Kriminalitas

Pelaku Penusukan Berantai di Kereta Jepang Mengaku Tak Suka Lihat Perempuan Bahagia

Yusuke Tsushima merasa hidupnya sengsara karena sering direndahkan perempuan. Itu sebabnya, dia menyerang 10 penumpang kereta di pinggiran Tokyo.
Motif Penusukan di Kereta Jepang: Tidak Suka Lihat Perempuan Bahagia
Foto: Shutterstock 

Media lokal Jepang mengungkapkan, kebencian terhadap “perempuan yang terlihat bahagia” melatarbelakangi penusukan yang menyasar sepuluh penumpang kereta pada Jumat, 6 Agustus 2021. Pelaku kini telah diamankan polisi.

Surat kabar Mainichi Shimbun mengutip keterangan polisi, lelaki 36 tahun yang diidentifikasi sebagai Yusuke Tsushima ditangkap pada hari kejadian, setelah dia mengaku telah menyerang petugas minimarket. Polisi menyita senjata tajam jenis pisau koki sepanjang 20 cm. Tsushima diyakini menggunakan pisau itu untuk menusuk penumpang kereta Odakyu yang berangkat dari pusat kota Tokyo menuju pinggiran barat daya ibu kota Jepang.

Iklan

Motif tersangka menambahkan detail mengerikan pada serangan yang menggegerkan warga Jepang di hari-hari terakhir Olimpiade Tokyo 2020. Banyak menyebutnya sebagai femisida, tindak kejahatan yang disengaja terhadap perempuan.

Mahasiswi berusia 20 menderita luka berat akibat ditikam tujuh kali di bagian punggung dan dada. Empat perempuan dan lima laki-laki lainnya juga menjadi korban. Empat di antara mereka dibacok pelaku, sedangkan enam lainnya terluka saat berusaha kabur. Ke-10 korban segera dilarikan ke rumah sakit pada Jumat malam.

Berdasarkan laporan surat kabar, Tsushima sengaja melancarkan aksinya di kereta ekspres yang jarang berhenti “karena tidak ada tempat untuk melarikan diri, dan saya bisa membunuh banyak orang”.

Ketika diinterogasi, pelaku mengatakan keinginannya mencelakai perempuan muncul sejak enam tahun lalu, menurut surat kabar Tokyo Shimbun.

“Para perempuan memandang saya rendah dalam kegiatan organisasi selama kuliah. Saya juga tidak bisa akrab dengan perempuan di aplikasi kencan. Karena itulah saya mulai terpikir membunuh perempuan bahagia,” ungkapnya, dikutip Mainichi Shimbun.

“Hidup saya tak ada artinya. Orang-orang di sekeliling saya membuatku menderita,” imbuhnya.

Tokyo telah meningkatkan keamanan transportasi publik sejak serangan gas sarin menewaskan belasan penumpang kereta bawah tanah pada 1995, sehingga kejahatan publik semacam ini jarang terjadi di Jepang. Apalagi yang melibatkan korban acak.

Iklan

Kejahatan terakhir yang mengejutkan warga Jepang terjadi pada 2019. Saat itu, seorang lelaki menyerang anak sekolah ketika mereka sedang menunggu bus di Kawasaki, prefektur Kanagawa. Insiden tersebut menimbulkan dua korban jiwa dan 18 orang luka-luka. Pelaku kemudian menusuk dirinya sendiri, dan tidak dapat diselamatkan.

Sekitar 400 orang menaiki kereta ekspres pada Jumat. Saksi mata mengatakan, penumpang berusaha melindungi diri dengan tas. Beberapa menutup pintu gerbong untuk menghalangi pelaku.

Begitu keretanya berhenti, polisi dan tenaga medis segera mengobati penumpang yang terluka. Tsushima sempat kabur dengan sepeda curian.

Tsushima ditangkap di sebuah minimarket di daerah Suginami, Tokyo barat. Petugas toko melaporkan keberadaannya setelah Tsushima mengaku habis menyerang orang dan “capek dikejar polisi”. 

Polisi masih menyelidiki kasus ini. Di Jepang, pelaku serangan kejam dengan niat membunuh terancam dipenjara seumur hidup.

Follow Hanako Montgomery di Twitter dan Instagram.