Penyiksaan Binatang

Jumlah Hewan Peliharaan Dibuang Meningkat di Indonesia Selama Pandemi

Dari survei satu organisasi penyayang binatang, 9 persen responden khawatir Corona menular lewat kucing dan anjingnya. Padahal virolog bilang hewan peliharaan tak terbukti menularkan corona ke manusia.
Kucing Dibuang Pemilik Selama Pandemi Corona Karena Rumor Penularan Covid-19 lewat Binatang Peliharaaan
Ilustrasi kucing peliharaan dibuang via Pexels

Binatang peliharaan menjadi korban terbaru penolakan masyarakat yang sedang ketakutan dengan virus corona. Di Timur Tengah, kucing dan anjing dilaporkan dibuang pemiliknya karena pemilik khawatir binatang bisa ikut nyebarin virus.

Ketakutan dipicu kasus beberapa hewan yang dinyatakan positif corona serta informasi bahwa virus corona berasal dari kelelawar (yang sebenarnya masih sebatas dugaan). Di Indonesia dampaknya mulai kelihatan, bermunculan laporan-laporan singkat di internet tentang hewan peliharaan yang jadi korban pembuangan.

Iklan

Yayasan Natha Satwa Nusantara (NSN), salah satu organisasi penyayang binatang di Indonesia, mencatat peningkatan penelantaran binatang peliharaan selama pandemi corona. Direktur Operasional Yayasan NSN Anisa Ratna Kurnia menjelaskan, meski rumor hewan sebagai penyebar virus merebak, saat ini kendala utama pembuangan hewan di tengah pandemi masih terkait perkara finansial si pemilik.

"Kemarin kita juga bikin survei. Tapi dari sekian kasus orang berniat buang hewan peliharaannya [di tengah pandemi], hanya 9 persen [55 orang] dilakukan karena rumor hewan bisa menulari, 91 persennya karena masalah finansial," tutur Anisa kepada VICE.

Meski sedikit, kaum 9 persen ini tetap butuh diberi pemaparan ilmiah. NSN lantas bikin program edukasi seperti live Instagram bareng dokter hewan. "Kadang orang tua, kadang tetangga [yang kemakan rumor]. Intinya yang mau disampaikan adalah, hewan bisa positif Covid-19 tapi kasusnya berakhir di situ saja. Tidak bisa ditularkan kembali, baik ke manusia atau ke hewan."

Di tempat lain, Publication and Community Manager Animal Friends Jogja (AFJ) Anggodaka mengaku ada peningkatan jumlah penelantaran satwa selama pandemi. Namun, alasan spesifik penelantaran, apakah karena rumor atau masalah finansial, belum bisa dijelaskan lebih detail. Yang jelas, menelantarkan hewan yang tidak terbukti sebagai penyebar virus masuk kategori penyiksaan.

"Menelantarkan satwa bukanlah satu tindakan preventif [mencegah corona], namun tidak lebih dari menyiksa satwa. Sampai saat ini tidak terbukti secara ilmiah bahwa Covid-19 bisa menular dari dan kepada satwa dampingan yang terekspose virus dari manusia," tutur Anggodaka kepada VICE.

Iklan

Sejauh ini, belum ada bukti hewan peliharaan bisa menularkan virus corona kepada manusia. Tapi mengapa hewan bisa terjangkit Covid-19, seperti kasus harimau di bonbin New York? Ada dua teori. Menurut teori pertama, virus SARS-CoV-2 tidak bisa menginfeksi hewan. Jadi meskipun pemilik kucing tidak pernah baca doa qunut, tidak akan terpapar.

Drh. Habyb Palyoga yang mengelola akun Twitter @dokterhewan86 adalah salah satu pendukung teori ini. Dalam kasus hewan yang saat dites menunjukkan positif corona, ia mengutip virolog bahwa itu karena tes menggunakan metode swab cairan tenggorokan dan anus. Kemungkinan besar ada virus corona dari manusia di sekitar si hewan yang masuk ke tenggorokan atau anus hewan. Walau begitu, si hewan tidak mengidap Covid-19.

Teori lain yang berdasarkan sebuah riset di China yang belum dikaji ulang menyebut hewan bisa tertular virus corona SARS-CoV-2, dengan peluang tertular paling besar ada pada kucing dan musang. Penularan terjadi lewat droplet sebagaimana pada manusia.

Bagaimanapun, semua ahli saat ini sepakat belum ada bukti hewan yang sakit bisa menulari manusia. "Enggak ada bukti pasti sejauh ini, di seluruh dunia, yang menunjukkan kucing bisa menginfeksi manusia," ujar dokter spesialis hewan liar Samantha Sander dari University of Illinois Veterinary Diagnostic Laboratory, AS. "Tapi ada dugaan yang masih dini bahwa kita kemungkinan bisa menginfeksi kucing, dan mungkin juga musang."

Sejumlah laboratorium di AS masih mempelajari bagaimana harimau Nadia di Kebun Binatang Bronx, New York bisa mengidap Covid-19. Jika memegang asumsi teori kedua, karena umumnya hewan peliharaan hanya tinggal dan berkeliaran di sekitar rumah, justru pemilik hewan yang harus berhati-hati agar tidak menulari peliharaan mereka.

Antisipasi kehati-hatian lainnya adalah diketahui, hewan bisa menjadi vektor atau pembawa virus. "Misalnya kucingmu main ke rumah tetangga yang positif COVID-19, kemudian tetanggamu bersin ke arah kucingmu hingga dropletnya menempel di bulu. Hal ini bisa saja menjadi sumber penularan. Namun tidak hanya hewan loh ya! Hal ini juga berlaku untuk baju, gagang pintu dsb," cuit drh. Habyb.

Tips mengatasi ini, jika hewan habis berkeliaran di luar rumah, saat pulang hewan dimandikan hingga bersih. Perlakuan ini yang harus dilakukan pemilik bertanggung jawab, bukan kucingnya malah dibuang. Kalau mau tahu diri dikit sebenarnya hewan-hewan itulah yang lebih pantas mencampakkan manusia.