FYI.

This story is over 5 years old.

Laos

Resor di Laos Menyajikan Menu Daging Harimau dan Anak Beruang Buat Turis Tajir

Turis tajir suka datang ke kawasan resor kasino di Zona Ekonomi Khusus Gold Triangle Laos untuk makan daging harimau, trenggiling, dan tapak kaki beruang yang didapat secara ilegal.
Hilary Pollack
Los Angeles, US
Foto via Flickr user Animals Asia

Ke mana saja kita pergi, pasti pernah bertemu turis kaya yang bisa mendapatkan apa saja yang mereka mau dengan mudah. Semuanya karena mereka punya uang untuk itu. Mungkin mereka ingin mencicipi minuman termahal di dunia, atau naik jet pribadi untuk berlibur ke pulau-pulau eksotis.

Bedanya kalau di Laos, orang kaya suka menghambur-hamburkan uangnya dengan cara yang tidak biasa. Laporan investigasi telah mengungkapkan kalau kebiasaan mereka sangat mengundang kontroversi.

Iklan

Laporan dari Environmental Investigation Agency mengungkapkan bahwa sejumlah resor mewah di negara-negara Asia Tenggara meraup keuntungan dengan menjadikan daging satwa eksotik sebagai santapan. Mereka menyajikan menu dari hewan yang terancam punah, seperti anggur dari tulang harimau, daging trenggiling dan tapak kaki beruang.

Santapan ini diperdagangkan secara tidak ilegal di Zona Ekonomi Khusus Gold Triangle Laos, yang EIA sebut sebagai “Sin City” dan “kawasan wisata yang tak mematuhi hukum.” Kawasan wisata ini dikelola oleh Kings Romans Group atau KRG (yang punya masa sewa 99 tahun) dari Hong Kong. Kompleks resor ini sangat dilindungi oleh orang-orang kaya dari Cina. Catatan perusahaan menunjukkan kalau sebagian besar pendapatan KRG berasal dari hasil penangkaran hewan ternak “selain penghasil susu dan unggas,” meskipun kawasan itu penuh restoran mahal dan kasino besar.

Di sana, kamu bisa menemukan toko-toko suvenir, seperti Golden Triangle Treasure Hall atau Fantasy Garrett, yang menjual kulit harimau, gading, bubuk cula badak (kadang dimasukkan ke minuman), dan kulit macan tutul. Selain itu, ada juga restoran-restoran yang menyajikan “tumis daging harimau, daging trenggiling, dan ular. Para vendor mengatakan kepada tim penyelidik EIA kalau mereka mendapatkannya dari penangkaran harimau setempat. Mereka juga mengakui kalau menyelundupkannya dari negara-negara tetangga untuk mencegah risiko dihukum.

Iklan

Menurut laporan EIA, “Negara harusnya malu dengan perdagangan ilegal satwa liar yang dilakukan oleh perusahaan Cina, tapi kenyataannya aktivitas ini malah mendapat dukungan dari pemerintah Laos. Prose penegakan hukum jadi terhambat.”

Restoran God of Fortune mempunyai menu yang paling mengerikan di sana. Mereka menyajikan beragam “yewei” atau daging eksotik. Seorang penyelidik menyamar menjadi turis dan mendatangi restoran itu. Di sana, dia menyaksikan tapak kaki beruang, daging kura-kura, tokek, dan ular dijual secara bebas. Dia juga menemukan teko berisi anggur dari tulang harimau, dan kandang berisi ular piton dan anak beruang yang masih hidup. Pegawai restoran memberitahunya kalau satwa liar hidup ini akan dibunuh dan disajikan sesuai pesanan.

"Kebun binatang" di dekat situ ditinggali oleh puluhan beruang dan harimau. Sudah jadi rahasia umum kalau binatang di “tempat wisata” ini akan berakhir di piring turis yang kelaparan.


EIA menyebutkan bahwa harimau, dengan populasinya yang tinggal beberapa ribu saja, sudah terancam punah. Selain itu, perdagangan beruang di Laos semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena tingginya permintaan empedu beruang. Empedu beruang dipercaya bisa menjadi obat alternatif di Cina, Korea, Laos, dan negara-negara di sekitarnya. Undang-undang saat ini mengizinkan perdagangan beruang generasi kedua dan selanjutnya yang dibiakkan di penangkaran, tetapi GT SEZ malah melakukan peternakan, penjualan dan penangkapan satwa liar secara ilegal. Semua ini berkat abainya penegakan hukum di sana.

Iklan

EIA, penangkaran, dan pegiat kesejahteraan satwa menekankan bahwa jenis usaha dan kawasan wisata ini membingungkan pelanggan. Mereka mengira konsumsi satwa liar itu sah-sah saja.

Publik sudah habis-habisan mengecam Laos untuk memperketat larangan perdagangan ilegal satwa liar dan menghentikan peternakan empedu beruang yang kejam, terutama karena menyelundupkan daging eksotik dari luar negeri. Namun, selama uang turis masih menguntungkan kawasan seperti GT SEZ, maka negara akan mengalami kesulitan dalam memberantas perdagangan ilegal.

Sebagaimana dijelaskan Jeremy Hance dari The Guardian, "Berhubung Cina—dan negara Asia Tenggara—lainnya mengalami kemajuan ekonomi, menu seperti bubuk cula badak, kulit harimau, atau gading akan semakin memajukan ekonomi."

Anak beruang, harimau, dan satwa liar lainnya akan selamat dari Sin City Laos kalau tuntutan pasarnya berhenti. Namun, itu berarti pemasukannya juga berhenti.