FYI.

This story is over 5 years old.

Layanan Kesehatan

Sistem Blokchain Bisa Merevolusi Layanan Kesehatan di Masa Depan Lho

Mekanisme ini bukan cuma buat Bitcoin. Wah kalau baca artikel ini, generasi millenials bakal semangat ke dokter.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Kalian barangkali mendengar cerita rapper 50 Cent lupa kalau dia pernah beli Bitcoin lalu dianggurkan begitu saja. Menurut perhitungan VICE, 50 Cent sekarang memiliki harta cryptocurrency senilai US$9,2 juta (setara Rp131 miliar). Gila ya, Bitcoin bisa memberimu kekayaan sedemikian besar, tak peduli kau ingat atau tidak soal keberadaannya. Eits, tapi jangan salah, faktor penunjang kekayaan 50 Cent di ranah bukanlah kebangkitan Bitcoin sendiri. Demam dan ledakan mata uang kripto ini terwujud berkat teknologi blockchain. Buat ilmuwan, teknologi blockhain inilah yang lebih penting digali potensinya. banyak perusahaan berniat menggunakan blockchain untuk menjual saham, membuka pasar baru, hingga mendukung perceraian suami-istri. Di luar demam ini, ada juga sektor lainnya yang berencana memanfaatkan teknologi blockchain dalam waktu dekat: industri kesehatan.

Iklan

Apa sih sebetulnya blockchain itu? Oke, ini penjelasan singkat bagi teman-teman yang awam: Blockchain adalah sebuah buku besar yang dapat diakses oleh publik, dan menunjukkan semua data transaksi dalam jaringan Bitcoin. Penting diingat bahwa blockchain terbuka untuk publik dan terdesentralisasi. Semua data transaksi dibukan untuk publik, tapi mereka terhubung dengan sebuah alamat elektronik—bukan identitasmu—jadi teman-teman bisa membuka blockchain tanpa mengetahui caramu kamu menghabiskan uang.

Saat ini, ada tiga perusahaan kesehatan di Amerika Serikat berniat menggunakan blockchain untuk mengubah pengalamanmu menjalani perawatan medis. Blokchain dapat digunakan menyimpan catatan medis, memonitor pemberian resep obat (termasuk obat anti depresi yang sering bikin masalah kecanduan itu), serta menciptakan pasar penelitian medis yang lebih terbuka.

Kenapa semua temuan tadi bakal mempengaruhi nasib pasien? Bayangkan deh: Kamu tidak sengaja patah tulang—kasus yang biasa menimpa 40 persen orang dalam kehidupan mereka. Setelah menguncungi ruang ICU, detil kejadian disimpan dalam blockchain, dan kamu pulang ke rumah setelah menukarkan resep morfin dan mengunjungi doktermu untuk follow-up beberapa hari berikutnya. Di sesi cek berikutnya, melihat hasil X-ray-mu akan sama mudahnya dengan memesan makanan via ojek online.

Yang perlu kamu lakukan hanyalah memberikan dokter akses ke catatan blockchain pribadimu menggunakan aplikasi seperti ini dan langsung saja—kalian berdua bisa melihat hasil scan kakimu yang retak terunduh lewat cloud ke ponselmu. Kalian juga akan bisa melihat semua aktivitas terbaru—sesi pengambilan darah terakhir, atau berapa langkah yang kamu ambil hari itu, dan berkat sifat blockchain yang tetap, kamu bisa melihat semua yang terjadi denganmu semenjak catatan medis terdaftar dengan blockchain.

Iklan

Doktermu kemudian bisa mengecek sejarah penggunaan obat resepmu sebelum memberikanmu lebih banyak morfin. Setelah janji temu dengan dokter usai, kamu bisa mendaftarkan diri dalam penelitian yang memonitor penggunaan tongkat penopang. Biarpun identitasmu tetap disembunyikan, data medis blockchainmu akan dibagi dan dikumpulkan dengan data orang lain yang mengalami cedera yang sama. Seiring kasus-kasus ini dipelajari bersama, data mungkin akan menunjukkan perubahan yang perlu dilakukan dalam dunia medis demi hasil yang terbaik—jadi mungkin saja kamu memiliki pengaruh terhadap bagaimana dunia medis merawat sebuah penyakit. Semua ini bisa menjadi realita medis yang baru.

Seiring ramainya diskusi politik tentang masa depan industri kesehatan AS dan semakin banyaknya orang yang menggunakan Bitcoin, Jack Shaw, direktur eksekutif American Blockchain Council mengatakan, “Ini adalah tahun kita akan melihat perkembangan pesat dalam pengujian teknologi blockchain dalam berbagai area medis.”

