FYI.

This story is over 5 years old.

Cara Awet Muda

Industri Kecantikan Dikritik Karena Rutin Memakai Kulup Hasil Sunat untuk Facial

Maraknya penggunaan kulup bayi baru lahir sebagai perawatan kecantikan, bahkan oleh pesohor macam Sandra Bullock dan Cate Blanchett, dituding meningkatkan perdagangan gelap jaringan kulit kelamin tersebut.
Kulup bayi yang disunat ternyata bisa jadi cara awet muda. Foto ilustrasi via Shutterstock

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia

Tren kecantikan sekarang ini makin aneh saja. Mulai dari memakai lendir siput sampai sengatan lebah. Perempuan rela melakukan apa saja asal bisa nampak muda. Baru-baru ini ada bahan yang lebih aneh lagi, yaitu fibroblas kulup yang didapat dari bayi baru lahir.

Beberapa pekan lalu, aktris Cate Blanchett saat diwawancarai Vogue menceritakan perawatan kecantikannya di Georgia Louise, salon kelas atas New York. “Louise memberiku ‘penis facial," ujarnya. Cate menjelaskan kalau kulup hasil sunat bayi mengandung enzim, jadi Sandy menyebutnya ‘penis facial,’” kata Blanchett. Istilah ini lalu dihapus secara diam-diam dari situs Vogue, tetapi tidak sebelum mereka menayangkan serangkaian berita utama tentang “penis facial.”

Iklan

Nama asli facial tersebut adalah “Hollywood EGF Facial”, yang menurut situs web Louise menggunakan serum “yang berasal dari sel progenitor fibroblas manusia yang diambil dari kulup bayi Korea baru lahir”. Harga facial EGF tidak dicantumkan di situs web, tapi Business Insider melaporkan bahwa biayanya bisa mencapai US$650 atau setara dengan Rp8,9 juta dan pelanggan harus menunggu dua tahun untuk satu kali perawatan.

Perusahaan Inggris bernama Vavelta berupaya untuk menyaingi industri besar Botox melalui injeksi fibroblas kulup bayi baru lahir, sedangkan Hydrafacial memuji-muji bahan anti-aging yang menguntungkan ini. Bahkan, 2013 lalu, Oprah menginspirasi berita utama yang mempromosikan produk SkinMedica yang dikembangkan dengan sel-sel ini.

Menggunakan kulup untuk kecantikan wajah memang terdengar gila. Tapi kulup betul-betul memiliki banyak kegunaan. Fibroblas adalah bagian kulit yang bisa menjadi penumbuh kulit atau sel lain. Kulup bayi baru lahir adalah bahan terbaik untuk proses tersebut. Mengapa? Pertama, kulupnya masih sangat muda. Kulitnya belum tercemar dan tersentuh radikal bebas dan racun lingkungan. Selain itu, kulup bayi protein pengidentifikasinya belum sepenuhnya berkembang. Maka dari itu kulup bisa digunakan untuk berbagai hal. Di bidang kedokteran, kulup bisa digunakan untuk menumbuhkan kulit pasien luka bakar dan penderita diabetes yang memiliki bisul. Kulup juga berguna sebagai pengganti kelopak mata dan operasi cangkok kulit.

Iklan

Para dokter sudah tertarik dengan kulup bayi sejak abad ke-19; Dr. Peter Charles Remondino menulis di The History of Circumcision pada 1891, “Kulup bayi sangat bagus untuk transplantasi kulit.” Sel punca sangat umum digunakan di industri kosmetik, tapi biasanya mereka berasal dari tumbuhan, bukan penis. Fibroblas kulup dianggap mengeluarkan protein faktor pertumbuhan manusia dalam jumlah besar, yang bisa merangsang regenerasi sel dan produksi kolagen untuk membuat kulit tampak lebih muda.

Metode neonatal fibroblasts diyakini dapat meremajakan sel kulit secara instan. Foto via Shutterstock

Ada buktinya kalau fibroblas kulup bisa membuat kulit kita semulus pantat bayi? “Saya ragu, karena selama ini tidak ada bukti di jurnal kedokteran yang mendukung ini,” kata Dr Deshan Sebaratnam, dokter kulit dan dosen University of Sydney, saat dihubungi VICE.

Meski demikian, tren kecantikan ini meningkatkan permintaan pasar terhadap kulup, komodifikasinya, dan pelanggaran etis yang menyusul karena bisnis tersebut. Pegiat dari kelompok anti-sunat menentang praktik perawatan kulit memakai kulup. Beberapa aktivis Barat itu menyamakan sunat laki-laki dengan sunat perempuan dan sebetulnya telah salah paham—mengecam kegunaan kulup di produk kecantikan. Mereka pada dasarnya mengatakan bahwa sunat bayi telah melanggar hak asasi anak, karena mereka belum bisa memberi persetujuan mau disunat atau tidak. Menurut mereka, menggali keuntungan dengan cara ini sangatlah tercela. “Kulup tidak bisa tumbuh kembali setelah disunat. Sunat meninggalkan bekas mendalam,” kata Dr. Chris Coughhran, advokat anti-sunat, saat dihubungi VICE.

Iklan

Aktivis anti-sunat lainnya, dokter anak Paul M. Fleiss, menulis di What Your Doctor May Not Tell You About: Circumcision kalau kulup bayi mengandung bahan genetik yang bisa menumbuhkan 23.000 meter persegi kulit—atau ratusan ribu fibroblas.

