teknologi

Situs Ancestry Pengoleksi Miliaran DNA Manusia Dibeli Senilai Rp68 Triliun

Blackstone, perusahaan investasi yang membeli Ancestry, berjanji takkan mengakses data DNA orang yang sudah pernah tes di situs itu. Janji mereka diragukan beberapa kalangan.
Tangkapan layar silsilah keluarga dari situs Ancestry.com
Tangkapan layar via Ancestry.com

Perusahaan investasi AS Blackstone mengakuisisi penyedia silsilah keluarga Ancestry senilai US$4,7 miliar atau setara Rp68 triliun dari beberapa perusahaan ekuitas swasta lain. Dengan demikian, kepemilikan Ancestry resmi berganti atas nama Blackstone dan koleksi DNA-nya juga ikut diambil alih oleh perusahaan tersebut.

Blackstone mengumumkannya awal pekan lalu dalam siaran pers bahwa perusahaan telah “mencapai kesepakatan definitif untuk mengakuisisi Ancestry dari Silver Lake, GIC, Spectrum Equity, Permira dan pemegang saham lainnya dengan total nilai sebesar $4,7 miliar.”

Iklan

Dengan Ancestry, kalian dapat melacak keturunan dengan hasil tes DNA. Situs yang terkenal di AS ini memiliki tiga juta pengguna berbayar, serta menyimpan 27 miliar riwayat DNA dan 100 juta silsilah keluarga. Sebanyak 18 juta orang lebih telah melakukan tes DNA yang disediakan perusahaan.

“Blackstone tidak akan mengakses data pengguna karena kami sangat menjunjung tinggi privasi mereka,” bunyi email yang dikirim oleh juru bicara Blackstone kepada Motherboard. “Kami takkan membagikan DNA dan silsilah keluarga pengguna kepada perusahaan portofolio kami.”

Juru bicara Ancestry memastikan kebijakan perusahaannya tetap sama bahkan setelah diakuisisi.

“Tak ada yang berubah dari syarat dan ketentuan, serta kebijakan privasi Ancestry. Kami berkomitmen untuk terus melindungi data pribadi pengguna,” terangnya.

Dewasa ini, privasi dan pengoleksian data menjadi masalah utama yang menghantui pengguna internet di dunia. Kenyataan datanya bisa dimanfaatkan untuk apa saja semakin menambah kekhawatiran orang-orang.

Pada April 2018, polisi berhasil menemukan dan menangkap tersangka Golden State Killer Joseph James DeAngelo dengan melacak DNA yang tertinggal di TKP. Rupanya ada seorang kerabat yang memasukkan DNA mereka ke database genetika open-source.

“Terkuaknya kasus Golden State Killer menunjukkan adanya risiko pihak berwajib ingin mengakses data pribadi kita,” ujar Jen King selaku Direktur Privasi Konsumen di Center for Internet and Society.

Iklan

Jen mengingatkan pentingnya pertimbangan matang sebelum membagikan kode genetik ke perusahaan tes semacam ini, terutama jika datanya menyangkut orang lain yang secara genetik berhubungan dengan konsumen.

“Kalian tidak tahu secara spesifik bagaimana datanya akan dilindungi, sehingga kalian hanya bisa memegang janji-janji yang diberikan perusahaan, termasuk tidak akan menjual data pengguna kepada penawar tertinggi jika perusahaan bangkrut,” lanjutnya.

Jen tidak menganggap akuisisi Ancestry sebagai masalah privasi, mengingat kepemilikannya berpindah dari beberapa perusahaan investasi ke perusahaan investasi lain. Dia justru mempertanyakan maksud dan tujuan Blackstone melakukan ini. Apa yang menarik dari perusahaan macam Ancestry, terutama pertumbuhan pasar genetika melambat selama setahun terakhir.

Ancestry dan platform pelacak keturunan 23andMe terpaksa melakukan PHK awal tahun ini.

“Perusahaan biasanya mencari keuntungan setinggi mungkin, makanya saya penasaran kenapa ada yang tertarik terjun ke industri yang pertumbuhannya saja mengalami kelambatan,” tutur Jen.

Seperti yang dikatakan Jen, kita harus ekstra hati-hati sebelum menyerahkan DNA karena kita takkan pernah tahu akan diapakan datanya dan siapa saja yang memilikinya nanti.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.