Para ahli industri kesehatan mengatakan blockchain dapat secara signifikan mempengaruhi cara dokter mengobati penyakit kronis. Ini akan mendorong industri medis untuk mendesain rencana pengobatan yang lebih terperinci, dan membuat setiap individu memiliki akses ke data kesehatan mereka, sesuatu yang hingga sekarang masih sulit dilakukan akibat sistem penyimpanan data medis elektronik yang terpecah-pecah.

“Sekarang, sistem medis hanya mendukung pasien pergi ke dokter ketika mereka bermasalah dan kemudian dokter menangani ketika situasi sudah kelewat buruk, tapi coba deh kamu pikirkan masyarakat kita sekarang, rata-rata penyakit yang menimpa disebabkan oleh perilaku berulang-ulang: diabetes, penyakit jantung, strok, kanker,” ujar Samir Damani, ahli kardiologi yang juga CEO applikasi kesehatan blockchain, Minthealth.

Iklan

Maka dari itulah perusahaan macam Minthealth berusaha membuat pengalamanmu berobat semakin bisa dikendalikan, memberikanmu insentif untuk menjaga kesehatan lewat token app yang bisa ditukar untuk diskon premium asuransi atau keanggotaan gym. Kamu bisa mendapat hadiah apabila berhenti merokok atau memiliki gaya hidup yang lebih aktif. Mengingat ada jutaan manusia mengidap penyakit kronis, program yang mendorong insentif pasien agar memilih gaya hidup yang lebih sehat memiliki potensi lebih besar mengurangi angka kunjungan ke rumah sakit dan ICU yang tidak perlu. Tentu saja, aplikasi macam itu mencegah penyakit seperti obesitas dan diabetes tipe 2.

“Orang tidak menyadari bahwa 40 persen dari semua jenis kanker bisa dicegah sejak dini. Dan semuanya terkait dengan perilaku sehari-hari. Kita tinggal dalam dunia di mana pasien belum bisa mengakses informasi kesehatan mereka dengan mudah,” ujar Damani. Dia mengklaim penggunaan blockchain akan mendorong individu untuk lebih aktif mengakses data medis yang menjanjikan hadiah untuk gaya hidup positif dan proaktif. Dan pastinya akan akan ada elemen sosial di sini juga.

Jadi memang, kamu akan memiliki kemampuan berbagi lebih banyak detail tentang kehidupan dan pengalaman pribadi. Tapi tidak salah lho kalau kamu sedikit parno lantaran ada kemungkinan privasi dan data kesehatanmu bisa dimonitor orang lewat Blockhain. Banyak juga yang berpikir demikian kok.

Iklan

Steven Teppler, salah satu kedua Internet of Things (IoT) Commitee of the American Bar Association mengatakan, “Apabila Amazon memiliki akses uang yang kamu keluarkan untuk membeli kentang di supermarket, kemungkinan akan muncul isu seputar, ‘Apakah perusahaan menggunakan informasi ini untuk menghitung biaya asuransimu atau seberapa besar biaya pengobatan yang akan mereka tagih?’ Potensi macam itu memiliki implikasi besar terhadap privasi, dan merupakan invasi yang besar terhadap ranah pribadi.

Sebagian ahli mengatakan potensi penggunaan blockchain oleh industri medis tidak semenjanjikan yang dikira banyak orang. Ada kekhawatiran bahwa data kerahasiaan blockchain tidaklah sepenuhnya anonim. Ada juga yang mengkhawatirkan tingkat akurasi dan konsistensi data di blockchain, mengingat informasi ini bisa digunakan untuk mengambil keputusan medis tingkat tinggi. Ada juga kekhawatiran dari konsumen kalau perusahaan asuransi akan menagih biaya premium yang lebih tinggi untuk kegiatan yang dianggap merugikan kesehatan, seperti merokok. Untuk alasan-alasan inilah, seiring perusahaan kesehatan tengah mencari cara memanfaatkan potensi blockchain, perlu diingat bahwa aturan-aturannya belum tertulis dengan jelas.

John Paller, direktur eksekutif ETHDenver Hackathon mengatakan pihaknya masih dalam tahap yang sangat awal . Bayangkan perkembangan internet pada 1994. Nah di situlah kita sekarang dengan blockchain.”

Mengingat blockchain menjadi pusat sorotan industri kesehatan saat ini, mungkin saja dalam beberapa tahun akan ada penemuan yang mampu meningkatkan kualitas layanan kesehatan pasien lebih signifikan. Semua itu tentunya terobosan yang perlu dirayakan.