Entertainment

Halo, VICE.com Kini Menghapus Kolom Komentar

Kami baru saja kelar merenovasi situs VICE.com secara global—Hore! Anggaplah ini sebagai upaya kami mempermak wajah menjelang pergantian tahun: situs lama dicat ulang dengan suasana dan warna baru. Sebagaimana lazimnya, renovasi tidak mungkin selesai semalam saja. Renovasi ini proses berkelanjutan, jadi selama beberapa bulan ke depan kami bakal terus mengutak-atik beberapa bagian, menambahkan beberapa fitur, agar situs VICE semakin kece. Seiring perombakan tersebut, kami perlu merelakan beberapa fitur dari situs lama untuk tidak dipertahankan. Salah satunya kolom komentar.

Secara teori, konsep kolom komentar = oke banget. Penulis dan editor kami yang tentunya sangat haus pengakuan, selalu senang menerima tanggapan pembaca. Pas sedang oke-okenya, kolom komentar memantik diskusi produktif di seputar topik artikel dan juga memungkinkan adanya masukan dan pencerahan yang luput kami sertakan di artikel. Tetapi sebenarnya, sebagaimana disampaikan kolega kami dari situs Motherboard tahun lalu, kolom komentar sebetulnya cuma kelanjutan dari tradisi kuno “surat dari pembaca”: sebuah bagian yang dianggap sakral oleh banyak media. Komentar juga sebuah cara berharga menciptakan dialog terbuka antara tim redaksi dan orang-orang yang dianggap penting (baca: pembaca).

Videos by VICE

Sayangnya, momen ‘oke’ di kolom komentar jarang terjadi. Tanpa moderator yang telaten atau algoritma mewah, kolom komentar selalu berujung pada kekacauan. Tak jarang, kolom komentar memunculkan bola salju komentar rasis hingga misoginis. Di dalam bola salju itu, opini-opini paling bising dan tolol lebih menonjol, kadang sampai menimbun tanggapan-tanggapan berkualitas. Segirang-girangnya kami membaca tudingan kalian, misalnya kami sebenarnya corong sayap-kanan bagi CIA, atau tudingan jika kami sempat keren sebelum menjual jiwa kami pada dewa-dewi kapitalisme, atau ejekan kalian bahwa secara umum VICE memang sampah—kami perlu menghadang komentar dengan jumlah tak terhingga yang selama bertahun-tahun berusaha mengancam para penulis dan narsum kami, menyerang hak-hak warga sipil lainnya, dan menyebarkan ujaran kebencian terhadap bermacam kelompok manusia yang ada di muka bumi. (Huft, panjang banget deh kalimat barusan.)

Sori ya, tapi kami emang engga punya waktu dan tekad terus-terusan memonitor sampah-sampah macam itu. Lagipula, ada banyak cara lain untuk mendiskusikan artikel-artikel kami dan tingkah polah staff VICE.com di forum publik. Beneran deh, kami akan selalu membaca pendapat kalian di Twitter dan Facebook (atau medsos lainnya). Kami juga akan sangat kegirangan kalau kalian mengirim surat via pos (tapi jangan diisi bom plis!) ke kantor kami (di Indonesia alamatnya adalah Jl. Wolter Monginsidi No.71, Jakarta Selatan).

Intinya, kami tetap dan akan selalu sangat menghargai komentar serta kritik pembaca walau menghilangkan kolom komentar. Sebetulnya kami masih rada was-was. Jangan sampai dengan menghilangkan kolom komentar, kami terkesan menyinggung kamu-kamu yang punya pendapat cerdas nan brilian. Jangan mikir begitu, ya. Kami yakin kok, sebagian besar pembaca VICE adalah individu seksi dan intelek, alih-alih bigot, yang akan menantang kami untuk menjadi lebih baik tiap harinya. Percayalah, konsep VICE engga akan berubah hanya karena kami menyapu debu-debu peradaban, yang sering nongol di bagian bawah artikel-artikel kami.

Thank for your puchase!
You have successfully purchased.