Perilaku Laki-laki

Kenapa Ada Cowok Ingin Terlihat Edgy, Sampai Benci Hal Populer? Ini Kata Psikolog

Contohnya gini: "Sukanya kok sama ‘cowok plastik’?" kata laki-laki yang ngaku anak indie, saat menyerang penggemar K-Pop.
Patung lilin Kim Kardashian
Patung lilin Kim Kardashian sedang selfie. Foto oleh Steve Vidler / Alamy Stock Photo

Sudah jadi rahasia umum kalau banyak laki-laki suka membenci hal populer. Memang enggak semua seperti itu, tapi cowok edgy tak terhitung jumlahnya. Mereka ada di mana-mana. Bisa jadi dia temanmu, orang yang diikuti di Twitter, atau malah saudara sendiri.

Mereka merasa bangga sekali karena enggak pernah mendengarkan K-Pop atau menonton acara reality TV. Mereka bilang kontennya enggak berisi. Daripada K-Pop, mending juga mendengarkan musik metal atau punk yang katanya lebih kental isu sosial. Cowok sok keren lebih suka menyaksikan tayangan berat dan mendidik, enggak kayak drakor atau apalah itu yang ceritanya cuma cinta-cintaan.

Iklan

Tipe cowok macam begini rupanya sudah ada sejak abad ke-17 silam. Pejabat Inggris bernama Oliver Cromwell memerintahkan tentara berpatroli ke seluruh penjuru London untuk merazia semua makanan yang disiapkan buat perayaan Natal. Alasannya murni karena dia benci Hari Natal.

Yang bikin kesal, mereka sering menyuarakan pendapat tanpa diminta. Ceritanya kalian dan teman sedang menunggu Troye Sivan manggung sambil ngomongin dia akan membawakan lagu apa saja. Eh tiba-tiba, entah dari mana asalnya, ada lelaki yang menyeletuk “Ya elah, sukanya lagu menye-menye. Mending juga hip-hop ke mana-mana.” Padahal kalian enggak kenal siapa orang itu, dan kalian juga enggak menanyakan opini mereka.

Atau misalnya, kalian lagi asyik membahas ramalan tarot atau horoskop bulan ini bersama sepupu perempuan. Mendengar obrolan kalian, sepupu laki-laki langsung mencecar dengan pertanyaan merendahkan: “Hari gini masih percaya zodiak?” Kalian dan sepupu berusaha menjelaskan, tapi langsung dipotong dengan sindiran lain: “Bukannya semua orang bisa punya sifat kayak begitu, ya? Enggak perlu pakai prediksi zodiak segala.” Aku yakin lelaki pembenci astrologi enggak tahu apa-apa soal rising atau moon sign.

Jika main Twitter, kalian mungkin pernah—atau bahkan sering—melihat cowok-cowok yang menyepelekan penggemar K-Pop dan musik pop pada umumnya. Setiap kali ngatain boyband Korea, mereka selalu menyerang penampilan fisiknya. Mereka dengan entengnya mencap musik K-Pop jelek tanpa mendengarkannya terlebih dulu. Mereka enggak suka karena penuh ‘cowok plastik’. Dalam hal musik pop, lelaki cenderung enggan mendengarkannya karena menurut mereka lagu-lagu mainstream “terlalu dangkal”.

Iklan

Barry Kuhle, Associate Professor jurusan Psikologi di Universitas Scranton, beranggapan seseorang ingin membuat dirinya tampak lebih baik ketika mereka mengkritik hal populer. “Mereka berusaha menunjukkan kepada orang lain kalau mereka lebih superior dan hebat,” tuturnya.

Selain itu, Barry melihat sikap ini sebagai cara mereka menyembunyikan fakta mereka tidak tahu banyak tentang suatu topik. Orang menganggap ketidaktahuan sebagai kelemahan, dan mereka “mencoba mengenyahkannya dengan meremehkan hal itu. Pada akhirnya, kelemahan itu berubah jadi kekuatan.” Laki-laki distereotipkan enggak suka menunjukkan kelemahan, jadi ini bisa menjelaskan kenapa mereka lebih sering mengkritik hal populer.

Riset menunjukkan lelaki cenderung lebih gampang menghakimi daripada perempuan. Mungkin itulah alasannya kenapa mereka cepat menilai sesuatu jelek hanya karena enggak suka.

Kakak laki-laki sering menyindir aku yang rajin menonton Love Island. Dia bilang, “Apa bagusnya, sih? Orang-orang tahu itu settingan. Acaranya juga membosankan dan enggak ada nilai artistiknya sama sekali.” Saking seringnya dia ngomong begini, aku sampai bertanya kepadanya kenapa senang banget mengungkit-ungkit ketidaksukaannya dengan Love Island. “Mungkin karena aku suka bermain devil’s advocate,” jawabannya. Kalau dipikir-pikir lagi, kakakku memang hobi mendebat lawan bicaranya hanya untuk menguji mereka, padahal yang dibahas enggak penting-penting amat.

Annie, 24 tahun, berpendapat lain. “Laki-laki bisa ngomong seenaknya. Pendapat mereka jarang diserang, sehingga mereka merasa berhak berbicara seperti itu.” Semua ini mungkin menjelaskan kenapa laki-laki merasa dirinya berbeda dari orang kebanyakan karena enggak mengikuti budaya pop.

Ya, aku tahu setiap orang punya seleranya masing-masing. Mereka berhak untuk enggak menyukai hal-hal mainstream, tapi kayaknya enggak perlu juga diumumkan ke semua orang. Enggak ada yang peduli, sob.

@bethankapur

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.