Rasisme Dalam Olahraga

Sepakbola Italia Punya Masalah Rasisme, Kampanye Antirasis Serie A Malah Terasa Rasis

"Iklan layanan masyarakat itu bodoh dan penuh prasangka rasial. Saya tidak terkejut sama sekali mengingat sejarah di Italia," kata juru bicara liga antirasisme Eropa.
Sampul Black Friday Soal Kampanye Antirasis Serie A Malah Terasa Rasis
Iklan layanan masyarakat Serie A yang malah rasis

Betapa buruknya rasisme dalam sepakbola Italia mungkin bisa dilihat dari kampanye antirasis baru mereka yang menggunakan gambar simpanse.

Kampanye yang diusung liga sepakbola Italia, Serie A, ini menyusul sikap rasis suporter yang mengolok-olok pesepakbola kulit hitam dengan sebutan monyet.

Amat disayangkan Serie A malah menggunakan lukisan simpanse dalam kampanye tersebut. Para pengamat sampai tertegun melihat betapa tone-deaf gambar yang dipilih. Bagaimana tidak? Atlet sepakbola kulit hitam di Italia sangat rentan terhadap rasisme. Selain dijuluki monyet, mereka juga sering dilempari pisang selama pertandingan.

Iklan

“Sepakbola Italia kembali berulah,” ujar kelompok antirasisme Football Against Racism in Europe. “Di negara yang pejabatnya selalu gagal menangani rasisme, kampanye Serie A lebih mirip penghinaan.”

Football Against Racism in Europe tak paham apa yang ada di pikiran para petinggi liga ketika membuat kampanye tersebut, atau kepada siapa mereka berkonsultasi.

“Kampanye ini malah menjadi kontraproduktif dan melanggengkan sikap merendahkan orang-orang keturunan Afrika,” mereka melanjutkan.

Dua klub papan atas Italia, AC Milan dan AS Roma, mengungkapkan kekecewaannya. “Kami memahami liga ingin melawan rasisme, tetapi caranya tidak tepat,” terang AS Roma, sedangkan AC Milan mengetwit “terkejut melihat betapa [kampanyenya] kurang arahan”.

Stan Collymore, mantan pesepakbola Inggris yang kini berprofesi sebagai pakar olahraga, ikutan berkomentar di Twitter. Gambar kampanyenya “real banget.”

“Coba sekalian dibikin hitam maskotnya biar makin sempurna,” guraunya.

Diluncurkan pada Senin, pelukis Simone Fugazzotto mengatakan kampanye dibentuk setelah Kalidou Koulibaly dari klub Napoli mengalami perlakuan rasis selama pertandingan melawan Inter Milan.

“Saking marahnya saya… sampai dapat ide. Mengapa kita tidak berhenti menyensor istilah ‘monyet’ dan mengubah konsepnya bahwa kita semua adalah kera?” kata Simone, yang kebanyakan karyanya menggambarkan simpanse.

“Saya menggambar kera Barat berwarna putih dengan mata biru; kera Asia dengan mata cokelat; dan kera hitam di tengah yang merupakan asal dari segalanya,” dia memberi tahu awak media.

Iklan

Terlepas dari niat sang seniman, kampanye tersebut sama sekali tidak efektif membasmi masalah rasisme yang mewabah di sepakbola Italia. Perlakuan rasis yang diterima pemain kulit hitam datang dari segala penjuru, mulai dari suporter, pakar, pengelola hingga media.

Bulan lalu, ke-20 klub Serie A menandatangani surat terbuka yang berjanji memusnahkan “masalah rasisme yang serius” dalam sepakbola Italia, menyusul serangkaian kasus pelecehan rasis terhadap pemain kulit hitam di lapangan seperti striker Inter Milan Romelu Lukaku, Mario Balotelli dari Brescia, dan Koulibaly.

Awal bulan ini, surat kabar olahraga Italia Corriere dello Sport dikecam habis-habisan karena menggunakan headline “Black Friday” bersama gambar Lukaku dan Chris Smalling dari AS Roma untuk membahas pertandingan akan datang.

Kedua pesepakbola itu mengkritik beritanya. Lukaku mengatakan itu headline “terbodoh” yang pernah dia baca, sementara lainnya berujar headlinenya menunjukkan ketidakpekaan tipikal sepakbola Italia.

“Seperti biasa—tone deaf, bodoh, dan penuh nada rasial. Saya tidak terkejut sama sekali,” bunyi twit jurnalis sepakbola Matteo Bonetti.

Beberapa bulan sebelumnya, pada September, pakat bola Luciano Passirani dipecat dari stasiun televisi Italia TopCalcio24 akibat menghina Lukaku, “Kasih dia 10 pisang kalau ingin mengalahkannya.”

Penyelenggara sepakbola sekalipun sama rasisnya. Lima tahun lalu, Carlo Tavecchio mengkritik atlet asing yang bermain untuk klub Italia. Dia mengeluhkan para pemain “yang dulunya cuma makan pisang” sekarang menjadi pemain tim utama. Terlepas dari ucapannya, dia diangkat sebagai presiden Asosiasi Sepakbola Italia.

Iklan

Masalahnya tak terbatas pada dunia sepakbola. Cécile Kyenge menghadapi serangan rasial dari politikus sayap kanan setelah dirinya menjadi menteri kulit hitam pertama di Italia pada 2013. Dia tak jarang dimirip-miripkan dengan orang utan. Tahun lalu, orang kulit hitam di Italia melaporkan peningkatan gelombang rasisme dari kampanye anti-imigran yang digalakkan mantan Menteri Dalam Negeri Matteo Salvini.

Ketika Serie A meluncurkan kampanyenya, mereka berencana memajang lukisan Simone secara permanen di markasnya di Milan. Namun, kelompok antirasis menyerukan agar liga segera menurunkan lukisannya.

“Sangat tidak pantas bagi Serie A menggunakan gambar monyet dalam kampanye antirasisme mereka. Hal ini melemahkan niat positif dan menjadi kontraproduktif,” jelas Kick It Out, kelompok menghabisi rasisme dalam sepakbola dari Inggris.

“Kami harap liga mau mempertimbangkan kembali keputusannya, dan mengganti gambar kampanye mereka.”

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports