Solidaritas Sosial

YouTuber Ferdian Paleka Dilabrak, Bukti Banyak Warga Mau Bersolidaritas Buat Transpuan

YouTuber ngehek itu bikin prank berbagi kardus mi berisi batu dan sampah pada waria di Bandung. Kasusnya lanjut jadi gugatan hukum. Solidaritas warga melegakan, mengingat transpuan kerap didiskriminasi.
Prank YouTuber Ferdian Paleka Bagikan kardus batu dan sampah ke waria Bandung
Ilustrasi transpuan yang bergabung dengan band di Yogyakarta [kiri] dari arsip VICE Indonesia; warga Baleendah mendatangi rumah Ferdian Palenka dari akun @twitkabarjabar

Apa salah dan dosa kita sampai Indonesia seakan-akan tak kehabisan YouTuber goblok? Belum selesai rasa kesal kita pada konten Hasanjr11 yang membujuk orang membatalkan ibadah puasa, nama Ferdian Paleka mengemuka sejak kemarin setelah videonya viral.

Bersama dua kawannya, YouTuber asal Bandung ini bikin konten prank bagi-bagi sembako bohongan dalam kardus mi instan yang diisi batu bata dan sampah kepada waria-waria di Kota Bandung. Empat waria jadi korban prank saat ditemui Ferdian di Jalan Ibrahim Adjie.

Iklan

Setelah diunggah, video ini mendapat reaksi keras. Aktivis Lini Zurlia jadi salah satu corong yang melakukan call out. Di Twitter, Lini yang kerap mengampanyekan kesetaraan hak LGBTIQ lewat LSM Arus Pelangi meminta netizen bersama-sama melaporkan akun Ferdian agar video tersebut segera ditarik.

Dari sana, kecaman terhadap si YouTuber semakin membesar. Hasilnya positif, video kontroversial tersebut diturunkan YouTube.

Sampai sini, seharusnya kita sudah paham tingkat kebodohan Ferdian. Namun, doi memberikan efek kejut tambahan, karena melakukan prank layer berikutnya: pura-pura minta maaf. Melalui akun Instagram pribadinya (yang sekarang udah ilang juga), doi bikin video yang menggugah hasrat baku hantam siapa pun yang melihat.

Kebodohan Ferdian bikin warga sekitar rumahnya gerah. Pada Minggu (3/5) malam, puluhan tetangga dan warga dari kawasan lain mendatangi rumah Ferdian di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Polisi juga terlihat hadir di lokasi penggerudukan. Hanya saja, Ferdian dilaporkan sedang tidak di rumah.

Kasus ini jadi panjang, ketika empat korban Ferdian dalam video melaporkannya ke polisi. Sani (40), Dini (50), Luna (25), dan Pipiw (30) mendatangi Polrestabes Bandung pada Senin (4/5) dini hari didampingi belasan kawan dari Srikandi Pasundan, komunitas transgender Kota Bandung.

"Kami ke sini [Polrestabes Bandung] untuk melaporkan video yang viral. Korban prank ada empat orang. Kami teman-teman waria Bandung support teman-teman yang jadi korban. Empat korban itu yang ada di video," kata Abel, selaku perwakilan korban.

Iklan

Salah dua korban sempat diwawancarai selepas pelaporan. Keputusan mereka membawa penghinaan ini ke ranah hukum dilandasi penerapan efek jera agar enggak ada oknum-oknum yang melakukan hal serupa.

"[Kita] dianggap sampah, kita mah berharap dikasih mi. Eh tahunya itu [sampah dan batu bata], sakitnya sekarang rasanya. Padahal mah saya [masih keluar rumah selama PSBB] cuma biar besok makan. Saya juga sadar bahwa pemerintah dalam rangka PSBB ini. Tapi kalau saya enggak nyari makan, [makannya] dari siapa? Berharap banget tahunya teh malah ngejek, kayak menghina," ujar korban.

Polrestabes Bandung mengonfirmasi terjadinya pelaporan dan meresponsnya dengan membentuk tim gabungan Satreskrim Polrestabes Bandung dengan unit Polsek Kiaracondong. Tim Prabu Polrestabes Bandung juga membuat video wawancara korban yang diunggahnya di sini.

Di media sosial, solidaritas warga Bandung membela transpuan dari YouTuber transfobik dipuji. Apalagi kasus ini hanya berselang sebulan dari tragedi pembakaran hidup-hidup seorang transpuan di Cilincing, Jakarta Utara. Mira, 42 tahun, disiram dengan bensin dan disulut api karena tak mau mengaku telah mencuri.

Transpuan termasuk dalam kelompok yang paling terpukul oleh wabah virus corona. BBC Indonesia melaporkan, para transpuan di Jakarta Barat yang kebanyakan bekerja di sektor informal, seperti pekerja salon, pengamen, dan pekerja seks, kehilangan pendapatan sampai 70 persen. Derita mereka berlipat karena tak punya KTP, padahal kartu ini adalah syarat utama untuk dapat mengakses bantuan pemerintah dan layanan kesehatan gratis.

Iklan

Mereka kemudian bersolidaritas, dengan dibantu organisasi pro-LGBTQ, mengadakan dapur umum. Di media sosial, penggalangan donasi dan promosi usaha transpuan juga bertebaran dengan tagar #bantuanuntukwaria, bikin dada hangat….

Tak punya KTP adalah kisah paling umum di kalangan transpuan. Drama lari dari rumah karena keluarga tak bisa menerima preferensi gender mereka membuat transpuan mengembara tanpa dokumen sipil dan terpaksa menekuni pilihan profesi terbatas.

Saya bayangkan, korban prank Ferdian tadinya gembira sekali mendapat mi sekardus seharga 90 ribu itu. Mungkin ini bukan cuma soal makanan gratis, tapi juga soal inisiatif laki-laki, gender yang selama ini lebih kerap merundung transpuan.

Kalau saya bisa bicara dengan korban, saya ingin bilang, "Teh, orang jahat memang selalu ada, tapi yang baik tak kalah banyak."