa memperkaya khazanah perlawanan tilang di Negeri ini. Mulai dari menggigit tangan polisi, menabrak polisi saat ditilang, sampai kegiatan paling sederhana… menangis meraung-raung.

Adi hanya orang kesekian (dan mungkin bukan yang terakhir) turutmenyumbangkan ide termutakhir bagi khazanah tilang-menilang Tanah Air.

Iklan

KENAPA ENGGAK NGANCURIN SEKALIAN MOTOR POLISINYA?

Banyak netizen julid menyayangkan kenapa Adi harus ngerusak motornya sendiri. Kan bayar tilang nggak lebih mahal dari biaya benerin motor? Bukannya bayar denda tilang atau menyerahkan motor untuk nanti diambil lagi lebih efisien daripada menghancurkan motor—yang ternyata ketahuan surat-suratnya bodong dan bikin Adi menginap di bui?

Seharusnya pertanyaan itu diubah dong. Menurutku sih, yang bertanya demikian adalah orang-orang enggak ngerti aja bagaimana prosesi unboxing scoopy ini sebetulnya cukup ideologis. Bagiku, Adi Saputra menunjukkan wujud pemberontakannya terhadap negara. Polisi sebagai salah satu aparatur negara yang paling korup adalah sasaran yang coba dilawan Adi. Dia menolak tunduk pada sistem.

Coba lihat cara Adi berteriak "Bakar! Bakar!"

Ia jelas-jelas muak terhadap segala jenis perampasan hak privat manusia oleh aparatur negara, Polisi sebaiknya instrospeksi juga, mengapa tindakan irasional seakan jadi tren di jalanan ketika masyarakat kepergok melanggar lalu lintas. Ada ketidakpercayaan pada institusi—dan survei pun menunjukkan institusi kepolisian masih dipersepsikan banyak orang sebagai lembaga korup dan tak bisa diandalkan. Dalam kasus Adi, nampak dia ingin mengungkapkan kritik keras pada aparatur negara lewat perusakan propertinya sendiri: BENAHI SISTEM YANG KORUP INI.

Sayang Adi. Kalau benar begitu level anarkimu nanggung. Seharusnya semua motor di lokasi, termasuk punya pak polisi, ikut dihancurin dong.

Iklan

KENAPA PENGENDARA LAIN ENGGAK NGEBANTUIN ADI?

Adi… tatapanmu ketika berkata “bakar! Bakar!” semestinya bisa menyulut semangat orang menyatakan dukungannya padamu. Kecuali satu, pacar kamu yang dibikin ketakutan habis-habisan. Zaman sosial media bikin banyak orang suka menunda pekerjaan a.k.a jadi ndableg. Terbukti, orang lebih memilih untuk merekam momen Adi banting-banting scoopy buat bahan instastory, daripada membantu Adi menyatakan perlawanannya pada tirani.

Adi butuh didukung! Kenapa bisa-bisanya nggak ada yang bantu adi beli korek api buat benar-benar mewujudkan keinginannya, “bakar! Bakar?” Malah pada diem bae.

PAK POLISI ITU RUTIN LATIHAN YOGA YA, KOK SABAR BANGET?

Lalu lintas adalah ranah sehari-hari Bripka Oky, Ranto Hippa Wardana. Kamis lalu, kebetulan dia lah sosok yang apes harus menghadapi Adi Saputra yang banting-banting Scoopy yang videonya kemudian viral di media sosial.

1549632372222-Screen-Shot-2019-02-08-at-195903

Bripka Oky tetap tenang saat ada orang yang membanting-banting motornya butuh kemampuan dan latihan ekstra. Hal yang kami pertanyakan, siapakah guru yoga sekaligus pelatih meditasi Pak Oky? Bagaimana rahasia Pak Oky agar senantiaza zen dalam menghadapi lika-liku kehidupan urban yang kejam ini?

Aku enggak habis pikir gimana cara Pak Oky mengelola emosi. Coba lihat lagi dalam videonya, Oky bahkan sama sekali tidak mundur sejengkal pun ketika onderdil melayang ke sana ke mari. Apa dia punya indra keenam? Luar biasa lah.

Iklan

KALAU MOTORNYA BUKAN SCOOPY, APAKAH TETAP DIHANCURKAN JUGA SAMA ADI?

Pemilihan motor Scoopy yang digunakan untuk showmanship jalanan ini sudah pas lah walaupun tidak sempurna. Bobot motor yang bentuknya terlihat lucu dan gemuk ini ga berat banget sekaligus ga ringan. Sekitar 96 kilogram, masih sangat memungkinkan untuk diangkat manusia dengan proporsi tubuh macam Adi.

Coba kalau Adi ngebanting Honda Win plat merah pasti dia langsung dicekal sama Kelurahan dan fans berat Si Doel Anak Sekolahan. Atau, bayangkan Adi ngebanting motor chopper yang dipakai Jokowi, bisa jadi debat politik tuh. Buzzer sibuk menggorengnya untuk mengungkit amarah millenial yang tak kunjung dapat layanan transportasi publik.

Kesimpulan sementara dari semua pertanyaan di atas: tindakan Adi menghancurkan motornya saat ditilang adalah tindakan politis. Warbyasa.