FYI.

This story is over 5 years old.

Siklus Hidup Perempuan

Begini Rasanya Mengalami Menopause di Usia 31

Saya merasa tidak menarik lagi saat memikirkan kadar hormon saya setara dengan wanita tua.
Sonja Lekovic / Stocksy

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic

Saya terjaga di malam hari karena tubuh saya berkeringat hebat. Saya pernah mengalami ini dulu setelah saya pulang dari rumah sakit sehabis melahirkan anak. Baju saya sampai basah oleh keringat.

Di pagi harinya, saya sempat beres-beres rumah dan mengikat rambut agar tidak keringatan. Mungkin karena sedang musim panas dan saya hanya kegerahan saja. Saya terheran-heran saat melihat termostat yang menunjukkan angka 20°C. Itu berarti cuacanya sedang tidak panas. Tapi mengapa saya merasa udaranya sangat mencekik seperti ini? Mungkin beginilah ibu saya akan menggambarkan menopause.

Iklan

Tapi, saya bahkan belum 31 tahun.

Saya mengabaikan gejalanya selama berbulan-bulan dan menganggap masih dalam masa pascamelahirkan—meskipun sudah dua tahun sejak saya melahirkan. Saat itu, saya juga baru menyadari kalau saya semakin sering cemas dan hubungan intim dengan suami tidak lagi menyenangkan seperti dulu. Gairah seksual saya menurun dan merasa nyeri saat sedang berhubungan. Saya mulai bertanya-tanya apa yang salah dengan tubuh saya. Saya pun menceritakan ini ke seorang teman, dan dia menyarankan saya untuk kontrol ke dokter kandungan. Dia mengatakan mungkin saya punya masalah hormon. Dugaannya jauh lebih baik dari yang saya pikirkan: kegerahan karena tidak dapat menurunkan berat badan setelah melahirkan. Karena penasaran apakah saya hanya berlebihan saja atau tidak, saya memutuskan konsultasi ke dokter minggu setelahnya.

Dokter menanyakan berbagai hal seperti kepala pening, libido rendah, kecemasan, kesulitan tidur, dan sakit kepala. Saya mengiyakan gejala-gejala tersebut. Dia ingin saya cek darah untuk meyakinkan, tapi dokter mendiagnosis saya mengalami perimenopause, fase transisi antara tahun-tahun melahirkan dan menopause, yang biasanya terjadi di usia 40-an.

Saya tidak terlalu kaget saat mendengarnya, karena saya menggunakan donor sel telur agar bisa punya anak. 2013 lalu, saya menjalani tiga penanganan IVF, yang selalu diakhiri dengan sejumlah embrio yang tidak bisa dihisap (kamu tentunya tidak menginginkan ini apabila kamu membayar ratusan juta untuk bisa punya anak). Saya baru menyadari kalau ada cek darah yang bisa menunjukkan penurunan kualitas sel telur, sama seperti wanita yang sudah berusia 40 tahun ke atas—sedangkan saya masih 27 tahun waktu itu. Kami berkonsultasi ke klinik dan dokter kandungan baru. Sayang kebanyakan dari mereka lebih mementingkan saya hamil daripada kesehatan saya. Tidak ada satu pun yang memberitahu saya masalah kesehatan jangka panjang yang bisa berkaitan dengan kualitas sel telur saya yang buruk. Sejujurnya, saya juga tidak menanyakannya. Saya cuma pengin punya anak waktu itu.

Iklan

Saat dokter mendiagnosis perimenopause, saya menyalahkan diri sendiri karena tidak menyadarinya sejak awal. Saya tidak mencari tahu lebih dalam dan menyadari kalau menggunakan donor sel telur bisa menjadi awal masalah kesehatan pada tubuh saya. Faktanya, dokter kandungan memberi tahu bahwa saya bisa saja mengalami perimenopause sejak anak perempuan saya lahir—dan gejalanya semakin memburuk.

Menurut North American Menopause Society, perimenopause adalah penurunan estrogen secara bertahap, tapi bisa berubah-ubah dan kadang kadarnya bisa lebih tinggi. Kadar estrogen yang menurun bisa menyebabkan menurunnya gairah seksual, rasa kering di vagina, kegerahan, keringatan di malam hari. Saya mengalami ini semua.

Saya diwajibkan melakukan tes darah setelah periksa. Saya memikirkan serentetan rencana pengobatan yang bisa saya lakukan: terapi pengganti hormon, pil KB, dan menggunakan estrogen patch. Saya bisa saja menjalani terapi hormon sampai saya beranjak 50 dan memasuki menopause, tapi saya tidak mau melakukannya. Siapa juga yang mau menjalaninya selama kurang lebih 20 tahun?

Tampaknya memang lebih baik daripada memiliki kadar estrogen yang rendah, yang bisa mengakibatkan osteoporosis atau sakit jantung. Saya menangis membayangkannya. Mengapa tidak ada dokter kandungan yang memperingatkan ini? Paling tidak saya bisa mempersiapkan diri dan melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Tapi tidak ada satu pun dokter yang memberitahuku kemungkinan mengalami perimenopause.

Perempuan terlahir dengan sel telur yang akan menua pada waktunya, kata Lauren Streicher, dosen kebidanan dan kandungan di Northwestern University, direktur medis Center for Sexual Medicine and Menopause, dan penulis Sex Rx: Hormones, Health, and Your Best Sex Ever. “Waktu terbaik untuk menghasilkan kualitas sel telur dan kesuburan yang bagus yaitu pada awal usia 20an,” imbuhnya. “Saat mereka menginjak usia 30-an, ada yang tetap memiliki kesuburan dan sel telur yang bagus, tapi ada juga yang tidak.”

Sudah tujuh bulan sejak saya konsultasi ke dokter. Saya mengonsumsi pil KB selama tiga bulan, dan sekarang saya sedang menggunakan estrogen patch untuk mencari tahu apakah lebih manjur daripada pil. Saya masih terbangun di malam hari karena kegerahan dan keringatan. Saya mengonsumsi obat untuk mengatasi kecemasan dan ini masih belum menentukan apakah terjadi karena masalah hormone atau bukan. Saya dan suami pun harus menggunakan pelumas karena vagina kering dari perubahan estrogen tersebut. Karenanya, saya merasa tidak menarik lagi saat memikirkan kadar hormon saya setara dengan wanita tua.

Saya masih mencoba menentukan apa yang harus saya lakukan selanjutnya, karena saya belum terlalu memahami masalah ini. Tidak banyak orang membahas perimenopause, khususnya yang terjadi pada saat tahun-tahun kelahiran. Intinya, sama seperti masalah kesehatan lainnya, saya harus lebih memerhatikan kesehatan diri sendiri.

“Wanita yang didiagnosis menopause dini atau perimenopause sebaiknya berkonsultasi langsung ke pakar menopause, karena banyak sekali misinformasi,” saran Streicher, “Apabila kamu didiagnosis mengalami perimenopause dan kamu khawatir dengan kondisi tersebut, kamu harus berkonsultasi dengan pakarnya agar bisa mendapatkan informasi yang lengkap.”