Konten Viral

Tren 'Salam dari Binjai' Ditiru Gerombolan Bocah, Memicu Rusaknya Kebun Pisang Warga

Insiden bocah merobohkan pisang membabibuta terjadi di Lamongan dan Deli Serdang. Paris Pernandes, kreator “Salam dari Binjai”, berpesan agar fans bijak memilih pohon pisang yang jadi samsak.
Tren 'Salam dari Binjai' Ditiru Gerombolan Bocah
Cuplikan Paris Pernandes latihan tinju pakai batang pisang [kiri] dari akun YouTube-nya; screenshot kebun pisang yang rusak akibat bocah di Lamongan [kanan] via akun Twitter desem

Paris Pernandes adalah pemuda paling populer di Kota Binjai, Sumatera Utara (Sumut), saat ini. Konten TikTok-nya merobohkan pohon pisang bermodal tinju tangan kosong diterima publik dengan gegap gempita. Videonya viral bukan main. Jargon “Salam dari Binjai” yang diucapnya di awal dan akhir video menggema dan ditiru publik. Kontennya dikomentarin bule. Stasiun tivi mengundangnya. Ia bahkan dibuatkan game.

Iklan

Dampak konten yang dikonsumsi secara luas ini kemudian memberikan dampak yang tidak melulu baik. Sekumpulan bocah di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, jelas belum cukup dewasa untuk mengetahui bahwa pohon pisang di dunia ini tidak semuanya bisa ditonjok sampai roboh. Hanya berkeinginan ikut tren, mereka malah membuat kebun pisang milik seorang warga Desa Surabayan porak-poranda. Kondisi tempat kejadian perkara terekam dan beredar di media sosial.

Kepala Desa Surabayan Sunarto membenarkan kejadian, mengatakan ada 9 anak yang akhirnya dipanggil bersama orang tua masing-masing, Minggu (31/10) kemarin. “Sebenarnya sih banyak yang ikut waktu itu [aksi merusak pohon pisang], namun yang kami panggil kemarin hanya sembilan anak beserta orang tuanya,” kata Sunarto kepada Kompas. “Ketika kami tanya, mereka rata-rata menjawab latihan silat-silatan dengan nada polos.”

Pemanggilan terjadi setelah pemilik kebun kaget saat melihat sejumlah pohon pisangnya roboh. Ia lalu mengadu ke perangkat desa. Setelah tahu pelakunya anak-anak, Sunarto mengatakan sang pemilik kebun memilih maklum, sembari minta para ortu mengawasi tingkah laku anaknya di kemudian hari.

Iklan

Efek tren Paris Pernandes juga bikin resah warga Deli Serdang, Sumut. Warga bernama Alhafizu bercerita ke media tentang pengalamannya memergoki sekelompok bocah sedang memukuli pohon pisang di depan rumahnya. Saat ditegur, bocah-bocah itu malah mengucap: “Salam dari Binjai!”

“Semalam pas aku lagi kerja, bocah-bocah itu lagi ribut-ribut di depan rumah. Terus pas mamak aku jemur pakaian, tiba-tiba ada satu anak yang ngasih tahu pohon pisang mamak aku dipukulin sama anak-anak itu sampai tumbang,” kata Alhafizu, Jumat (29/10), dilansir Detik. “Aku keluarlah, negur mereka. Eh, malah pada ngeledek, bilang ‘Salam dari Binjai’. Karena kutengok cuma yang kecil-kecil saja [pohon pisang] yang hancur, ya sudah kudiamin.”

Keputusannya mendiamkan kelakuan para bocah malah jadi blunder. Pohon pisang yang besar dan sedang berbuah ikut dijadikan samsak oleh mereka. Akibatnya, pohon pisang yang ditanam ibu Alhafizu itu kini miring tak keruan. Kepada media, doi berpesan agar orang tua mengawasi apa yang ditonton anak-anak di ponsel demi menghindarkan mereka dari tren yang membahayakan.

Di Twitter sendiri sudah bermunculan beberapa pengakuan netizen tentang dampak tren “Salam dari Binjai” di daerah masing-masing.

Kasus kayak gini jelas dilematis. Mengutip situs Hukum Online, KUHP Pasal 406 bahkan punya sanksi pidana buat siapa pun yang merusak barang milik orang lain, termasuk tanaman, dengan hukuman 2 tahun 8 bulan penjara. Tapi, ya kali menempuh proses hukum ketika pelakunya jelas anak-anak di bawah umur korban tren.

Iklan

VICE menghubungi Paris lewat pesan singkat untuk mendengar pendapatnya terkait dampak konten yang ia buatnya. Katanya, netizen harus menyadari bahwa dalam membuat konten “Salam dari Binjai”, kita harus pilih-pilih pohon pisang.

“Kebanyakan netizen tidak tahu bahwa pohon pisang yang digunakan adalah pohon yang sudah pernah berbuah dan akan ditebang oleh pemilik. Saya pasti menjaga kelestarian alam juga,” ujar Paris saat dihubungi VICE. Secara umum, Paris juga meminta para pengikutnya untuk tidak membuat konten yang merugikan orang lain.

Saat kami tanyai apakah ia akan membuat inovasi baru dalam membuat konten selain meninju-ninju pisang, Paris mengiyakan. “Ide konten dengan pohon pisang [terjadi] karena saya belum memiliki dan belum mampu membeli samsak tinju. Mungkin ke depannya akan ditingkatkan kembali kontennya dengan ide-ide yang masih dirahasiakan untuk sekarang,” tutup Paris.

Kami usul tema, deh. Agar lebih harmless, Paris bisa bikin konten merakit Gundam saja dengan akhiran kalimat “Salam dari Bandai!”.