Potret Love Hotel Esek-Esek yang Makin Terpinggirkan dan Jadi Bangunan Seram di Jepang
Salah satu diorama di Museum Seks Jepang. Semua foto oleh Shane Thoms.
Seksualitas di Jepang

Potret Hotel Esek-Esek yang Makin Terpinggirkan dan Jadi Bangunan Seram di Jepang

Dulu, orang Jepang suka wisata seks ke Love Hotel yang bertebaran di tiap kota. Seiring populasi makin menua di negara itu, bisnis lendir ambruk, meninggalkan ribuan kamar syahwat tak bertuan.

Budaya Jepang sangat pragmatis. Semua hal dirancang agar orang nyaman menggunakannya. Tak heran bila bangsa ini menghasilkan teknologi toilet yang menyeboki pantatmu secara otomatis, mobil yang bisa menyetir sendiri, berbagai robot pelayan, sampai hotel esek-esek yang terjangkau dan efisien buat mengalami cinta semalam.

Love Hotel adalah sebutan orang Jepang buat hotel esek-esek self-service. Tarifnya jam-jaman, tak pakai resepsionis, cukup buka pintu pakai kartu kredit, dan kalian bisa langsung bercinta. Sekitar dua dekade lalu, hotel macam ini gampang sekali kalian temui di pinggir jalan tol berbagai kota besar. Konon, dari Tokyo sampai Osaka, lebih mudah menemukan love hotel dibanding Pom Bensin buat numpang kencing.

Iklan

Konsep hotel esek-esek dengan tarif jam-jaman dan tema unik kayak gitu, ternyata belum berusia seabad. Prostitusi dan rumah bordil tentu sudah ada sejak era sebelum Dinasti Tokugawa. Tapi kalau hotel modern untuk ngewe baru ada pada 1968, buka pertama kali di Osaka. Bisnis lendir tersebut meledak pada dekade 80'an, ketika Jepang mengalami loncatan pertumbuhan ekonomi gila-gilaan. Love Hotel menjamur di mana-mana.

Banyak anak muda di Negeri Matahari Terbit makmur kala itu. Mereka pekerja di perusahaan yang jadi raksasa global otomotif ataupun elektronik. Ketika lelaki punya duit banyak, habisnya tentu untuk senang-senang, termasuk seks berbayar. Tapi kalian mustahil ngewe di rumah, mengingat dalam budaya Jepang keluarga besar tinggal di sana berbarengan. Makanya, muncul kebutuhan akan love hotel. Kamar sewaan macam ini juga dibutuhkan pasangan yang selingkuh biar ho'oh-nya makin gampang. Diperkirakan, pada puncak kejayaannya, dua juta orang mengunjungi love hotel saban hari.

Kini, bisnis tersebut ambruk. Populasi Jepang menua. Minat anak muda Jepang terhadap seks tak setinggi generasi ortu mereka. Pada 2015, diperkirakan seperempat persen populasi yang usianya di kisaran 18 hingga 39 tahun tidak aktif secara seksual. Mereka ini selain malas menikah, juga tidak tertarik ngewe. Sejak pertengahan 2000-an ribuan love hotel gulung tikar. Bangunan-bangunan itu tak bertuan dan tidak terawat. Kebanyakan auranya seram. Siapa sangka, love hotel mendapat kesempatan kedua untuk bangkit lagi.

Iklan

Menjelang Olimpiade 2020 yang digelar di Jepang, pemerintah setempat membutuhkan lebih banyak penginapan untuk menampung atlet serta turis. Bangunan love hotel bakal direvitalisasi untuk memenuhi kebutuhan akomodasi tersebut.

Rencana menghidupkan lagi love hotel menjadi penginapan biasa masih belum membuahkan hasil. Masih banyak bangunan hotel esek-esek yang tidak terawat. Tapi, di balik kesuraman itu, ada fotografer yang tertarik merekam bangunan-bangunan tersebut. Namanya Shane Thoms, fotografer asal Melbourne, Australia. Dia beberapa tahun terakhir khusus memotret love hotel yang terpinggirkan. Ini obrolan VICE bersama Shane, membahas apa yang bikin love hotel menarik sebagai sebuah artefak kebudayaan.

1573556939987-love4

VICE: Halo Shane, gimana cerita awalnya kamu tahu soal love hotel terbengkalai?
Shane Thoms: Aku dari dulu tertarik sama obyek-obyek terbengkalai. Selalu ada cerita menarik dari bangunan semacam itu. Ditambah lagi, aku suka semua aspek dari budaya Jepang. Jadi waktu mendengar soal hotel esek-esek yang tak lagi laku di Jepang, aku berniat memotretnya. Ketika main ke Jepang, aku melihat banyak bangunan tak terawat. Ternyata kebanyakan adalah bekas love hotel.

1573556966517-love3

Kira-kira sudah berapa hotel macam ini yang kamu datangi?
Aduh banyak banget. Yang kuingat sudah lebih dari 30, malah kayaknya lebih deh. Koleksi foto-foto hotel macam ini di komputerku banyak banget. Beberapa sulit difoto karena rusak parah bangunannya, jadi cuma kayu lapuk teronggok gitu, tidak menarik buat difoto. Tapi yang masih selamat sangat menarik sebagai obyek fotografi, karena interiornya unik-unik.

