FYI.

This story is over 5 years old.

Budaya Pop

Tas Pinggang Rupanya Sangat Terkait Perkembangan Budaya Gay

Kalangan gay dan queer amat menyukai tas pinggang. Kami pun bertanya kepada pakar sejarah, sejak kapan selera fashion yang unik ini muncul.

Fanny pack atau tas pinggang sangat ngetren sejak 2017. Tas ini jadi aksesori wajib bagi generasi millennial. Selain simpel dan praktis, bentuknya yang unik membuat kita tampil lebih modis. Kalau dulu, tas pinggang biasa digunakan saat sedang jalan-jalan. Maksudnya biar aman dari pencopet. Kalau sekarang, kegunaannya lebih untuk gaya-gayaan saja.

Saat datang ke London Pride tahun ini, saya baru menyadari kalau banyak banget orang yang pakai fanny pack. Tidak jauh dari lokasi pawai, saya melihat beragam fanny pack pelangi dipajang di Topshop. Berhubung sebagian besar orang pakai fanny pack saat itu, maka saya memutuskan pergi ke toko baju terdekat untuk beli tas ini. Saya tidak mau beda sendiri. Pegawai toko langsung menghentikan saya saat hendak bertanya. Dia memerhatikanku dari atas ke bawah, lalu bertanya “Mau cari fanny pack, ya?” Dari situ, saya sadar kalau fanny pack sangat digemari orang homoseksual.

Iklan

Bermodalkan celana pendek hitam dan fanny pack, saya siap menghabiskan waktu di Pride. Selain untuk menarik perhatian, tas ini juga berguna untuk menyimpan charger ponsel, kaus jaring, KTP, dan sejumlah uang.

"Ironisnya tas pinggang menjadi favorit dua faksi politik yang berbeda — orang-orang homoseksual dan kaum hypebeast."

Saya tidak heran kalau fanny pack ngetren lagi. Hal ini sangat normal terjadi dalam dunia fashion. Yang saya ingin tahu, kenapa tas pinggang ini bisa populer di kalangan orang homoseksual juga?

Fanny pack memang punya sejarahnya sendiri. Awalnya berbentuk kantong kulit yang biasa dipakai oleh orang primitif, dan akhirnya berkembang menjadi dompet chatelain. Di era 90-an, fanny pack masih berupa “hash bag” yang digunakan para raver untuk menyimpan poppers dan pil. Fanny pack sangat identik dengan era 90-an dan raver. Nostalgia dengan gaya fashion 90-an sangat menjelaskan kenapa fanny pack bisa muncul lagi sekarang. Ironisnya fanny pack menjadi favorit dua faksi politik yang berbeda — orang-orang homoseksual dan hypebeast.


Tonton dokumenter VICE mengenai Toton Januar yang berusaha menggebrak stigma soal lelaki di industri fashion:


Layaknya orang-orang gay, para raver juga mengikuti tren fanny pack — atau “tas pinggang” — untuk rebranding budaya No Homo mereka. Mengingat budaya hypebeast sangat kuat dengan homofobia dan toxic masculinity, makanya sangat aneh kalau kaum hypebeast bisa suka gaya fashion yang sama dengan orang homoseksual.

Iklan

Mungkin kaum hypebeast tidak sadar kalau fanny pack sangat berhubungan dengan orang queer sejak lesbian feminis gelombang kedua pada era 70-an mengusung gerakan anti-fashion yang lebih mengutamakan kepraktisan. Terlepas dari hubungan bersejarah ini, kebangkitannya pada budaya gay terjadi karena fanny pack menjadi lebih high-fashion dan disebut sebagai “belt bag” — contohnya, seperti yang dilakukan Moschino pada 2012. Alasan fanny pack bisa populer di kalangan pria gay yaitu karena tas ini praktis dan desainnya bagus.

Martin Pel dari Brighton Museum dan kurator pameran Queer Looks menjelaskan bahwa fanny pack bukan aksesori identik orang queer. Siapa saja bebas pakai fanny pack. Tas pinggang ini juga jadi aksesori wajib bagi orang heteroseksual saat nonton konser. Kylie Jenner juga pernah pakai. Namun, dia segera menambahkan: “Tas pinggang ini sangat simpel untuk ke dugem. Orang queer kan terkenal suka party, makanya fanny pack lebih populer dalam budaya gay.”

Ahli sejarah fashion Kimberly Chrisman-Campbell berhasil memberi pencerahan kenapa fanny pack banyak ditemukan di London Pride. “Orang-orang di pawai Pride pakai fanny pack karena praktis. Kamu bisa taruh benda-bendamu di tas dan tanganmu bisa untuk memegang poster. Fanny pack memang tidak hanya dipakai pria gay, tapi ini alternatif paling pas buat mereka.”

Fred Dennis, kurator pameran A Queer History of Fashion di FIT, menceritakan asal mula fanny pack di kalangan pria gay: “Fanny pack sering digunakan ke gym di NYC saat pertama kali muncul. Orang-orang suka memakai ini karena ukurannya yang kecil, tapi bisa menyimpan banyak hal.”

Kesimpulannya, fanny pack cocok untuk semua kalangan pria gay—baik untuk mereka yang suka dugem, demo, hiperseksualitas atau nge-gym—karena kepraktisannya.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D UK.