Carlos ‘Kaiser’ Henrique' pesepakbola profesional yang tak pernah main bola
Semua foto oleh Carlos Kaiser 

FYI.

This story is over 5 years old.

Sepakbola

Kisah Mencengangkan Satu Lelaki Sukses Jadi Pesepakbola Pro Tanpa Sekalipun Pernah Main Bola

Selama lebih dari dua dekade, Carlos "Kaiser" Henrique bermain untuk beberapa klub ternama tanpa pernah turun ke lapangan mengolah si kulit bundar di lapangan. Dia pun jadi legenda di Brasil. Kok bisa?

Konsep "menghidupi dusta" selalu ditampakkan sebagai perilaku negatif—sesuatu yang dilakukan karakter film sebelum yang bersangkutan loncat dari gedung tinggi, atau membuat pidato menyentuh, atau kehilangan orang yang disayangi. Terlebih lagi, begitu satu persatu kebohongan terungkap, sang pembohong seharusnya tidak mungkin bisa hidup nyaman. Dia harus kabur menyelamatkan diri.

Tapi bagaimana jika dusta-dusta tadi justru berakhir menyenangkan? Tak mesti bikin hidup jadi lebih baik sih, tapi setidaknya bisa bikin hidup kita—bahkan orang lain—lebih bahagia, penuh warna serta membawa keriangan, pesta-pesta, pertemanan dan cerita-cerita penuh detail bak fiksi?

Iklan

Kira-kira begitulah hidup yang dijalani oleh Carlos "Kaiser" Henrique, sosok "pesepakbola terbaik di dunia yang tak pernah bermain sepakbola sama sekali." Dia seorang lelaki yang dilahirkan dalam kemiskinan di kawasan kumuh kota Rio de Janeiro, Brasil. Dia berhasil menjalani karir sepakbola memesona, mengelabui publik selama dua dekade lamanya.

Bermodalkan rambut gaya mullet, beberapa potong celana speedo, serta kelihaian bersilat lidah, Kaiser—begitu dia selalu ingin dipanggil, mungkin terinspirasi sosok Franz "Kaiser" Beckenbauer, tapi juga mungkin mengacu pada merek bir yang populer di Brasil pada tahun ‘80an dan ‘90an—pernah dikontrak empat klub besar di Kota Rio: Botafogo, Fluminense, Flamengo, dan Vasco da Gama. Itu belum termasuk puluhan klub di luar Brasil yang pernah (tanpa sekalipun merumput di lapangan) dia pakai seragamnya.

"Aku selalu ingin berada di sekitar pemain sepakbola," ujarnya dalam cuplikan dokumenter terbaru berjudul Kaiser: The Greatest Footballer Never to Play Football. Film ini secara telaten mengurai mitos-mitos di sekitar dirinya. Film dokumenter ini lucu, susah dipercaya, menarik sekaligus bikin kita mewek dalam satu waktu. "Sebenarnya aku malas bermain saja," imbuh Kaiser. "Itu permasalahan semua orang yang ingin aku betulan memainkan sepakbola."

Dengan semua catatan kebohongannya, Kaiser di atas kertas harusnya jadi bahan cemoohan. Nyatanya dia malah dihormati oleh sebagian besar koleganya, para pemain sepakbola betulan. Kenyataan ini jelas sulit dipercaya. Tiap kali Kaiser menandatangani kontrak dengan satu klub, dia rela melakukan apa saja—kecuali diturunkan ke lapangan—agar tak didepak.

Iklan

Saya baru-baru ini ngobrol dengan Louis Myles, sutradara film dokumenter tentang kisah hidup Kaiser; dan Rob Smyth, penulis buku mengulas sosok yang sama untuk melengkapi cerita Myles. Saya mencoba memahami bagaimana satu lelaki Brasil bisa mengelabui klub-klub besar selama lebih dari 20 tahun, kenapa dia bisa selalu dikontrak padahal tak pernah ketahuan becus main bola, serta mencari tahu kebohongan apa yang akhirnya mengakhiri petualangan Kaiser.

