FYI.

This story is over 5 years old.

Dunia Kerja

Inilah Penyebab Pas Kantor Bikin 'Party', Kamu Tetap Merasa Masih Kerja

Karena, menurut pakar, kita memang nyaris selalu bekerja walaupun resminya sedang datang ke 'pesta'-nya kantor. Hadeh...
Illustration by Kitron Neuschatz

Artikel ini pertama kali tayang di FREE—situs baru VICE Media yang membahas berbagai isu ekonomi dan pengelolaan keuangan secara nyeleneh.


“Saya mau cerita soal pesta kantor paling sialan sepanjang masa,” kata Hayley Terris, produser musik berbasis di Los Angeles. Selama berbulan-bulan, dia mendengar soal kabar kantornya mau bikin party. Surel dari markas East Coast membanjiri inbox, menjanjikan pesta meriah, dan manajemen bilang semua karyawan sebaiknya nanti pulang naik taksi saja, pokoknya fokus datang ke pesta dan bersenang-senang sampai kobam.

Iklan

Belakangan, masalah demi masalah mulai tampak.

Seminggu sebelum Hari H, perusahaan menjelaskan mereka tidak akan membayar uang parkir untuk karyawan (mengingat pestanya digelar di sebuah gedung yang parkirnya pakai sistem jam). Setelah itu, bukannya digelar malam hari, pesta kantor Terris justru berlangsung siang-siang. Lebih tragis lagi, pegawai kontrak yang dibayar per jam seperti Terris jadi kehilangan gaji kalau datang ke pesta tersebut. “Saya bekerja 70 jam seminggu, kelelahan, dan sekarang saya harus berhenti kerja di siang hari untuk menghadiri pesta ini tanpa diupah?” ujarnya.

Pertanyaannya, apakah pesta kantornya itu seru banget?

“Kami masuk ke ruangan, ada DJ memainkan Maroon 5 di atas panggung mungil seluas 3x3 meter untuk berdansa,” ujar Terris. “Parahnya kamu enggak bisa mabuk, dan enggak bisa mengeluh, karena ada orang-orang korporat klien perusahaan! Saya pengin mabuk, tapi gak bisa. Saya pengin pulang, gak bisa juga. Saya merasa terperangkap.”

Surem.

Mau tahu apa yang lebih suram dari kebiasaan beberapa kantor atau korporat menggelar pesta? Berikut di antaranya:

Terkadang “pesta” hanyalah alasan memberi kalian pekerjaan tak berbayar

“Acara kantor” adalah acara-acara sosial yang seolah-olah berlangsung di luar kantor atau di luar jam kerja normal, di mana kita tidak dibayar untuk hadir. Masalahnya, acara itu tidak bisa sepenuhnya jadi pilihan kita sebagai buruh, karena batas antara “bekerja” dan “tidak bekerja” sangat kabur.

Tapi setidaknya ada makanan dan minuman gratis kan? Ya kalau wine murahan, keju anyep, dan biskuit-biskuitan cukup menggembirakanmu. Tapi kalau enggak, kamu mungkin bertanya-tanya bagaimana caranya keluar dari tempat ini dengan sopan atau kalau bisa, tak harus dipecat keesokan harinya gara-gara ngabur dari acara kantor.

Iklan

Untuk menjawab pertanyaan yang kedua, penting mengetahui apakah acara kantor tersebut termasuk yang “wajib” atau “tidak wajib.” Secara umum, kalau wajib, ya berarti kamu perlu menganggap acara ini sebagai tambahan jam kerja. Kalau kamu pegawai tetap, artinya kamu wajib datang dan gak dapat lembur. Tapi kalau kamu pegawai tidak tetap, kamu tidak bisa dipaksa hadir tanpa bayaran ekstra.

Emangnya Kita Harus Banget Datang ke Pesta Bikinannya Kantor?

Gak tahu juga ya, karena di setiap industri beda-beda gayanya. Gak bisa digeneralisasi. Apakah kamu suka orang-orang kantor? Mungkin boleh lah hadir ke acara ulang tahun mereka. Apakah kamu benci sama sang pemilik bisnis? Apakah kamu masih mau datang ke acara mereka?

Alison Green, penulis buku yang akan terbit, As A Manager: Clueless Colleagues, Lunch-Stealing Bosses, and the Rest of Your Life at Work, membahas habis keanehan dari acara-acara kantor selama bertahun-tahun di situsnya, Ask A Manager. Saran-saran Green untuk orang-orang yang tak ingin datang ke acara kantor? “Datanglah selama sejam, setor muka, mondar-mandir di hadapan bos biar dia lihat kamu sudah datang, lalu pulang,” ujarnya, sebelum menawarkan tips untuk menjustifikasi pulang duluan. “Kalau kamu punya anak-anak, itu adalah alasan bagus.”

Untuk acara kantor yang rutin diadakan, seperti team-building sambil karaokean setiap bulan, atau pesta ulang tahun bulanan, Green bilang bisa saja kita punya acara lain, kan? Bilang aja kamu punya janji ketemu klien lain.

Iklan

Lihat Dulu Aja, Untung Atau Enggak Datang ke Acara Itu

Meski kita senang dapat makanan dan minuman gratis di acara-acara kantor, itu sebenarnya gak gratis. Teorinya, ada jumlah uang yang sudah dibelanjakan, sekecil appaun, yang bisa didapatkan oleh para pekerja. Tapi di luar itu, acara kantor di luar jam kerja menyediakan keuntungan bagi pemilik bisnis karena mendapatkan tenaga gratis: menyatukan orang-orang dengan kesamaan tak lain dari pekerjaan, dan pastinya mereka ujung-ujungnya ngomongin kerjaan.

Faktanya, saran Green untuk siapapun yang mempertimbangkan datang ke acara kantor adalah untuk menganggapnya sebagai urusan bisnis dan bukan acara sosial. Dengan kata lain, acara kantor, termasuk pesta = kerja.

“Ini bisa sangat berbahaya, karena settingnya dan minuman beralkohol yang disediakan mungkin membuat kita berpikir ini bukan kerja,” ujar Green. “Tapi ini tetap acara kerja. Ini acara kerja yang menyenangkan, tapi tetap saja: kerja. Jadi aturannya sama saja dengan aturan kerja.”

Aturan apa tuh? Ya gak ngobrolin soal kehidupan seksual, dan gak membahas topik-topik seperti politik atau agama, dan gak bergosip. “Intinya minuman alkohol adalah supaya kita gak terlalu ngeh, dan ini bisa memiliki konsekuensi saat kamu kembali bekerja keesokan harinya,” ujarnya.

Bahkan tanpa iming-iming tersedia minuman beralkohol, acara kantor adalah upaya mengaburkan perbedaan antara buruh dan majikan. Meski di acara ini rasanya semua orang berada di level yang sama, nyatanya hanya majikan yang bisa memecat buruh—tak sebaliknya.

Tetap saja, dari perspektif buruh, kalau mereka tidak berulah, acara kantor bisa menjadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa kita peduli dengan kantor. Memang menyebalkan, tapi ngobrol santai dengan bos-bos adalah cara ampuh buat amunisi nego gaji, tambahan tunjangan, dan lain-lain.

Kamu bisa jadi pegawai tetap atau pekerja gig economy yang mencoba mendapatkan lebih banyak gig, tapi nilai yang kamu dapatkan dari acara itu adalah hubungan yang lebih erat, bukan sakit perut karena kebanyakan makan camilan murahan.