Perusahaan Australia, InVitro Technologies, menjual fibroblas kulup bayi baru lahir secara online, melalui pemasok bernama ATCC. Satu mililiter membutuhkan US$427 atau setara Rp5,8 juta. Mereka memang menyebutkan “penuaan kulit” sebagai salah satu kegunaannya, tetapi jubir InVitro menolak untuk menjawab saat kami menanyakan mereka dapat dari mana. “Semua produk ATCC yang didistribusi melalui kami hanya untuk kepentingan penelitian saja. Hanya itu yang bisa kami sampaikan,” katanya.

Babble.com, majalah parenting magazine dan situs blog, melaporkan bahwa bukannya dibuang bersama limbah medis lainnya setelah lahir, beberapa rumah sakit malah menjual kulup ke pihak ketiga, dan “perusahaan akan membayar ribuan dolar untuk satu kulup.” Akan tetapi, informasi ini tidak tersedia untuk umum.

Dr. Mary Walker, seorang Peneliti Psikologi di Monash University yang memiliki ketertarikan dalam bidang bioetika dan kebijakan kesehatan, belum pernah mendengar ada rumah sakit di Australia yang menjual kulup. Menurutnya, Australia tidak melegalkan perdagangan jaringan manusia, tetapi legal jika menjual produk yang berasal dari jaringan manusia. “Beberapa orang berpendapat bahwa jaringan bisa saja didonorkan dan tidak dijual. Kalau begitu, pendonor punya hak menentukan jaringan tersebut akan digunakan untuk apa setelah disumbang,” katanya.

Iklan

Walker mengatakan bahwa mengembalikan keuntungan kepada orang tua, anak yang disunat, atau dokter yang memotong kulup melanggar Human Tissue Act. Dia memberi tahu VICE bahwa National Health and Medical Research Council (NHMRC) saat ini sedang meninjau dan memperbarui pedomannya yang meliputi perdagangan organ dan jaringan tubuh.

Tingkat sunat menurun di negara-negara barat (bahkan di Amerika, yang tingkatnya tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Inggris dan Australia). Kebijakan publik Australia saat ini menunjukkan bahwa tidak alasan kesehatan yang mewajibkan orang tua menyunat anaknya ketika mereka baru lahir (alasan agama dan budaya adalah faktor utamanya sekarang) dan diperkirakan hanya ada 32 persen pria Australia di bawah 30 tahun yang disunat.

Mereka adalah aktivis anti sunat bayi di New York. Foto oleh Eric Euse untuk VICE

Sejalan dengan kecenderungan menurun adalah meningkatnya minat bio-teknologi pada kulup, yang menurut para aktivis anti-sunat melanggengkan praktik sunat. “Penggunaan sel-sel kulup bayi baru lahir dalam bioteknologi — untuk berbagai kegunaan selain kosmetik — menjadi penggerak praktik sunat laki-laki sejak awal 90-an,” Dr. Coughhran, aktivis anti-sunat, memberi tahu VICE.

Dr. Coughhran menganggap permintaan dari negara barat bisa mendorong kebijakan sunat di negara berkembang (meskipun World Health Organisation mengatakan bahwa sunat mengurangi risiko infeksi HIV pada pria heteroseksual sampai 60 persen). “Ini [permintaan] mungkin relevan, misalnya, dalam memahami usulan pemerintah Kenya untuk menyunat anak sejak masih bayi guna mencegah HIV,” katanya.

Artikel yang diterbitkan pada 2011 di situs berita Afrika Selatan, TIMESLive, menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap potensi penjualan kulup bayi Afrika kepada industri kosmetik global, bukannya dibakar seperti peraturan yang berlaku di negara. “Afrika bisa menjadi sumber baru pemasok kulup bayi untuk menyokong kebutuhan industri kosmetik raksasa. Kulup manusia yang dibuang digunakan dalam industri kosmetik, pembuatan insulin dan kulit buatan,” tulis Medical Rights Advocacy Network lewat surat yang ditujukan kepada dinas kesehatan setempat

Jika perusahaan swasta memperoleh keuntungan dari kulup bayi, siapa yang menerima hasilnya? George C. Denniston, seorang dokter Amerika dan advokat anti-sunat yang mendirikan Doctors Opposing Circumcision, mengatakan bahwa keuntungan tersebut tidak diserahkan kepada orang tua atau anak yang disunat. “Tidak ada satu pun anak yang menerima keuntungan dari kulup mereka yang sudah dijual dan digunakan secara komersial. Kami belum menanyakan apakah hak asasi manusia kita harus dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan industri kosmetik,” tulisnya dalam Male and Female Circumcisions: Medical, Legal, and Ethical Considerations in Private Practice.

Penggunaan fibroblas kulup menjadi perdebatan rumit yang timbul dari berita ringan “penis facial”. Untuk orang-orang seperti Dr. Coughran, “Komersialisasi sunat laki-laki jauh lebih besar daripada ‘produk perawatan kulit X’ belaka. Ini juga melibatkan investasi publik dan swasta besar-besaran, pada skala transnasional, antar pemerintah.” Meskipun inactivist anti-sunat gencar melakukan kampanye untuk menghentikan praktik sunat — masih ada negara yang melegalkan penyunatan untuk kepentingan kecantikan.