VICE: Saya bingung harus mulai bertanya seputar kisah Kaiser dari mana. Tapi, sebenarnya apa sih yang bikin sosoknya begitu spesial?
Louis Myles: Dalam kasus Kaiser, yang paling mencengangkan adalah karir berbohongnya yang sedemikian panjang. Kaiser adalah orang yang berteman dengan para pemain sepakbola penting dan terkenal Brasil, mulai dari Bebeto, Carlos Alberto, hingga Renato Gaúcho. Artinya dia punya kedekatan dengan pemain-pemain top ini. Bagi orang lain, koneksi sekelas itu sudah sangat keren. Sebab artinya kamu akan mudah diundang ke party-party keren. Orang lain mungkin akan jumawa, “Gue temenan sama Zico lho." Rupanya Kaiser merasa pertemanan saja tak cukup. Dia menciptakan sistem barter. Dia bisa menyediakan kenakalan apa saja—dari pelacur sampai obat-obatan—yang diinginkan para pesepakbola top itu. Sebagai imbalannya, dia minta diberi kesempatan gabung klub-klub bola profesonal. Dia juga minta para pemain sepakbola top ini meng-endorse dirinya sebagai pemain sepakbola profesional potensial. Pemain-pemain ini—yang di Brasil dianggap sebagai ikon pesepakbola terbaik—mau saja dikadalin oleh Kaiser.

Iklan

Kaiser itu lucu, berwibawa, dan sangat cepat memutar otaknya. Dia punya kemampuan khas seorang penipu untuk berpikir cepat dan mengarahkan situasi agar menguntungkan dirinya. Bahkan dalam keadaan terdesak sekalipun. Kemampuan ngeles seperti ini adalah sebuah seni. Kaiser dekat dengan gembong mafia Brazil. Dia rela menanggung kesalahan temannya dalam sebuah perkelahian, dia hobi menyelenggarakan pesta orgy, terus menerus memalsukan cedera, membujuk jurnalis menulis tentang dirinya, serta membayar penonton untuk mengelu-elukan namanya di stadion. Satu-satunya hal yang jiper dia coba selama hidupnya cuma satu: bermain sepakbola betulan di lapangan hijau, karena ketika hal itu terjadi, penyamarannya pasti terbongkar.

Kaiser's ID

Ini kartu tanda pemain Kaiser saat direkrut Gazelec FC.

Kamu sendiri tahu sepak terjang Kaiser dari mana?
Saya beberapa tahun lalu menggarap dokumeter merayakan 20 tahun seri game Football Manager. Lalu, seorang kru mengajak saya nongkrong di sebuah pub. Dia lantas bercerita tentang sebuah kisah gila tentang pesepakbola penipu dari forum internet Reddit, yang sepertinya diterjemahkan sangat buruk dari bahasa Portugis. Setelah menghabiskan beberapa gelas bir, percakapan kami melebar ke mana-mana. Dari awalnya cuma "harusnya ada yang bikin dokumenter tentang Kaiser" menjadi "kita aja yuk yang bikin." Saya menceritakan sosok Kaiser pada Tim Vickery, jurnalis sepakbola BBC yang ditempatkan di Kota Rio. Tim langsung semangat. Matanya seperti menyala. Katanya, karir Kaiser bukan cuma cerita sepakbola terbaik, melainkan kisah terbaik yang pernah dia dengar. Pernyataan Tim memompa semangat saya. Setelah itu, tiga tahun terakhir jadi tahun-tahun yang gila dalam hidup saya untuk mengejar Kaiser agar mau kisah hidupnya difilmkan.

