FYI.

This story is over 5 years old.

Resep Tidur Nyenyak

Inilah Daftar Penyebab Ada Orang Sering Mimpi Buruk Saat Tidur

Tim peneliti memindai kerja otak dan denyut jantung orang sering mimpi buruk. Ternyata beda banget dari mereka yang tidurnya pulas atau mimpi indah.
Ilustrasi mimpi buruk yang ternyata dipengaruhi kerja otak
Foto ilustrasi dari Priscilla Du Preez / Unsplash

Gangguan mimpi buruk, dikenal juga sebagai gangguan kecemasan saat tidur. Secara harfiah artinya adalah kondisi ketika seseorang sering diganggu mimpi mencemaskan, saking menyeramkannya, nuansa negatif dari mimpi itu meresap ke hidup nyata.

Mimpi buruk jadi nyata. Lantas, apa yang membuat seseorang lebih rentan terhadap kondisi ini, ketika orang lain bisa mimpi yang indah-indah atau malah selalu lelap?

Iklan

Dalam penelitian anyar yang terbit di Jurnal NeuroImage: Clinical , para peneliti menemukan indikasi bila orang yang menderita gangguan mimpi buruk mempunyai respons lebih tinggi terhadap sensasi tubuh mereka selama tidur di fase REM (fase saat tidur belum nyenyak, ketika kita paling banyak bermimpi). Kondisi inilah yang kemungkinan membuat mereka lebih rentan mengalami mimpi buruk.

Lampros Perogamvros, psikiater dan ahli saraf dari University of Geneva, bersama rekan-rekannya menggunakan alat EEG mengukur aktivitas gelombang otak sekelompok orang yang menderita gangguan mimpi buruk. Tes serupa dilakukan pada kelompok lain yang baik-baik saja saat bermimpi. Pemindaian ini dijalankan saat mereka tidur maupun sadar.

Para peneliti mencari yang dikenal sebagai potensi yang ditimbulkan denyut jantung (HEP), yang mewakili tanggapan otak terhadap denyut jantung. Perogamvros menyatakan HEP mencerminkan interaksi antara otak dan tubuh, atau seberapa mampu kita bisa merasakan tubuh sendiri. Saat seseorang mengalami stres atau emosi tinggi, HEP cenderung naik.

Ilmuwan sejak lama menduga mimpi buruk disebabkan peningkatan stimulasi emosional dan kesadaran indrawi. Maka mereka memutuskan mengukur HEP saat orang sedang tidur untuk melihat apakah hipotesis tersebut benar atau tidak.

Mereka menemukan data konsiten bila orang yang menderita gangguan mimpi buruk memang mempunyai HEP lebih tinggi. Sebagian besar peningkatan aktivitas terjadi pada bagian frontal otak, yang biasanya berkaitan dengan pemrosesan emosi.

Peneliti mengamati peningkatan HEP hanya selama tidur fase REM. Hal yang sama tidak terjadi selama tidur non-REM atau ketika peserta sadar. Perogamvros juga mengamati adanya peningkatan HEP oleh pasien-pasien yang tidak mengalami gangguan bermimpi buruk di fase tidur yang sama. Berkaca dari penemuan ini, para peneliti percaya bukan mimpi buruk yang memicu peningkatan HEP, melainkan peningkatan HEP lah yang menimbulkan seseorang lebih rentan mengalami mimpi buruk saat tidur.

"Penemuan ini mendukung gagasan jika mimpi buruk merupakan mimpi yang berlangsung selama tidur fase REM. Temuan kami juga menyimpulkan peningkatan sensasi emosional sesaat tidur REM, seperti yang diukur HEP, merupakan kondisi fisiologis yang menimbulkan mimpi buruk yang sering terjadi," ujarnya.

Secara sederhana, mimpi buruk sering dialami mereka yang tidurnya belum bisa sepenuhnya nyenyak serta ada efek kerja otak yang menstimulasi emosi karena satu dan lain hal.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic