Pemadaman Listrik Massal

Fakta Penting Nih: Kualitas Udara Jakarta Membaik Usai Pemadaman Listrik Massal

Pak Gub, kayaknya selain melarang kendaraan di atas 10 tahun melintas, solusi masalah polusi Jakarta adalah sering-sering mati listrik.
AN
Jakarta, ID
Kondisi perkampungan di Jakarta Pusat gelap gulita akibat pemadaman listrik massal pada 4 Agustus 2019. Foto oleh Fransiska Nangoy/Reuters​
Kondisi perkampungan dan pasar di Jakarta Pusat gelap gulita akibat pemadaman listrik massal pada 4 Agustus 2019. Foto oleh Fransiska Nangoy/Reuters

Sebagian wilayah Jawa, termasuk Jabodetabek dan Jawa Barat, mengalami pemadaman listrik massal sejak Minggu (4/8) siang. Pemadaman serentak dimulai kira-kira pukul 11.30 siang dan berlangsung hingga beberapa jam—berbeda durasinya untuk setiap wilayah. Sebagian besar wilayah Jakarta kembali dialiri listrik pada pukul 19.00, sedangkan di beberapa kota penyangga lainnya baru pulih pukul 23.00 WIB.

Malah sejumlah wilayah yang kembali mengalami mati listrik sampai artikel ini dilansir, memicu ramainya tagar #matilampulagi di media sosial. Aktivitas puluhan juta orang terganggu, dan tak sedikit warganet menumpahkan kekesalan lewat meme nyinyir kepada Perusahaan Listrik Negara.

Iklan

Berdasarkan laporan Kompas.com, gangguan transmisi yang terjadi pada Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran-Pemalang menyebabkan kegagalan transfer energi dari timur ke barat Jawa, sehingga akhirnya mengakibatkan pemadaman massal yang sangat tiba-tiba.

Meskipun menyebalkan, pemadaman listrik massal ini ternyata punya nilai positif juga. Setidaknya untuk kawasan Jabodetabek. Dilansir CNN, tingkat polusi di Jakarta mengalami penurunan signifikan berkat pemadaman. Indeks Kualitas Udara AirVisual menunjukkan ibu kota sebelumnya menjadi kota kedua dengan polusi udara terburuk di dunia.

Namun, Jakarta berhasil menduduki peringkat ke-22 pada Senin pagi dengan nilai 75 selepas pemadaman listrik massal. Ini adalah angka terendah setelah berjalan konstan di atas AQI 152 atau pada kategori tidak sehat selama beberapa minggu terakhir.

Tirto menyatakan kandungan polusi PM2.5 di wilayah Jakarta ikut membaik, yaitu 23.8 µg/m³. Padahal sehari sebelumnya, tepatnya Sabtu (3/8), kandungan polusinya mencapai 57.5 µg/m³. Menurut WHO, kandungan polusi PM2.5 normalnya kurang dari 25 mikrogram/m³. Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan ambang batas normal pada 65 mikrogram/m³.

Ini jelas kabar gembira bagi warga Jakarta. Mereka belakangan semakin gencar menuntut pemerintah untuk melakukan sesuatu terhadap kualitas udara yang semakin memprihatinkan. Dengan bantuan LSM, mereka bahkan berani menggugat pemerintah yang tak kunjung mencari solusi. Bukannya menawarkan jalan keluar yang efektif, beberapa pejabat negara malah menyalahkan pengguna kendaraan.

Misalnya saja seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengatakan tingginya polusi di Jakarta disebabkan oleh kendaraan yang memadati jalan tol di malam hari dan berusaha melarang kendaraan berusia di atas 10 tahun melintas di jalanan ibu kota.

Berhubung nasib udara Jakarta masih kelabu, apa perlu PLN sering-sering melakukan pemadaman supaya kota ini tak terlalu parah terpapar polusi?