FYI.

This story is over 5 years old.

Masa Depan Industri Game

Google Bikin Layanan Streaming Game Stadia, Berpotensi Matikan PlayStation dan Xbox

Konsep layanan Google yang akan rilis akhir 2019 ini sederhana tapi sangat ambisius. Diharapkan gamer bisa main kapan saja, di mana saja.
Google Bikin Layanan Streaming Game Stadia, Berpotensi Matikan PlayStation dan Xbox
Tim Google memamerkan layanan streaming game Stadia.

Bagaimana rasanya jika kalian cukup memencet tombol setiap kali mau main game? Kalian tidak perlu lagi mengunduh aplikasi sebesar 50 GB dan memasang patch. Ditambah lagi, gamenya bisa dimainkan lewat ponsel. Jadi kalian tidak melulu bergantung pada komputer atau TV, sehingga harus ngendon di rumah.

Kayaknya bakal seru banget, ya? Itulah kira-kira ide yang diajukan Google dalam acara Game Developers Conference pekan lalu di San Francisco. Raksasa teknologi ini mengungkapkan rencana mengembangkan layanan streaming game yang disebut Stadia.

Iklan

"Masa depan game bukan lagi konsol," kata pihak Google, merujuk penjualan konsol tradisional seperti PlayStation 4 atau Xbox One X yang stagnan.

Berhubung pengumumannya disampaikan lewat konferensi resmi, tak heran jika presentasi Google bersifat teknis. CEO Google, Sundar Pichai, membuka presentasinya sambil bergurau bahwa dia "bukan gamer." Pengumumannya tidak banyak membahas soal game, tetapi janji-janji besar yang bikin ngiler para gamer.

Google mengatakan Stadia akan siap dirilis akhir 2019 di AS, Kanada, Britania Raya, dan sebagian besar Eropa. Namun, mereka sama sekali tidak menjelaskan soal biaya selain dari yang biasa dibayar pemain untuk mengakses game-game tersebut. Penjelasan detail mereka tampaknya baru akan diumumkan musim panas ini.

Google meluncurkan versi uji coba Stadia tahun lalu. Pengguna dapat memainkan Assassin’s Creed: Odyssey dari layanan tersebut. Para pemain dapat memencet tombol di browser web, memuat salinan Assassin’s Creed: Odyssey dalam sekian detik, dan langsung main. Bisa dibilang ini adalah Netflix versi game.

Dalam acara tersebut, Google mengumumkan game yang siap mendukung Stadia. Jumlah game di katalog awal masih sangat terbatas, tapi mencakup judul-judul seram, termasuk Doom Eternal yang dinanti gamer pecinta genre action/shooting. Semua game di Stadia konon dapat dimainkan pada resolusi 4K dan 60 FPS.

Meskipun tidak menunjukkan demonstrasi game sama sekali, Google mengumumkan pendirian studio pengembangan in-house mereka, Stadia Games and Entertainment, yang dijalankan oleh mantan produser dan eksekutif Ubisoft Jade Raymond.

Iklan

Raymond mengawasi pengembangan versi asli Assassin’s Creed. Ini menunjukkan Google mengakui bila pemain lebih tertarik pada ketersediaan game eksklusif daripada sekadar kualitas teknologi pendukung game. Tapi Google tak mengabaikan pentingnya mutu grafis dalam tren game masa kini. Ikon Silicon Valley ini mengklaim berencana mendukung resolusi 8K dan 120 FPS untuk game-game kategori A.

Mengingat angka FPS-nya terlalu besar, pasti banyak pertanyaan tak terjawab. Seberapa banyak data yang akan dihabiskan saat memainkan game high-end di Stadia? Pengguna internet tak sering menghabiskan kuota mereka di rumah, tetapi bisa dijamin ini segera berubah berkat layanan streaming game. Stadia lah yang menjadi pertanda perubahan itu.

Seberapa bagus koneksi internet agar kalian bisa menjalankan Stadia? Sebagian besar dari kita tidak memiliki Google Fiber.

Pertanyaan lain, seberapa lama Google akan mendukung Stadia? Perusahaan ini terkenal akan kebiasaannya membuat proyek menjanjikan terbengkalai. Sudah banyak gagasan menarik yang awalnya semangat dikerjakan Google jadi terlupakan ketika pengembangannya tidak mengenakkan. Kalian bisa menjadikannya sebagai bahan pertimbangan sebelum menghabiskan uang yang tentu tidak sedikit untuk memakai layanan Stadia.

Sepertinya kita harus menunggu jawabannya sampai nanti ada pengumuman lebih lanjut dari Google.

1553019808771-D2CcNluUkAAtcPe

Kalian sebenarnya bisa saja menggunakan kontroler yang dimiliki untuk bermain game dari Stadia, tetapi Google juga telah mengembangkan perangkat serupa. Kontrolernya cukup mirip Xbox, tapi buatan Google sedikit berbeda karena kabelnya tidak banyak.

Iklan

Konsol Google terhubung langsung ke jaringan nirkabel. Kontroler tersebut juga memiliki tombol yang dapat menangkap momen dari game dan mengakses asisten yang dikendalikan suara.

Bukan hal aneh apabila Stadia dirancang dengan tujuan streaming. Twitch adalah salah satu pesaing utama YouTube. Kalian dapat merekam pengalaman bermain seperti biasanya, tetapi Stadia mengabadikannya secara menyeluruh (meskipun jika kalian tidak berniat membagi setiap momennya). Jadi apabila melewatkan sesuatu, kalian tinggal kembali dan menghapusnya.

Salah satu fitur yang kedengarannya keren adalah “state share”, yang berarti gamer dapat membagi dengan tepat momen bermain mereka saat itu. Pemain pun bisa bergabung dalam permainan multiplayer dari YouTube. Ini berarti streamer dapat bermain bersama penggemar atau teman. Selain itu, Google juga menciptakan kemampuan bertanya kepada asisten Google untuk memberikan video saran jika kalian tidak dapat menjawab atau menyelesaikan teka-teki.

Google bahkan menjanjikan fitur multiplayer lintas platform, meskipun mereka tidak mengumumkan kerja sama spesifik dengan Nintendo, Microsoft, atau Sony.

Setidaknya kita bisa melihat indikasi industri video game sedang mengalami beberapa perubahan besar. Streaming berbasis cloud adalah faktor yang akan mengubah industri game beberapa tahun lagi. Microsoft, Sony dan Valve telah mengungkapkan ide mereka menyambut era streaming. Google kini melakukan langkah serupa.

Satu-satunya yang bisa dilakukan gamer hanyalah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Artikel ini pertama kali tayang di Waypoint