Iklan

Terlepas dari benar-tidaknya, cerita Kaiser mana yang kamu anggap paling keren?
Louis Myles: Wah ada banyak sekali. Itulah kenapa saya dan tim kemudian ngobrol sama Rob tentang rencana membuat buku mengenai Kaiser. Terlalu banyak detail susah dimasukkan ke dalam film. Kami sudah melakukan tujuh kali perjalanan bolak-balik Inggris-Brasil selama menggarap film ini. Tiap perjalanan ini selalu sukses bikin saya terperangah.
Rob Smyth: Cerita favorit saya mungkin saat Kaiser berada di klub Bangu, di Rio de Janeiro. Kaiser sengaja melakukan pelanggaran berat agar diusir ke luar lapangan. Caranya? Dia mengajak ribut suporter klub lawan saat pemanasan, sebelum disuruh pelatih masuk lapangan menggantikan pemain Bangu lainnya. Awalnya sih kami sangsi dengan cerita ini, tapi ada banyak orang yang berkeras mengaku menyaksikan kejadian tersebut. Nah, cerita ini kan lucu, tapi serius banget. Seandainya dia sampai masuk lapangan hari itu, mungkin bukan cuma dengkulnya yang akan cedera. Bos tak resmi Bangu waktu itu adalah Castor de Andrade, salah satu gangster paling berbahaya Rio. Dia sangat menyukai Kaiser, tapi juga dengan gampang tertipu Kaiser. Jika dia tahu dirinya dikelabui Kaiser, pasti tamat karirnya.


Tonton dokumenter VICE mengenai rivalitas dua klub Serbia, derby sepakbola paling brutal dan berbahaya di dunia:


Dalam film dokumenter garapan kalian, Kaiser digambarkan sering nongkrong bareng gangster dan orang-orang penuh catatan kriminal lainnya. Kenapa Kaiser bisa berteman sama banyak pelaku kriminal ini?
Rob Smyth: Pada era 80'an hingga 90'an, bisa dibilang tiap klub sepakbola besar di Rio dikelola para bicheiro, mafia yang menjalankan judi lotre ilegal di Brasil. Klub sepakbola membutuhkan kekuasaan dan uang mereka. Kaiser tumbuh besar di kawasan yang berbahaya, hal-hal yang berhubungan dengan para gangster bukan lagi hal yang menakutkan baginya. Kayaknya, Kaiser sudah terlalu lama hidup miskin dan penuh risiko, sampai-sampai dia tahu apa yang dia bisa dapatkan dari nongkrong sama para mafia. Menurut saya sih, apa yang dijalani Kaiser amat menarik. Bayangkan dia harus mengingat semua kebohongan yang dia buat dan merancang sebegitu banyak cerita bodong. Kaiser melakukan apa saja agar bisa dekat dengan seseorang. Misalnya, dia pernah menggelar pesta orgy untuk tim sepakbola yang sedang dia bela. Pinherio, seorang bicheiro berumur 75 tahun dan punya penis palsu, ikut datang. Kaiser sepertinya tahu apa yang diinginkan orang. Saat Kaiser membala Fluminense, salah satu rekan timnya menghajar pengunjung sebuah klub malam. Kaiser rela mengaku bahwa itu salahnya, bukan temannya. Dia jadinya dihormati.
Louis Myles: Kami pernah ngobrol bareng Kevin Dutton dari Oxford University, yang pernah terlibat dengan acara-acara TV yang menguak kehidupan penipu. Kevin juga kenal Frank Abagnale Jr, yang kisah hidupnya diangkat menjadi film Catch Me If You Can. Dutton mengatakan dirinya tak pernah melihat penipu yang bisa bikin orang empati sehebat Kaiser. Kaiser bahkan sampai punya kontrak yang secara legal mengikat dengan beberapa klub ternama di Amerika Selatan.

Iklan
1541687791848-KAISER-STILL

Cuplikan adegan saat Kaiser diwawancarai pembuat film dokumenter ini.

