FYI.

This story is over 5 years old.

kopi model baru

Kafe ini Menawarkan ‘Broccoli Coffee’, Kedengarannya Sehat Tapi Bikin Enek

Niatnya sih, campuran ini dibuat agar orang Australia bisa mencukupi kebutuhan sayur-mayur. Sayangnya, niat keren ini enggak menutupi fakta bahwa minuman ini kemungkinan bikin kita enek.
Ian Burke
Brooklyn, US
Photos: Dari pemilik akun Flickr bernama stone-soup dan soyunterrorista / Komposisi dari staf MUNCHIES 

Akhirnya ada juga yang menemukan caranya mengolah kopi menjadi brokoli! Sesuatu yang sudah dari dulu kita tunggu-tunggu, eh iya kan ya?

Seperti yang diberitakann oleh The Guardian , Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) dan sebuah grup agrikultur Hort Innovation baru-baru ini berkolaborasi menciptakan bubuk yang kandungan gizinya tinggi dari brokoli “yang jelek”—maksudnya, brokoli yang kurang diminati oleh pembeli di supermarket.

Iklan

Bubuk bergizi ini di atas kertas sih konon bisa dicampurkan dengan apa saja. Rupanya, sebuah kafe di Melbourne saklek sekali frasa “apa saja” dan menciptakan produk baru bernama “broccoli latte,” yang kedengarannya sih keren tapi kayaknya bikin kita enek.

Jangan salah. Saya suka brokoli dan doyan kopi. Tapi brokoli dicampur kopi? Saya kok ragu itu paduan yang pas. Kayaknya, orang Melbourne yang masih waras bakal berpikir hal yang sama. Buktinya, menurut keterangan CSIRO dan Hort Innovation, pengunjung Common Folk, kafe yang punya ide jenius mengawinkan latte dan brokoli (Broccolatte?) memberikan penilaian yang beragam atas produk baru yang satu ini.

Tapi, jangan dulu sangsi kalau broccolate (kita sebut gitu aja kali. Setuju ya!) nantinya bakal masuk menu Starbuck dalam dekat. Pasalnya, ide mencampurkan bubuk brokoli dengan kopi sebenarnya didasari niatan yang luhur. Keduanya dicampurkan agar kita bisa meningkatkan konsumsi sayuran hijau sembari mengurangi jumlah sampah makanan, ujar John Llyod dalam chief executive Hort Inovation dalam sebuah rilisan pers.

“Menurut sebuah riset, rata-rata penduduk Australia belum memenuhi kebutuhan harian sayuran mereka. Sepertinya, opsi semacam bubuk brokoli ini bisa membantu menyelesaikan masalah ini,” jelas Lloyd.

Niatan yang mulia kan? Di samping itu, usaha apapun yang dilakukan untuk mengurangi jumlah samping makanan harus didukung sebab dalam setahun manusia membuang seperti produk makanan di dunia ke tempat sampah, seperti yang diungkap oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Jadi, meski broccolate enggak akan jadi alasan turis manca negara berkunjung ke Australia, saran saya sih, jangan pandang sebelah mata produk oplosan ini. Barangkali, nanti di masa depan, entah kapan, produk ini bakal sama marwahnya dengan matcha—atau malah jadi minum sehat ngehip yang digemari banyak orang.

Siapa tahu?