FYI.

This story is over 5 years old.

kesedihan

Lima Alasan Menjadi Moody Sebenarnya Baik untuk Kita

Kita juga hidup di era yang mengabaikan dan merendahkan kesedihan.
Radu Bighian/Getty Images

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic Homo sapiens

adalah spesies yang sangat murung. Meskipun kesedihan dan suasana hati yang buruk selalu menjadi bagian dari pengalaman manusia, kita sekarang hidup di zaman yang mengabaikan atau merendahkan perasaan-perasaan ini.

Dalam budaya kita, emosi manusia normal seperti kesedihan sering diperlakukan sebagai gangguan. Industri periklanan manipulatif, pemasaran, dan industri self-help mengklaim kebahagiaan harus menjadi milik kita. Namun suasana hati yang buruk tetap menjadi bagian penting dari kisaran normal suasana hati yang kita alami secara teratur. Terlepas adanya kultus kebahagiaan dan kekayaan materi yang sangat melimpah sekarang, kebahagiaan dan kepuasan hidup di masyarakat Barat belum membaik selama beberapa dekade.

Iklan

Saatnya menilai kembali peran bad mood dalam kehidupan kita. Kita harus menyadari bahwa ini adalah normal, dan bahkan bagian yang berguna dan adaptif sebagai manusia, membantu kita mengatasi banyak situasi dan tantangan sehari-hari.

Pada zaman sejarah sebelumnya, perasaan sedih atau murung sementara (dikenal sebagai dysphoria ringan) selalu diterima sebagai bagian normal dari kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, banyak pencapaian terbesar dari manusia berhubungan dengan membangkitkan, melatih dan bahkan menumbuhkan perasaan negatif.

Tragedi-tragedi Yunani mengekspos dan melatih para penonton untuk menerima dan menghadapi musibah kehidupan manusia yang tak terelakkan. Tragedi Shakespeare menjadi klasik karena mereka menggemakan tema ini. Dan karya-karya dari banyak seniman besar seperti Beethoven dan Chopin dalam musik, atau Chekhov dan Ibsen dalam literatur mengeksplorasi lanskap kesedihan, sebuah tema yang sudah lama diakui sebagai pelajaran dan berharga.

Para filsuf kuno juga percaya bahwa menerima suasana hati yang buruk sangat penting untuk menjalani kehidupan yang utuh. Bahkan filsuf hedonis seperti Epicurus mengakui bahwa hidup yang baik melibatkan melatih penilaian yang bijaksana, menahan diri dan mengendalikan diri, dan menerima kesulitan yang tak terelakkan.

Filsuf lain seperti Stoics juga menyoroti pentingnya belajar untuk mengantisipasi dan menerima kesialan seperti kehilangan, dukacita atau ketidakadilan. Psikolog yang mempelajari evolusi perasaan dan perilaku manusia menegaskan bahwa semua keadaan afektif kita (seperti suasana hati dan emosi) memiliki peran yang bermanfaat: Mereka mengingatkan kita pada keadaan dunia yang perlu kita tanggapi.

Iklan

Faktanya, rentang emosi manusia mengandung lebih banyak perasaan negatif daripada perasaan positif. Emosi negatif seperti rasa takut, marah, malu atau jijik sangat membantu karena mereka membantu kita mengenali, menghindari, dan mengatasi situasi yang mengancam atau berbahaya. Tapi apa juga inti dari kesedihan, mungkin emosi negatif yang paling umum, dan yang dihadapi sebagian besar psikolog?

Kesedihan yang mendalam dan abadi, seperti depresi, jelas merupakan gangguan yang serius dan melemahkan. Namun, suasana hati yang buruk secara sementara dapat melayani tujuan adaptif yang penting dan berguna, dengan membantu kita mengatasi tantangan sehari-hari dan situasi yang sulit. Suasana hati ini juga bertindak sebagai sinyal sosial yang mengkomunikasikan pelepasan dan penarikan dari persaingan dan memberikan perlindungan. Ketika kita tampak sedih atau dalam suasana hati yang buruk, orang sering khawatir dan cenderung membantu.

Beberapa suasana negatif, seperti melankolia dan nostalgia (kerinduan untuk masa lalu), bahkan mungkin menyenangkan dan tampaknya memberikan informasi yang berguna untuk memandu rencana dan motivasi masa depan. Kesedihan juga dapat meningkatkan empati, kasih sayang, keterhubungan dan kepekaan moral dan estetika. Dan kesedihan telah lama menjadi pemicu kreativitas artistik.

