Jepang

Awak Kabin Japan Airlines Tak Lagi Pakai Sapaan 'Tuan dan Nyonya' Agar Inklusif

Maskapai Jepang itu akan memakai istilah yang tidak diskriminatif buat komunitas LGBTQ ketika menyapa penumpang selama penerbangan.
Awak Kabin Japan Airlines Tak Lagi Pakai Sapaan 'Tuan dan Nyonya' Agar Ramah LGBTQ
Foto ilustrasi salah satu pesawat maskapai JAL oleh   Tango Tsuttie via Unsplash

Pengalaman terbang dengan Japan Airlines, yang lebih akrab dijuluki JAL, akan terasa berbeda dalam waktu dekat. Tidak ada lagi sapaan “ladies and gentlemen”, alias “nyonya dan tuan”, yang diucapkan awak kabin selama penerbangan. Maskapai resmi pemerintah Jepang yang kini telah sepenuhnya menjadi perusahaan swasta itu pekan lalu mengumumkan kebijakan anyar, bahwa semua sapaan akan netral dari bias gender.

Iklan

Juru bicara JAL, saat diwawancarai AFP, menyatakan “semua sapaan penumpang yang berdasarkan hanya dua jenis gender akan diganti dengan sapaan yang lebih universal seperti ‘selamat pagi’ atau ‘selamat malam’.”

Merujuk laporan lain yang diturunkan CNN, baik di penerbangan internasional maupun domestik, JAL akan memakai ucapan “welcome, everyone.”

Selama ini, JAL sudah memakai sapaan yang relatif netral gender ketika awak kabin berbahasa Jepang. Namun untuk bahasa Inggris, “tuan dan nyonya” masih digunakan. Kebijakan mengubah sapaan ini dilakukan JAL untuk menciptakan pengalaman terbang yang lebih inklusif kepada mereka yang tidak termasuk dua gender arus utama.

Menurut laporan Japan Today, JAL selama beberapa tahun terakhir sudah berusaha lebih inklusif. Karyawan yang punya pasangan sesama jenis memperoleh tunjangan tambahan, sementara awak kabin boleh memilih ingin pakai rok atau celana panjang. Pada Agustus 2019, JAL mengumumkan adanya program khusus untuk pelanggan dari komunitas LGBTQ.

“Kami menjamin bahwa semua karyawan dengan latar LGBTQ bisa bekerja dengan tenang di perusahaan ini,” kata Direktur Kepegawaian JAL Hiroshi Momota, saat diwawancarai Huffington Post pada Oktober tahun lalu.

Beberapa maskapai penerbangan internasional lain sudah menerapkan kebijakan serupa. Qantas, maskapai terbesar Australia, sejak Maret 2018 memperkenalkan berbagai kebijakan inklusif, termasuk meminta awak kabin menggunakan sapaan yang tidak spesifik menyasar gender tertentu. Air Canada juga mengganti “ladies and gentlemen” menjadi “everybody”.

Iklan

Pandangan mayoritas masyarakat di Jepang sebetulnya masih agak konservatif terhadap LGBTQ. Namun, berdasarkan survei pada 2019, disimpulkan bila 1 dari 10 orang di rentang usia 20 hingga 69 tahun mengaku bagian dari komunitas LGBTQ. Keberanian populasi LGBTQ untuk mengumumkan identitas seksualnya, mendorong ada perubahan kebijakan di pemerintah dan perusahaan swasta.

Bulan lalu, pemerintah kota Kyoto ikut dalam program yang mengizinkan pasangan sesama jenis mendaftar ke KUA dan mendapat sertifikat hidup sebagai pasangan. Meski bukan legalisasi pernikahan sesama jenis, kebijakan ini menjamin komunitas LGBTQ yang menikah tetap dapat manfaat pensiun dan tunjangan sosial dari pasangan, seperti mereka yang heteroseksual.

Follow Frankie di Twitter dan Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US