Budaya

Resolusi Awal Tahun Ketinggalan Zaman, Mending Bikin Target Melakoni Hal Menyenangkan

Membuat daftar aktivitas yang bikin aku semangat lebih efektif mengurangi kecemasanku setelah tahun baru.
Hannah Smothers
Brooklyn, US
Daftar tahunan penulis semasa remaja
Foto diambil dari buku harian penulis

Semasa remaja dulu, aku sudah merasakan yang namanya takut hari Senin setiap habis liburan musim dingin. Bagaimana tidak, aku harus kembali ke lingkungan sekolah yang bikin kepala pusing setelah dua minggu bersenang-senang. Suatu ketika, aku terpikir menuliskan segala yang tak sabar aku lakukan di tahun berikutnya sebagai distraksi. Pertandingan lacrosse, spring break dan sekelas dengan gebetan adalah beberapa contohnya.

Iklan

Alasanku membuat daftar peristiwa berulang dan satu kali yaitu supaya aku bisa mencoretnya setelah terwujud dan menantikan hal-hal yang sudah sering terjadi. Meski dulu aku belum memahami konsep ini, ada semacam keyakinan impian cenderung akan terwujud jika kita menulisnya.

Daftar milikku tidak menantang sama sekali, karena bukan termasuk resolusi, goals, atau apalah itu. Satu-satunya hal yang “memotivasi” mungkin aku terdorong untuk lebih berani melakukan sesuatu tapi tidak ada unsur paksaan yang bisa membuatku kecewa kalau tidak terwujud. Aku membuat daftar seperti ini murni untuk menenangkan diri setiap kali merasa sedih atau takut menghadapi tahun yang baru.

Daftarnya mengingatkanku ada banyak hal menarik yang patut aku tunggu-tunggu. Di buku harian, aku biasanya menuliskan 12 poin acara lalu menandatanganinya dan memberi judul “HANNAH’S ANNUAL LIST OF THINGS TO LOOK FORWARD TO”. Lama-lama hal ini menjadi kebiasaan.

Aku tetap membuat daftar tahunan ketika sudah SMA dan kuliah, yang rasa takut masuk semester baru makin menjadi-jadi. Pada akhirnya, daftar ini berubah menjadi hal yang paling aku tunggu-tunggu. Seru banget memikirkan semua yang dijanjikan tahun baru. Untuk menyesuaikan jadwal sekolah, aku biasa membuat daftar beberapa hari setelah tahun baru. Aku mulai merencanakannya dari jauh hari, dan tak sabar merasakan antusias itu. Aku masih ingat betapa bersemangatnya diriku menulis “prom”, “wisuda!!!”, “pesta ulang tahun ke-18” dan “merantau”.

Iklan

Seiring aku beranjak dewasa, isi daftarnya mengikuti usia. Alias jadi lebih ambisius dan konyol, seperti “menulis artikel freelance pertama”, “bikin apple bong dengan Breezy dan Illyana” dan “berenang di malam hari di Barton Springs.” Aku selalu mencoret daftarnya setelah selesai dilakukan. Aku juga menambahkan hal atau peristiwa berulang dan tanpa tanggal yang tidak bisa dicoret, sehingga aku tahu masih ada yang harus dilakukan.

Membuka kembali daftar-daftar ini bagaikan melihat peristiwa menarik dalam hidupku. Koleksinya merekam hari-hari terbaikku. Beberapa begitu sungguh-sungguh ditulis sampai malu sendiri membacanya. Aku menginginkan semua yang kutulis, dari hal terkecil sampai terbesar yang memadamkan kecemasanku di tahun baru dan membuatku bersemangat.

Aku masih bikin daftar tahunan sekarang, bahkan setelah aku bekerja dan tidak bisa sering-sering liburan. “Winter scaries” masih aku rasakan sesudah serbuan liburan. Aku tetap membuat daftarnya beberapa hari setelah tahun baru, sehingga terpisah dari resolusi yang mungkin aku buat.

Meskipun isi daftarnya sudah lebih dewasa, aku memastikan tidak terlalu serius. Aku masih memegang pendirian menuliskan apa yang tak sabar aku lakukan. Bisa dibilang, daftarnya justru makin bodoh seiring dengan kehidupanku yang makin rumit. Tahun lalu, aku tak sabar ingin mengecat kamar dan lebih sering makan sendirian di luar.

Jadi, apa bedanya dengan hal-hal yang biasa dilakukan setiap hari? Aku tahu ini mengecoh otakku, tapi terbukti efektif. Sebagai orang dewasa, daftar ini sama saja dengan menantikan hal-hal yang tercermin pada tahun sebelumnya, serta menemukan cara untuk bersenang-senang. Apapun bisa menyenangkan jika kamu benar-benar menantikannya, terlebih lagi kalau kamu menuliskannya di hari pertama tahun baru.

Follow Hannah Smothers di Twitter .

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.