Ilustrasi perempuan berbicara di hadapan orang yang memasang muka jengkel
Ilustrasi oleh Hunter French
serba-serbi pekerjaan

Berikut Cara Terbaik Menghadapi Rekan yang Suka Ngajak Ngobrol di Jam Kerja

Kita semua pasti punya rekan kerja cerewet. Lalu bagaimana mengatasinya? Berikut tips dari manajer HRD berpengalaman.

Curhatan pembaca: Aku senang punya teman satu tim yang teliti dan rajin kerja, tapi masalahnya dia cerewet banget. Dia enggak sadar kalau sifat suka ngomongnya mengganggu konsentrasiku dan beban kerja bersama kami. Lama-lama gerah juga dengerin dia berkicau nonstop.

Biasanya dia yang memulai percakapan, dan setiap ada yang menjawab pertanyaannya dia akan mencerocos bak rem blong. Dia sering mengaitkan cerita orang lain dengan dirinya sendiri. Dia terus mengoceh, seakan enggak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Dia kayaknya enggak sadar sudah kebanyakan ngomong dan menghambat produktivitas kerjaku.

Iklan

Rupanya enggak cuma di kantor saja dia seperti itu. Sekarang setelah bekerja dari rumah, dia membanjiri Slack dan IM cuma buat ngobrol. Saking kesalnya, aku sampai enggak membalas chat dia. Eh dia tetap enggak menyerah. Aku kepengin dia berhenti menggangguku, tapi takut melukai perasaannya kalau blak-blakan. Aku harus bagaimana, nih?


Kamu enggak sendirian. Banyak pembaca lain mengeluhkan rekan kerja mereka yang cerewet.

Kamu cuma punya dua pilihan saat menghadapi orang kayak begini. Kamu bisa menolaknya saat diajak ngobrol, atau membicarakan masalah ini langsung dengannya — bahwa kamu ingin lebih fokus bekerja dan mereka membuatmu kesulitan mewujudkannya. Cara kedua memang terlalu terang-terangan, tapi cenderung memudahkan harimu dalam jangka panjang.

Kalau kamu belum siap menodongnya dengan pembicaraan serius, mungkin kamu bisa ngomong begini saat mereka mulai mengoceh:

  • “Aduh, maaf aku lagi enggak bisa ngobrol. Sibuk banget, nih!”
  • “Aku balik kerja, ya. Masih banyak yang mesti diselesaikan.”
  • “Ada deadline, nih. Ngobrolnya nanti aja gimana?”
  • “Wah, kayaknya hari liburmu menyenangkan. Tapi maaf aku enggak bisa ngobrol banyak hari ini, mau ngerjain proyek X.”
  • “Berhenti sampai sini dulu ya ngobrolnya. Udah harus kerja lagi.”
  • “Mending kita berhenti sekarang sebelum obrolannya melebar. Aku sedang ngerjain X dan takutnya jadi enggak fokus.”

Jika kamu bilang kayak begitu di hadapannya langsung, mereka bisa melihat sendiri kamu benar-benar sedang sibuk. Beda ceritanya kalau di Slack atau IM. Kamu harus memberi kode enggak bisa diganggu, seperti telat atau enggak membalas chat sama sekali.

Iklan

Seenggaknya mereka akan memberikanmu waktu untuk fokus, walaupun strategi ini cuma ngaruh sebentar. Kamu bisa bersikap lebih tegas apabila mereka masih mengajak ngobrol. Coba katakan kepadanya: “Aku seriusan enggak bisa ngobrol sekarang. Nanti aja kalau sudah selesai kerja.”

Bagaimana jika mereka tetap enggak mengerti? Mau tak mau, kamu harus mengajaknya berbicara serius. Kamu bisa memulai dengan kata-kata halus dan sopan agar mereka enggak tersinggung, kayak misalnya kamu suka mengobrol dengan mereka atau apalah itu. Lalu kamu melanjutkannya dengan alasan kenapa enggak bisa diajak ngobrol. Mungkin kamu ingin cepat menyelesaikan sesuatu, atau berusaha meningkatkan konsentrasi saat bekerja.

Begitu kamu mengutarakan ini, seharusnya akan lebih mudah menghentikan mereka di kemudian hari. Mereka bakal menutup mulut ketika kamu melontarkan “lagi kerja!” atau “ada deadline, nih!”

Kamu khawatir menyinggung perasaan rekan kerja jika terlalu blak-blakan, tapi terkadang kamu harus tegas kepadanya setelah gagal menggunakan cara halus. Kalau aku lihat, kamu takut dianggap jahat sama mereka. Coba pikirkan deh. Misalkan posisinya dibalik, apakah kamu akan menganggap rekan kerja jahat jika membuat batasan denganmu? Memang malu diperlakukan seperti itu, tapi kamu pasti akan memahami dan menghargai permintaannya, kan? Jika mereka masih bersikap baik setelahnya, apa yang perlu kamu khawatirkan?

Ingatkan kepada diri sendiri bahwa perusahaan menggajimu untuk bekerja. Itu artinya kamu harus membatasi segala aktivitas dan sosialisasi yang menghambat pekerjaanmu. Bukan salahmu jika mereka tersinggung setelah diperingatkan. Apabila mereka memahami tanggung jawabnya di kantor, seharusnya mereka maklum saat kamu meminta untuk berhenti ngobrol. Kamu bisa memperjelas maksud ucapanmu kalau mereka masih sensi keesokan harinya, misalnya “Omonganku kemarin jangan dimasukkan ke hati, ya. Aku beneran butuh konsentrasi, sama sekali enggak ada maksud menyinggung perasaanmu.” Akan tetapi, bukan tugasmu menjaga perasaan mereka.

Apabila rekan kerja baik hati, akan jauh lebih baik jika kamu memberi tahu mereka apa yang kamu butuhkan saat bekerja. Tak ada gunanya ngedumel dalam hati, padahal mereka sendiri enggak sadar telah mengganggumu.

Silakan baca saran-saran lainnya dari Alison Green di Ask a Manager atau dalam bukunya.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.