Percobaan ilmiah terbaru mendokumentasikan manfaat dari suasana hati yang buruk. Ini sering berfungsi sebagai sinyal alarm otomatis, tidak sadar, mempromosikan gaya berpikir yang lebih penuh perhatian dan terperinci. Dengan kata lain, suasana hati yang buruk membantu kita untuk lebih penuh perhatian dan fokus dalam situasi yang sulit. Sebaliknya, suasana hati yang positif (seperti perasaan bahagia) biasanya berfungsi sebagai sinyal yang menunjukkan situasi yang akrab dan aman dan menghasilkan gaya pemrosesan yang kurang rinci dan penuh perhatian.

Iklan

Sekarang ada semakin banyak bukti bahwa suasana negatif, seperti kesedihan, memiliki manfaat psikologis. Untuk mendemonstrasikan ini, peneliti pertama-tama memanipulasi suasana hati orang (dengan menampilkan film yang bahagia atau sedih, misalnya), kemudian mengukur perubahan dalam kinerja dalam berbagai tugas kognitif dan perilaku. Merasa sedih atau dalam suasana hati yang buruk menghasilkan sejumlah manfaat:

Ingatan Jadi Lebih Baik: Dalam sebuah penelitian, suasana hati yang buruk (yang disebabkan oleh cuaca buruk) mengakibatkan orang lebih ingat detail dari toko yang baru saja mereka tinggalkan. Suasana hati yang buruk juga dapat memperbaiki ingatan saksi mata dengan mengurangi efek berbagai gangguan, seperti informasi yang tidak relevan, salah, atau menyesatkan.

Penilaian Lebih Akurat: Suasana hati yang buruk juga mengurangi beberapa bias dan distorsi dalam cara orang membentuk kesan. Misalnya, hakim yang sedikit sedih membentuk kesan yang lebih akurat dan dapat diandalkan tentang orang lain karena mereka memproses detail secara lebih efektif. Kami menemukan bahwa suasana hati yang buruk juga mengurangi tingkat kenaifan dan meningkatkan skeptisisme ketika mengevaluasi mitos dan desas-desus perkotaan, dan bahkan meningkatkan kemampuan orang untuk mendeteksi penipuan dengan lebih akurat. Orang-orang dalam suasana hati yang buruk juga cenderung tidak bergantung pada stereotip sederhana.

Iklan

Motivasi: Eksperimen lain menemukan bahwa ketika peserta yang bahagia dan sedih diminta untuk melakukan tugas mental yang sulit, mereka yang dalam suasana hati yang buruk berusaha lebih keras dan lebih gigih. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas itu, mencoba lebih banyak pertanyaan dan menghasilkan jawaban yang lebih benar.

Komunikasi yang lebih baik: Gaya berpikir yang lebih penuh perhatian dan terperinci yang dipromosikan oleh suasana hati yang buruk juga dapat meningkatkan komunikasi. Kami menemukan orang dalam suasana hati yang sedih menggunakan argumen persuasif yang lebih efektif untuk meyakinkan orang lain, lebih baik dalam memahami kalimat ambigu, dan berkomunikasi lebih baik ketika berbicara.

Peningkatan kewajaran: Eksperimen lain menemukan bahwa suasana hati yang buruk menyebabkan orang memberi perhatian lebih besar pada harapan dan norma sosial, dan mereka memperlakukan orang lain dengan kurang egois dan lebih adil.

Dengan memuji kebahagiaan dan menolak kebaikan kesedihan, kita menetapkan tujuan yang sulit diraih oleh diri kita sendiri. Kita juga mungkin menyebabkan lebih banyak kekecewaan, beberapa bahkan mengatakan depresi.

Semakin diakui bahwa berada dalam suasana hati yang baik, meskipun ada beberapa keuntungan, tidak diinginkan secara universal.

Merasa sedih atau dalam suasana hati yang buruk membantu kita untuk lebih fokus pada situasi yang kita hadapi, dan dengan demikian meningkatkan kemampuan kita untuk memantau dan berhasil menanggapi situasi yang lebih menuntut. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa mengejar kebahagiaan yang tak henti-hentinya mungkin sering merusak diri sendiri. Penilaian yang lebih seimbang tentang dampak dan manfaat dari suasana hati yang baik dan buruk sudah lama berlalu.