Iklan
1573556990363-love2

Adakah hotel esek-esek yang jadi favoritmu untuk dipotret?
Ada, namanya Fuu Motel. Tempat itu luar biasa. Aku memotret kamar-kamar di motel tersebut pada 2013, sampai sekarang kondisinya tak banyak berubah. Sebagian kamar rusak parah, sebagian masih terawat. Tiap love hotel biasanya punya tema konsep yang khas, dari eksterior sampai desain kamarnya. Mulai dari konsep laut, abad pertengahan, kerajaan Romawi, sampai tema Jepang kuno. Katanya sih tiap pelanggan memilih konsep kamar sesuai fetish masing-masing.

1573557055186-LH8

Tema hotel macam apa yang paling menarik untuk dipotret?
Kalau aku sendiri sih paling suka sama konsep Abad Pertengahan. Kamar-kamarnya biasanya dirancang lebay dan ada kesan mewah yang norak. Terasa seperti kejayaan yang sudah lama berlalu. Secara komposisi, walaupun norak, hotel dengan tema ini yang paling enak dipotret. Kadang di kamar ada patung baju zirah ksatria teronggok, menambah keren atmosfernya.

1573557082505-LH7

Ada konsep hotel esek-esek paling aneh selama kamu keliling Jepang?
Seingatku love hotel paling aneh bisa ditemukan di dekat Niigata. Sebagian besar love hotel dirancang imut atau seksi. Sementara hotel ini 'dark' banget. Malah desainnya dari awal memang kayak rumah hantu di pasar malam. Energi dari tiap kamarnya juga terasa negatif. Aku padahal suka sama film horor, tapi aku merasa tidak nyaman berada lama-lama di dalam hotel itu.

Tapi menariknya, hotel yang paling seram itu ranjangnya 80an banget. Norak dan membuat kesan seramnya berkurang. Sangat menarik sebenarnya andai kita bisa melihat lagi di masa lalu para tamu melakukan apa di hotel macam ini.

Iklan
1573557111350-LH5

Sulitkah buat mencari lokasi dan memotret love hotel terbengkalai?
Enggak kok. Bangunan terbengkalai ada banyak di Jepang, tapi secara umum love hotel gampang dikenali bahkan oleh orang awam. Di negara ini, pengusaha yang bangkrut biasa meninggalkan begitu saja asetnya tanpa dirawat lagi. Jadi, untuk masuk dan memotret kita tidak harus berurusan sama siapapun. Tantangannya paling karena kita harus agak usaha dikit, berkendara keluar dari kota besar. Lokasi love hotel biasanya ada di pinggiran dan harus lewat jalan tol.

Selain itu love hotel juga gampang ditemukan di jalan menuju tempat wisata. Ongkos merubuhkan bangunan di pedesaan lebih mahal, makanya orang-orang juga malas menghancurkan bekas love hotel. Asal kamu telaten memperhatikan kanan-kiri, saat menuju daerah pegunungan atau resor wisata di Jepang, pasti kamu bisa menemukan love hotel.

1573557134680-LH2

Pernah kena masalah saat memotret love hotel?
Sebenarnya kegiatanku ini melanggar hukum, kalau ada pemiliknya yang tahu. Itu properti pribadi yang tak boleh dimasuki tanpa izin. Cuma, pemilik hotel esek-esek biasanya malas mengungkap jati dirinya ke masyarakat. Jadi aku tidak pernah kena masalah. Aku sebenarnya pengin ketemu mereka, lalu bertanya soal masa jaya love hotel.

1573557154871-LH4

Pernahkah kamu menginap di love hotel yang masih beroperasi?
Belum pernah. Dan aku juga enggak minat. Orang bisa ngewe di manapun, termasuk hotel biasa. Tapi love hotel kan spesifik banget buat berhubungan seks. Jadi kebayang, pelanggan selain kamu ke sana memang buat begituan. Aku membayangkan bakal tidak nyaman berbaring di salah satu ranjangnya, nonton Netflix, sambil menyadari kalau sebelum kamu menginap ada pasangan yang entah sudah melakukan apa di atas kasurnya.

Iklan


Tapi aku pernah nyaris tidur di love hotel. Seingatku itu pas 2010 atau 2011, aku backpackeran sendiri keliling Jepang. Aku berada di jalanan sepi, capek, hari sudah malam, dan aku melihat ada hotel yang lampunya merah menyala. Tidak ada resepsionis. Ketika masuk, kamu cukup menggesek kartu kredit. Tapi aku enggak sadar kalau harus pakai kartu. Jadi aku beberapa menit mengetuk semua pintu dan tidak ada yang merespons. Itu kira-kira pengalamanku yang bisa dibilang nyaris menginap di hotel esek-esek.

1573557177612-sex-museum-2

Adakah benda-benda menarik yang kamu temukan di bekas love hotel tadi?
Tentu saja bekas kondom yang belum terbuang. Alat bantu seks. Boneka seks, ya benda begituan lah. Aku tidak menyentuh atau membawa pulang benda-benda tadi. Kebanyakan teronggok di gudang atau di bawah kasur.

1573557230697-LH1FINAL

Menurutmu, kenapa orang Jepang tak lagi tertarik sama seks? Bahkan Museum Seks di Jepang tutup pada 2014 lalu kan….
Itu sampai sekarang aku juga bingung. Jepang kayaknya memang berubah banget persepsinya soal seks. Anak mudanya sudah tidak tertarik ngewe. Kalaupun masih tertarik sama seksualitas, nyaris semua pengalaman itu bisa kamu dapatkan tanpa harus keluar rumah. Keruntuhan bisnis Love Hotel bisa dibilang adalah metafora terbaik untuk anjloknya tingkat kelahiran di negara ini.


Follow penulis artikel ini di akun Nicole de Souza

Simak foto-foto menarik lainnya yang dibikin Shane di situs pribadinya, serta follow dia di Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.