Bagaimana kondisi Kota Rio saat Kaiser jaya-jayanya menipu banyak klub sepakbola? Kok bisa dia menipu kanan-kiri tanpa masalah.
Rob Smyth: Saya rasa itulah bagian paling penting dari film ini. Menurut kami apa yang dilakukan Kaiser hanya bisa terjadi Rio. Kultur yang berkembang di Rio umumnya bersifat informal. Semua perjanjian kontrak serba verbal. Budaya ini mempermudah Kaiser mendekati orang tanpa melewati tetek bengek birokrasi. Semuanya dilakukan secara verbal dan berdasar rasa saling percaya. Orang Rio tak banyak mengajukan pertanyaan, mereka ramah dan gampang percaya sama kenalan baru. Nah, yang diperlukan adalah kecerdasan jalanan. Kaiser pada masa itu—dan sampai sekarang—punya jenis kecerdasan tersebut. Selebihnya, dia orang yang menyambung hidupnya dengan modal kecerdasan tadi dan membiarkan hokinya membawa dirinya kemanapun.

Louis Myles: Di sisi lain, orang Brasil terbiasa hidup dengan para penipu seperti Kaiser. Mereka punya sebutan tersendiri untuk orang-orang malandro, atau 171, nomor pasal penipuan dalam hukum pidana Brasil. Para penipu muncul karena memang kepepet. Baru-baru ini, angka anak-anak yang hidup dalam kemiskinan ektrem mencapai angka 65 persen. Belum lagi, birokrasi di Rio morat-marit, jadi punya uang tak otomatis menjamin hidup seseorang nyaman. Ada satu konsep bernama jeitinho brasileiro, alias "cara hidup orang Brasil." Menurut konsep tersebut, orang Brasil harus mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari situasi macam apapun. Kaiser pada dasarnya adalah seorang maladro, cuma level penipuannya 1.000 kali lebih parah. Di Brasil, terutama di Rio, orang sangat menghargai kemampuan kita menceritakan kisah-kisah yang menarik, membuat orang lain bahagia dan memanipulasi situasi-situasi tertentu.

Iklan

Kaiser mengaku pernah turun dalam 30 laga dalam “karirnya yang panjang.” Kalian pernah lihat rekaman salah satu pertandingan yang diklaim Kaiser?
Louis Myles: Belum sih. Lagian itu kan cuma berdasarkan pengakuannya. Saya sih enggak percaya dia pernah main sama sekali.

Bagaimana dengan perempuan yang mengaku punya video pemberian Kaiser pada tahun ‘80an dan ‘90an, berisi cuplikan Kaiser saat membela, kalau tak salah, klub Argentina Independiente?
Louis Myles: Ternyata dulu pernah ada pemain bernama Carlos Henrique yang bermain di Independiente. Kebetulan "Carlos Henrique" adalah nama lahir Kaiser. Nah Carlos yang asli ini punya nama dan mullet yang sama dengan Kaiser, kalian bisa nebak Kaiser ngapain saja agar kelihatan mirip dengan pemain ini kan? Sampai sekarang si perempuan masih percaya yang bikin gol dalam video itu benar-benar Kaiser.
Rob Smyth: Dugaan saya, banyak pemain sepakbola profesional sadar bahwa Kaiser bukan pemain sepakbola. Tapi, dia lihai berteman dengan orang-orang penting, seperti Bebeto salah satu anggota skuad Brasil pemenang Piala Dunia 1994, saat sama-sama bermain di Vasco da Gama. Di sisi lain, banyak yang tak sadar bahwa Kaiser cuma seorang penipu, atau mereka tahu tapi tak bisa mengatakannya karena menerima ancaman dari Kaiser. Kaiser bergaul dengan banyak orang jadi mungkin saja memegang rahasia kotor banyak orang. Intinya, banyak detail yang kami tak bisa masukan dalam buku dan film karena masalah hukum. Semua orang yang kami temui menceritakan Kaiser dengan penuh rasa sayang. Sebagian mungkin tulus. Tapi saya suka bertanya-tanya, sekarang setelah semuanya berkeluarga, tua dan sebagian menjadi anggota kongres, setakut apa sih mereka pada Kaiser yang mungkin memegang rahasia mereka.

