Opini

Skandal Channel Calon Sarjana Bukti Tradisi Curi Karya Demi 'Konten' Laten di Indonesia

Apa bedanya 'Calon Sarjana' yang kepergok menjiplak video bikinan JTonYoutube, sama 'On the Spot' misalnya? Sama belaka. Kreator di Indonesia harus lebih peduli sama hak cipta.
Seputar Channel Calon Sarjana Curi Konten JTonYouTube Demi Adsense Budaya Laten di Indonesia
Kolase oleh VICE. Sumber foto tampilan YouTube dari Robyn Beck/AFP

Akun YouTube Calon Sarjana tersandung masalah sampai dibahas komunitas konten kreator lintas negara. Akun tersebut dituding melakukan pencurian konten oleh YouTuber asal Inggris @JTonYouTube atau biasa disapa JT.

Pada 6 November lalu, JT mengunggah foto untuk membuktikan bahwa videonya yang berjudul this is the new #1 YouTube Channel… (Parlophone Records) dicuri oleh Calon Sarjana untuk diunggah lagi di YouTube dengan judul Parlophone Records, Channel YouTube No #1 yang mengalahkan T-Series. Pencurian konten itu ditengarai sudah sampai taraf akut, karena thumbnail-nya pun sampai dicomot.

Iklan

Buat yang belum tahu apa itu Calon Sarjana, mereka adalah Akun YouTube yang sering mengunggah konten berita unik, lucu, dan menarik (menurut mereka). Video tadi dipadupadankan dengan suara dubber yang sering bikin saya emosi. Anda bisa mencoba melihat beberapa kontennya di tautan ini.

Saya sendiri agak sebel sama tim Calon Sarjana yang memberi acc tim produksi saat niat mencuri konten video JT. Padahal, kalau aja mau diriset dulu targetnya, JT mungkin adalah orang terakhir yang mau diambil kontennya tanpa izin oleh Calon Sarjana.

Bukannya apa-apa, dari dulu JT emang dikenal punya daya investigasi tingkat tinggi karena punya hobi mengekspos para YouTuber bermasalah, dan ini semua tertulis jelas di deskripsi kanalnya. Masa akun dengan 12 juta subscriber enggak punya tim yang kompeten sih memilah-milah video mana yang akan dicomot?

Tak ayal, perdebatan internasional terjadi di internet dan hampir tidak ada yang memihak Calon Sarjana. Selain karena emang mereka salah, mungkin orang-orang juga udah sebel sama eksistensi dubber-nya. Plus, terangkatnya kasus JT ini membuat praktek pencurian konten Calon Sarjana di video-video lain terekspose.

Sebenarnya pihak Calon Sarjana enggak diem-diem aja. Mereka merespons tudingan dengan cara yang masa kini banget: Meminta maaf di depan public dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tim Calon Sarjana juga diketahui mengirimkan pesan pribadi kepada JT untuk rekonsiliasi. Mereka juga memutuskan menghilangkan video yang dipermasalahkan JT sekaligus memberikan credit di bagian deskripsi video-video terbarunya sebagai bentuk tanggung jawab.

Iklan

Namun, di video Calon Sarjana yang ini, Anda akan menemukan JT di kolom komentar paling pertama yang bisa jadi menjawab permintaan maaf resmi dari Calon Sarjana. Kira-kira tuh kalau diterjemahin hasilnya kayak gini: “kalian bisa menghapus video itu sesuka kalian, tapi semuanya telah terjadi. Saya tidak akan membiarkannya begitu saja." Perbincangan JT x Calon Sarjana heboh dan sempat menjadi trending topic di Twitter. Beberapa respons netizen bisa disaksikan sebagai berikut:

Dari penelusuran akun Twitter @masedoo, Calon Sarjana merupakan cabang dari sebuah pohon bisnis media digital besar bernama INFIA. Pemiliknya bernama Richo Pramono dan Richo pernah ngasih wejangan soal konten viral di acara ini. Cabang-cabang bisnis INFIA lain yang populer adalah Tahilalats, Dagelan, Rahasia Gadis, dan INFIA News di Instagram. Oh ya, netizen juga masih bertanya-tanya mengapa pertengahan tahun ini akun Dagelan mendadak hilang dari radar tanpa penjelasan.

Pencekalan JT terhadap Calon Sarjana berefek domino mengungkap dugaan pencurian konten di cabang bisnis INFIA bernama Bicara Kopi. Menurut pengakuan Yulin Masdakaty di Twitter, artikel tulisannya pernah disalin tanpa izin menjadi caption Instagram @bicarakopi. Bahkan, Yulin mengaku beberapa artikelnya malah disalin seratus persen jadi materi dalam buku yang dibuat Bicara Kopi.

Setelah kasus Calon Sarjana dan sengketa hak cipta Awkarin VS Nadiyah Rizki mereda, kayaknya bangsa ini masih punya segudang pekerjaan rumah pada bab hak cipta. Termasuk pencurian konten YouTube oleh televisi yang sudah lebih dulu terjadi dalam skala masif.

Iklan

Pengamat media Ignatius Haryanto pernah menulis di Remotivi pada 2012 bahwa acara-acara tivi seperti On the Spot (Trans 7), Hot Spot (Global TV), dan Spot Lite (Trans 7) menganggap pengambilan konten otomatis legal ketika kalimat “ courtesy of YouTube” sudah dicantumkan. “Saya pun hendak bertanya, betulkah ada ijin khusus dari YouTube kalau itu diklaim sebagai “ courtesy of YouTube” tersebut? Adakah buktinya?” tulis Ignatius.

Jika dicari di Twitter, ada banyak sekali keluhan dari pemilik video tentang cara televisi asal comot konten ini.

Meski begitu, tentu masih ada kru yang tertib minta izin pinjam video di Twitter.

Intinya sih, konten bukan apapun yang kita upload di dunia maya, lantas bisa begitu saja kita labeli sebagai karya. Kalau memang semudah itu bikin konten, enggak perlu ada lagi embel-embel kreator. Mending kita serahkan semua sumber informasi ke algoritma, buat mesin agregator, dan menikmati 'konten' yang seragam serta itu-itu saja ketika berselancar di Internet.

Sungguh menyeramkan….