Penusukan Wiranto

Sebanyak 43 Persen Pengguna Twitter Masih Tak Percaya Wiranto Ditusuk

Kesimpulan itu diungkap lembaga yang menggelar analisis persepsi di media sosial. Perbedaan keterangan politisi yang menjenguk Wiranto dan absennya klarifikasi rumah sakit membuat konspirasi berkembang.
Sebanyak 43 Persen Pengguna Twitter Masih Tak Percaya Wiranto Ditusuk
CUPLIKAN GAMBAR PENYERANGAN TERHADAP MENKOPOLHUKAM WIRANTO [KIRI] DARI AKUN TWITTER @TILAPIA_NYC.

Ketika Hanum Rais menuduh peristiwa tertusuknya Wiranto sebagai sebuah rekayasa, banyak pihak marah karena selain timing yang tidak tepat, Hanum juga tidak menjabarkan data atau kejanggalan yang bisa dicerna masyarakat untuk mempercayainya.

Semalam tuduhan Hanum dibicarakan lebih lanjut oleh Rustika Herlambang, analis media sekaligus direktur komunikasi lembaga survei Indonesia Indicator. Dia menyatakan, saat ini 43 persen netizen Twitter tidak percaya Menko Polhukam Wiranto benar-benar ditusuk.

Iklan

Data ini disampaikan Rustika pada talkshow televisi Indonesia Lawyers Club bertema “Misteri Penusukan Wiranto" pada Selasa (15/10) malam. Kata Rustika, ketidakpercayaan netizen terhadap kasus ini meningkat karena ada ruang kosong yang tidak segera dijelaskan secara terang benderang pasca-penyerangan.

“Masyarakat itu menunggu. Pertama, soal kaus putih yang bersih yang tidak keluar (penjelasannya). Kedua, soal baju batik. Ketiga, kenapa tidak ada satu pun respons dari dokter yang bersangkutan. Biasanya kalau ada figur besar yang sakit, dokter yang langsung bicara. Kenapa dalam tiga hari terakhir belum ada dokter yang bicara?” ujar Rustika.

Kejanggalan lain menyangkut pernyataan Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad yang membesuk Wiranto, Sabtu minggu lalu (12/10). Fadel mengatakan Wiranto mengeluarkan darah sebanyak 3,5 liter. Pernyataan ini menimbulkan kecurigaan netizen karena volume darah dalam tubuh manusia dewasa hanya berkisar 4,5 sampai 5,5 liter, sementara Wiranto bukan manusia super yang abadi.

Analisis Rustika menjelaskan, 90 ribu lebih percakapan di Twitter terkait insiden ini didominasi kaum milenial (82 persen). Topik percakapan meliputi 7 isu besar: radikalisme (20 ribu percakapan), doa kesembuhan (11 ribu), pencopotan Dandim (9 ribu), hubungan insiden dengan Wamena/Papua (9 ribu), kunai (7 ribu), luka (7 ribu), dan rekayasa (6 ribu).

Dari data Rustika terlihat, pada hari kejadian netizen tidak segera menuduh penusukan Wiranto adalah rekayasa. Tercatat, 58 persen netizen mengecam aksi penusukan dan hanya 18 persen yang mempertanyakan kebenarannya. Sayang, pihak yang berwenang ternyata tidak bisa menjelaskan ruang kosong yang timbul tadi dan netizen jadi sangsi. Alhasil dua hari kemudian, netizen netral menjadi 29 persen saja, sedangkan yang percaya ada di angka 26 persen. Netizen yang tidak percaya naik drastis ke 44 persen.

Dari sekumpulan orang di medsos yang mengungkapkan rasa tidak percaya itu, beberapa di antaranya menyebabkan tujuh anggota TNI kehilangan jabatan.

“Sampai dengan hari ini Angkatan Darat sudah memberikan sanksi kepada tujuh orang total anggota TNI Angkatan Darat. Dua anggota, rekan-rekan media sudah mendengar semua pada hari Jumat kemarin, kemudian tambahan lima sudah kita putuskan dan sedang kita proses,” kata Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa dilansir CNN Indonesia. Selain dicopot dari jabatannya, ketujuhnya juga menerima hukuman disiplin militer karena nyinyir soal Wiranto.

Menurut laporan kunjungan Tenaga Ahli Menkopolhukam Agus Zaini kemarin (15/10), kondisi terbaru Wiranto semakin membaik dan sudah bisa diajak berbincang banyak hal. Namun, hingga lima hari masa perawatan, belum juga ada keterangan medis resmi dari Kepala RSPAD Gatot Soebroto dr. Terawan Agus Putranto.