Iklan

Jika ada orang menghabiskan masa-masa emas dalam hidupnya berpura-pura, kita pasti membayangkan kalau dia banyak musuh dan pernah kena masalah. Kapan sih kalian sadar kalau Kaiser juga akhirnya tak bisa berbohong terus?
Rob Smyth: Sepertinya fakta seputar hidupnya terungkap secara perlahan. Cerita Kaiser mulai bolong-bolong pada perjalanan keempat kami membuat film ini. Dia sempat agak bete karena beberapa hal waktu itu. Kondisi tersebut mengubah banyak tone dalam film, menambahkan sedikit warna dan membuat film tak sepenuhnya berakhir jadi fantasi—meski fantasi masih jadi bagian utamanya. Jadi, kami ngobrol dengan lelaki Israel pemilik sebuah restoran seafood. Dia menganjurkan kami untuk ngobrol dengan Fabinho, yang pernah merumput bareng AC Ajaccio di Prancis.

Begitu kami mulai ngobrol dengan Fabinho, Kaiser sepertinya sadar dia tak bisa sepenuhnya mendikte semua isi film. Dari situlah, film ini mulai merambah teritori yang kurang nyaman bagi Kaiser. Dia bikin banyak musuh selama karirnya dan sepertinya dia malas membahas hal itu.

Bagian yang mengatakan dua istri dan anak Kaiser sudah mati itu, menurut saya sih, luar biasa..
Rob Smyth: Ya gitu deh, tapi tiap orang punya versi tersendiri atas apa yang terjadi. Saya yakin istri pertama Kaiser, Marcela Mendes, benar-benar sudah meninggal, semua orang sudah membenarkan klaim yang satu ini. Soal klaim lainnya, entahlah. Foto-foto mereka tak terlalu banyak dan Kaiser tak menyuguhkan banyak bukti. Kadang saya bertanya jangan-jangan yang dimaksud “mati” oleh Kaiser adalah istri kedua dan anak-anak sudah tak dianggap lagi olehnya. Entah Kaiser yang mengusir mereka atau sebaliknya. Saya tak tahu. Tapi yang jelas Marcela benar-benar sudah meninggal. Ini bagian paling menyedihkan dari cerita Kaiser. Pasalnya, mereka sepertinya hidup bersama lumayan lama. Selama bersama Marcela , Kaiser menjelma menjadi orang lain. Cuma begitu Marcela meninggal, Kaiser kembali jadi dirinya yang dulu, si penipu ulung. Masalahnya, dia sudah jauh lewat dari umur 25 tahun, tak lagi ganteng, atau dikelilingi sosok penting dalam sepakbola.

Iklan
1541696049243-KAISER_CARLOS-ALBERTO

Kaiser (kanan) bersama legenda sepakbola Brasil: Carlos Alberto Torres.

Bagaimana cara kalian mengambil gambar untuk film ini, Louis?
Louis Myles: Brengsek lah pokoknya. Itu adalah hari-hari tersulit saya selama karir menjadi sineas. Durasi keseluruhan wawancara dalam dokumenter ini panjang, tiga setengah jam. Semuanya dikerjakan di apartemen Kaiser. Kami belum tahu tempo filmnya akan berubah kapan dan dari mana. Semua orang tertawa tapi dalam sekejap Kaiser menarik semua pernyataannya. Kami sudah agak curiga bakal terjadi apa-apa pada perjalanan ketiga tapi kami sudah tahu agar dapat apa yang kami mau, Fabinho mutlak harus ditemui. Tak lama setelah wawancara dengan Fabinho kelar, Kaiser tahu apa yang terjadi dan ngambek. Jadi kami pergi ke apartemennya—kami belum pernah masuk ke dalam meski proses syuting sudha berlangsung selama satu tahun. Di dalam, Kaiser tampak menyesal. Bagi kami, ini adalah akhir dari permainan kejar-kejaran kami dengan Kaiser. Setelah itu, Kaiser mengeluarkan segalanya, membiarkan kami melihat jiwanya, tapi di tengah jalan, kami sering bertanya-tanya “Ini yang kisah nyata mana saja sih?”

