FYI.

This story is over 5 years old.

Game

Ada Banyak Banget Game Seru 2017, Tapi Tak Satupun Sempat Saya Tamatkan

Dari “Assassin’s Creed Origins” sampai “Nioh,” saya terus pindah-pindah game baru, padahal menurut banyak orang judul-judul tadi keren banget
Gambar milik Ubisoft

Artikel ini pertama kali tayang di Waypoint Yang ingin saya sampaikan enggak bakal bikin kalian terkejut: pada 2017 ada banyak banget games keren dan, menurut pengamatan saya, panjang banget. Jelas, The Legend of Zelda: Breath of the Wild adalah game paling panjang tahun ini—sekarang saya sudah menghabiskan lebih dari 120 jam dan belum tamat juga. Selama pemanasan, saya menghabiskan 40 jam bermain Nier: Automata, Horizon Zero Dawn, Prey, dan Destiny 2. Dan ada juga beberapa game yang saya tidak tamatkan terutama karena panjang banget, antara lain Persona 5, Yakuza 0, Nioh, Assassin’s Creed Origins, dan Shadow of War. (Need for Speed: Payback rasanya juga cocok dengan kategori ini). Inilah kategori final yang saya gemari saat ini: games yang saya selang-seling bukan karena kualitasnya yang buruk melainkan durasinya. Saya benar-benar percaya bahwa dalam konteks ini, game yang lebih kuat mungkin bisa bikin saya kepincut dan fokus—dan ya, kayaknya saya punya masalah sama Shadow of War—namun pada akhirnya, ini adalah game yang cocok dan bisa saya nikmati. Tapi ya, tetap saja tidak saya tamatin.

Iklan

Baca juga artikel VICE lain yang membahas tentang game

Yang saya upayakan saat ini adalah segala alasan mengapa dan kapan hal tersebut terjadi. Posisi saya sebagai jurnalis game pastinya berarti saya sering lompat-lompat dari satu game ke game selanjutnya lebih cepat ketimbang pemain lain, namun hal itu tak semestinya menjadi alasan stau-satunya berhenti memainkan game di tengah jalan.

Terkadang saya udah terlanjur merasa terintimidasi aja: Saya mungkin bisa menemukan waktu untuk menamatkan Nioh atau Persona 5 tahun ini, namun meluangkan 80+ jam secara sukarela untuk sebuah game adalah keputusan menakutkan dalam tahun yang padat ini. Bagi games lain, Yakuza 0 misalnya, saya tahu bahwa sebagian besar hal yang saya ingin lakukan adalah menyaksikan kisah game ini, yang bisa saya lakukan hanya dengan menonton orang main di YouTube. Emang enggak sama, dan kalau ini adalah tahun lalu, saya mungkin akan maksain diri menamatkan petualangan Kazuma dan Majima semata-mata demi pengalamannya. Tapi enggak tahun ini deh. Nah, tapi dalam konteks lain—seperti game Shadow of War dan Assassin’s Creed Origins (dan mungkin Need for Speed: Payback)—ini hanyalah level kepuasan minimum. Bukannya saya enggak menikmati game-game ini, justru malah game-game ini bisa bikin saya puas sebelum tamat. Kolektif pengembangan game Arcane Kids—tim di balik Zenith, Bubsy 3d: Bubsy visits the James Turrell Retrospective, dan Sonic Dreams Collection—para penulis yang “tujuan mainin game adalah menyembunyikan rahasia-rahasia.” Dalam konteksnya, hal ini merujuk pada rahasia naratif ( siapa sang pembunuh?) dan mekanis ( gimana sih cara ramuan hijau bekerja?). Kamu bisa saja menganggap mereka rahasia besar dan rahasia kecil, namun bisa saja kita bilang hal-hal teknis seperti itu lebih bikin penasaran ketimbang kisah yang coba disampaikan sebuah game. Tentu saja, terkadang sebuah game punya twist atau kejutan, atau sebuah momen karakterisasi, atau “hook” lainnya yang memposisikan cerita sebagai faktor primer supaya saya main terus. (Nier: Autamata jelas masuk ke dalam kategori ini.) Tapi untuk sebagian besar game, hal ini tak selalu terjadi. Sori banget yah Bayek, Mesir kelihatannya keren dan saya yakin mantep banget waktu kamu menyebutkan gelar Assassin’s Creed secara lantang untuk pertama kali, tapi saya enggak bakal lanjut main karena alasan itu. Dan sayangnya untuk ACO dan banyak rilisan besar tahun ini, saya “paham” apa yang coba dan bisa ditawarkan game itu sebelum saya sampai di akhirannya. Setelah 10 sampai 15 jam melawan musuh, memahami kepingan puzzle, menemukan koleksi tersembunyi, atau hanya melancarkan ratusan serangan, saya siap move on. Bukannya ini semua enggak menyenangkan atau seru, tapi di tahun 2017, ada banyak banget game yang bisa saya mainin. Jadi, saya penasaran aja. Apa sih yang bikin kamu berhenti memainkan sebuah game di tengah jalan? Buat saya sih, rasa bahwa saya telah menamatkan sesuatu—“saya tahu pas saya puas.” Nah, tapi, kalau kamu bagaimana? Apa kamu gampang teralihkan dengan rilisan-rilisan terbaru? Udah bosan melakukan pertempuran yang sama? Kecewa karena ceritanya gitu-gitu aja? Ayolah ngobrol bareng di forum!