1541696458757-Screen-Shot-2018-11-08-at-165809

Kaiser (kanan) bersama Renato Gaúcho, mantan pesepakbola profesional yang kini jadi pelatih Grêmio.

Jadi kira-kira berapa banyak dari yang dikatakan Kaiser itu benar-benar terjadi?
Louis Myles: Pada akhirnya, seperti yang dikatakan segelintir orang, kebenaran dari apa yang diceritakan Kaiser sudah tak penting lagi. Yang penting adalah kisah tentang seorang lelaki yang menciptakan dongeng dalam sepakbola atau setidaknya narasi untuk dirinya sendiri. Cerita-cerita Kaiser sudah seperti legenda saja. Suatu hari, kami mendapat telepon dari seseorang yang bekerja National Football Museum di Brasil. Dia bilang mereka ingin membangun satu ruang pameran khusus untuk Kaiser. Penipu ini sekarang sudah masuk catatan sejarah Terus, orang ini mengajukan pertanyaan, “Enaknya dia dijuluki apa ya? " Saya menjawab, 'Wah enggak tahu tuh, menurut saya sih, Kaiser berubah-ubah tiap kali saya nonton filmnya.” Saya jadi bingung sebenarnya predikat yang tepat untuk Kaiser itu. Apakah penipu terbesar dalam kancah sepakbola? Pembohong terhebat? Pendongeng terbaik? Atau fixer sepakbola terbesar sepanjang masa?

Kaiser bisa saja cuma seorang mucikari—ini yang kami sepakati barang beberapa lama. Tapi, kemudian kami ngobrol dengan seorang lelaki di Vasco da Gama yang mematahkan anggapan kami. Sekali waktu, kami membawa Kaiser untuk merawat seorang pemain timnas Brasil yang kecanduan alkohol. Ternyata, Kaiser melakukan pekerjaannya dengan sempurna. Dia bukan semua yang saya duga di atas—lebih mirip seperti kombinasi sosok pialang Wall Street, Walter Mitty, dan Forrest Gump… percaya deh, kamu bisa menggabungkan begitu banyak karakter dan hasilnya tak akan mendekati Kaiser. Lelaki satu ini memang unik karena seperti perkataan sesorang yang kami wawancarai dalam film: berbohonglah empat kali dan hasilnya akan jadi kebenaran.

Bagaimana pendapat Kaiser sendiri tentang film ini?
Louis Myles: Dia belum menonton seluruh filmnya. Pertama karena matanya agak bermasalah, terus kami belum ketemu lagi setelah filmnya beres. Kami masih menunggu kondisi politik di Brasil tenang dulu. Sebenarnya, Kaiser sudah melihat sebagian besar bagian filmnya. Saya juga selalu mengupdate perkembangan filmnya ke dia. Jadi, harusnya dia tahu. Saya tidak berusaha menghakiminya. Di saat kami ngobrol dulu, Kaiser selalu tampak sebagai sosok yang profesional kok. Saya rasa siapapun yang menonton film ini akan punya pemahaman tersendiri tentang siapa itu Kaiser. Ini yang menurut kami penting. Kami melakoni banyak screening dan reaksi yang kami dapat selalu berubah-ubah. Suatu hari, satu teater berkapasitas 300 orang dipenuhi pembenci Kaiser. Dalam screening lainnya beberapa kemudian, yang terjadi bisa sebaliknya. Pada akhirnya, siapa itu Kaiser bergantung pada versi dirinya yang kita yakini.


Kaiser: The Greatest Footballer Never to Play Football sudah bisa ditonton lewat layanan streaming. Buku Kaiser! Karangan Rob Smyth juga sudah bisa kalian dapatkan lewat toko buku online. _Follow penulis artikel ini lewat akun Twitter [@hydallcodeen ](https://twitter.com/hydallcodeen)_Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.